Palestina, Akar Masalah Hingga Solusinya

Admin MKM ❤


Harus ada sebuah kekuatan besar yang bisa menghentikan ide Israel Raya. Yakni sebuah kekuatan yang bisa menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya. Kita hanya bisa berharap kepada Islam, yaitu tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah yang akan mempersatukan negeri-negeri Islam, yang akan menyerukan jihad untuk menolong kaum muslim Palestina, dan membebaskan kaum muslimin di negeri-negeri lain dari pelecehan, penindasan, dan ketidakadilan.


OPINI


Oleh  Fenny Susanti, S.T.

Praktisi Homeschooling dan Aktivis Dakwah


MKM, Opini_Konflik Palestina-Israel kembali memanas, serangan roket dari Gaza dimulai tepat setelah fajar pada tanggal 7 Oktober 2023 bertepatan dengan hari Sabat Yahudi. Serangan tersebut menuai berbagai tanggapan dari tokoh-tokoh dunia maupun tokoh muslim di Indonesia. 

Ketua Uni Eropa Ursula Von der Leyen menegaskan mereka dengan tegas mengutuk serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel.

"Ini adalah terorisme dalam bentuknya yang paling keji. Israel mempunyai hak untuk membela diri terhadap serangan keji seperti itu," kata Leyen. (CNN Indonesia, 8/10/2023)

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menilai, serangan yang dilancarkan oleh Hamas terhadap Israel di Gaza sebagai reaksi atas tindakan sewenang-wenang Israel.

"Ditambah dengan berbagai fakta pengkhianatan terhadap berbagai perjanjian yang dilakukan oleh otoritas Israel, menggambarkan bahwa Israel memang harus membayar mahal. Serangan terbesar Hamas ini menjadi alat bayar Israel dan Israel tentu saja harus menanggung sendiri."  (Republika, 8/10/2023)

Tidak sedikit tokoh muslim yang membuat bingung kaum muslim dengan memberikan informasi yang tidak benar, tanpa data dan fakta. Buya Arrazy, seorang tokoh agama melabeli Hamas sebagai teroris dan meminta jamaahnya agar tidak terlalu bersemangat membahas Palestina. (Eramuslim,14/10/2023).

Ketidakfahaman tentang problema yang terjadi di Palestina menambah kebingungan dan kerumitan penikmat warta baik muslim maupun non muslim. Berbekal informasi yang secuil, sepotong-potong bahkan tidak jelas sumbernya menghasilkan beragam opini dan solusi bagi Palestina. Ada yang mendukung gerakan Palestina, tak sedikit pula yang menghujat. Mirisnya, sang penghujat bukan hanya dari kaum non muslim bahkan sesama muslim juga mengambil sikap menyalahkan. Ada apa dengan pemikiran kaum muslim pengikut versi ini? 

Akar Masalah Palestina dan Israel

Sebenarnya, dari mana masalah Palestina ini muncul? Berawal dari ide seseorang yang bernama Theodore Herzl. Theodore Herzl-lah pencetus pemikiran perlunya sebuah negara bagi orang-orang Yahudi. Dia menulis sebuah buku berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi) yang diterbitkan pada tahun 1896. Dalam buku itu, ia menyatakan bahwa obat untuk mematikan antisemitisme adalah pembentukan negara Yahudi. Dan, tempat yang paling baik untuk mendirikan negara itu adalah Palestina.

Pemikiran inilah yang kemudian menjadikan Theodore Herzl mendapat sematan Bapak Zionisme. Sebelum itu belum pernah ada orang Yahudi yang berpikir untuk memiliki negara sendiri.

Ketika Theodore Herzl menawarkan gagasan tersebut. Herzl ditertawakan dan ditolak dengan keras oleh orang-orang Yahudi. Alasannya karena ide tersebut memang tidak punya dasar historis dan tidak ada preferensi di masa lalu tentang adanya negara Yahudi.  Pun secara teologis tidak pernah disebut di dalam Taurat bahwa orang Yahudi harus punya negara.

Cita-cita untuk mendirikan negara Yahudi itu, dijual Herzl ke mana-mana. Ia mengirim surat ke para kaisar, raja, presiden, paus, dan sultan. Herzl berpendapat bahwa negara Yahudi itu harus di Palestina karena itu akan memenuhi apa yang tertulis dalam kitab suci. Ia bersikukuh dengan mengatakan "If you will it is not a dream."

Keadaan mulai berubah setelah ia berhasil menyelenggarakan Kongres Zionis Internasional yang pertama di Bassel, Swiss pada tahun 1897. Ide Theodore Herzl ini mendapat sambutan dengan dihasilkannya Bassel Programme. Isi dari program ini adalah: 

Pertama, hal yang penting bagi mereka untuk menjelaskan kepada orang-orang Yahudi tentang pentingnya negara Yahudi di Palestina. 

Kedua, mereka mengetahui bahwa Palestina adalah milik umat Islam di bawah Daulah Khilafah Ustmaniyah. Untuk itu penting di tempuh langkah-langkah agar dapat hibah dari pemerintahan Khilafah Utsmani. Sebuah tempat yang terjamin secara publik dan sah.

Mengapa Harus Palestina?

Menteri Wilayah Jajahan Inggris, Joseph Chamberlain pada tahun 1903 menawarkan wilayah lain, yakni Uganda dan Argentina. Tawaran itu ditolak Herzl. 

Menurut Roger Garaudy, zionisme itu ada 2: zionisme sebagai gerakan keagamaan dan zionisme sebagai gerakan politik. Zionisme sebagai gerakan keagamaan hanya menginginkan Gunung Sion di kawasan Kota Tua Yerussalem, Palestina sebagai pusat ibadah orang Yahudi sedunia. Sedangkan zionisme sebagai gerakan politik menginginkan suatu wilayah sebagai tempat tinggal untuk orang-orang Yahudi.

Herzl berpendapat, jika zionisme sebagai politik ditopang oleh zionisme gerakan keagamaan akan menjadi gerakan yang sangat kuat. Maka Palestina adalah wilayah yang paling tepat untuk mewujudkan idenya.

Theodore Herzl berulang kali pergi menemui Sultan Abdul Hamid II, pemimpin umat Islam saat itu dalam Kekhilafahan Ustmani. Hingga ia menawarkan uang sebesar 150 juta Poundsterling (sekitar 300T) kepada pribadi Sultan dan akan membayarkan utang khilafah sebesar 33 juta Poundsterling. Sayangnya, tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid II. Beliau berkata, "Sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Kekhilafahan. Jika Daulah Kekhilafahan dimusnahkan pada suatu hari, maka engkau boleh mengambilnya tanpa membayar harganya." 

Karena pelindung utama tanah Palestina adalah Daulah Khilafah Islamiyah, maka dengan berbagai upaya mereka berusaha menghancurkannya. Inggris punya peran besar dengan mengirim agennya, keturunan Yahudi laknatullah, Kemal Pasha yang menghancurkan Kekhilafahan Utsmani pada tahun 1924. Ditambah dengan kondisi Kekhilafahan Utsmani yang saat itu kalah dalam Perang Dunia I mengakibatkan wilayah Jordan, Irak, dan Palestina menjadi bagian dari protektorat Inggris melalui Perjanjian Sykes-Pycot (Inggris-Prancis) pada tahun 1916. Proses terus berlangsung hingga tahun 1917 keluarlah Deklarasi Balfour. Pernyataan terbuka yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Inggris yang mengumumkan dukungan bagi pembentukan sebuah 'kediaman nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina' dan akan menggunakan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi tujuan ini. Theodore Herzl sendiri sudah meninggal (1904) pada saat Deklarasi Balfour ini diumumkan di tahun 1917. 

Setelah Deklarasi Balfour, aneksasi Palestina secara resmi dimulai. Pada awalnya jumlah orang Yahudi di Palestina adalah 5% (50.000) dari jumlah penduduk Palestina (650.000). Kemudian jumlah orang Yahudi yang datang dari berbagai wilayah (karena terdiaspora) ke Palestina semakin besar. Begitu pula wilayah Palestina yang dirampas oleh Israel semakin luas. Hingga pada tahun 1948 dengan dukungan PBB negara Israel dideklarasikan. Pada tahun 1920 wilayah Yahudi 6% dan saat ini sudah mencapai 85%. 

Bagaimana Solusinya?

Sesuai dengan akar masalahnya, jika pangkalnya adalah pengambilan tanah secara tidak benar maka solusinya adalah sang perampas tanah itu harus diusir dari wilayah yang telah mereka ambil.

Sejumlah perjanjian perdamaian sudah  dicoba untuk dilakukan. Mulai dari Perjanjian Oslo 1993, KTT Camp David 2000, Road Map Quartet Perdamaian Timur Tengah 2003, Rencana Perdamaian Trump 2020, dan puluhan resolusi PBB diabaikan oleh Israel. Hal itu menunjukkan bahwa semua hal itu tidak berpengaruh. 

Bagaimana dengan solusi dua negara? Solusi ini selalu dianggap solusi terbaik agar 2 negara bisa hidup berdampingan secara damai dan Israel berhenti melakukan serangan dan memperluas wilayahnya. Faktanya, hampir setiap hari mereka melakukan penyerangan dan semakin memperluas wilayahnya. Yahudi tidak pernah berfikir akan berhenti memperluas wilayahnya hingga tercapai tujuan mereka yaitu yang disebut Israel Raya, sebuah wilayah yang mereka opinikan sebagai wilayah yang dijanjikan Tuhan. Seolah Tuhan sudah menentukan batas-batas wilayah bagi orang Yahudi yaitu membentang dari Sungai Eufrat hingga Sungai Nil meliputi wilayah sebagian Mesir, Palestina, Yordan, Suriah, dan Libanon. 

Sia-sia mengharapkan Israel akan berbelas kasih, mematuhi aturan dunia tentang perang, setia kepada perjanjian, dan tunduk pada resolusi lembaga dunia. Mereka selalu menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipercaya. Maka sangat di luar nalar jika kita masih percaya. 

Harus ada sebuah kekuatan besar yang bisa menghentikan ide Israel Raya. Yakni sebuah kekuatan yang bisa menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya. Kita hanya bisa berharap kepada Islam, yaitu tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah yang akan mempersatukan negeri-negeri Islam, yang akan menyerukan jihad untuk menolong kaum muslim Palestina, dan membebaskan kaum muslimin di negeri-negeri lain dari pelecehan, penindasan, dan ketidakadilan.

Allah Swt. berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan