Pajak Motor Naik, Hidup Rakyat Makin Terhimpit

๐Ÿ–ค Admin MKM 


Sungguh ironis hidup di bawah naungan sistem yang bukan Islam. Penguasa terkesan berhitung untung rugi dalam mengurusi urusan rakyat. Padahal ketika mereka akan menjabat, beribu janji manis dilontarkan. Namun sayang, saat telah menduduki tampuk kekuasaan, mereka seolah amnesia terhadap janji-janji tersebut.


OPINI


Oleh Devy Rikasari, S.Pd.


MKM, OPINI_Di tengah hiruk pikuk debat capres, masyarakat dibuat terhenyak dengan wacana kenaikan pajak motor berbahan bakar bensin. Isu ini dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan. Rencana tersebut bertujuan agar masyarakat beralih ke motor listrik sehingga dapat mengurangi polusi udara di Indonesia. (suara.com, 18/1/2024)

Memang benar polusi udara di negeri ini sudah sangat parah. Berdasarkan laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 yang dirilis pada Maret 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-17 sebagai negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Dengan angka tersebut, masyarakat Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidupnya. (setkab.go.id, 14/9/2023)

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah wacana kenaikan pajak motor berbahan bakar bensin itu efektif untuk mengurangi pencemaran udara? Atau justru menambah masalah baru?

Solusi Tidak Solutif

Sejumlah pakar menilai bahwa pencemaran udara di bumi pertiwi ini bukan hanya disebabkan oleh asap kendaraan. Ada banyak faktor lain, seperti keberadaan pabrik dan PLTU. Yang mengherankan, mengapa justru aspek vital yang sangat berkaitan dengan masyarakat menengah ke bawah inilah yang menjadi sorotan. Sementara itu, pendirian pabrik semakin membabi buta. Apalagi masih banyak pabrik yang tidak memperhatikan aspek Amdal (analisis dampak lingkungan).

Di sisi lain, masyarakat juga digiring untuk beralih ke motor listrik. Memang kendaraan listrik lebih ramah lingkungan, namun penyedia energi listrik dari PLTU juga menyebabkan dampak lingkungan yang tidak sedikit. Meski di beberapa negara Barat sudah banyak yang menggunakan energi alternatif, energi baru terbarukan (EBT) yang berasal dari alam, namun pemerintah belum mengembangkannya dengan serius dengan alasan mahal.

Isu kenaikan pajak motor berbahan bakar bensin tentu menuai pro kontra. Masyarakat menengah ke bawah banyak yang tidak setuju. Di tengah kehidupan yang menghimpit, kini ditambah lagi dengan rencana kenaikan pajak yang akan membuat rakyat makin menjerit.

Sungguh ironis hidup di bawah naungan sistem yang bukan Islam. Penguasa terkesan berhitung untung rugi dalam mengurusi urusan rakyat. Padahal ketika mereka akan menjabat, beribu janji manis dilontarkan. Namun sayang, saat telah menduduki tampuk kekuasaan, mereka seolah amnesia terhadap janji-janji tersebut.

Solusi Islam Mengatasi Polusi

Islam adalah sistem hidup yang sempurna dalam menyelesaikan persoalan secara tuntas dan mendasar. Dalam hal ini termasuk pula menyelesaikan problem polusi di negeri ini.

Islam mendudukkan pemimpin/penguasa sebagai ra'in dan junnah yang akan memudahkan hidup rakyatnya.

ุงู„ุฅِู…َุงู…ُ ุฑَุงุนٍ ูˆَู‡ُูˆَ ู…َุณْุคُูˆْู„ٌ ุนَู†ْ ุฑَุนِูŠَّุชِู‡ِ

“Imam/khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam Bukhari dan Muslim juga telah meriwayatkan hadis dari jalur Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda,

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ุฅِู…َุงู…ُ ุฌُู†َّุฉٌ ูŠُู‚َุงุชَู„ُ ู…ِู†ْ ูˆَุฑَุงุฆِู‡ِ ูˆَูŠُุชَّู‚َู‰ ุจِู‡ِ ูَุฅِู†ْ ุฃَู…َุฑَ ุจِุชَู‚ْูˆَู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ูˆَุนَุฏْู„ٌ ูƒَุงู†َ ู„َู‡ُ ุจِุฐَู„ِูƒَ ุฃَุฌْุฑٌ ، ูˆَุฅِู†ْ ูŠَุฃْู…ُุฑُ ุจِุบَูŠْุฑِู‡ِ ูƒَุงู†َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ู…ِู†ْู‡ُ [ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ูˆู…ุณู„ู…]

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai perisai. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun jika dia memerintahkan yang lain, dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya, dan rakyat umumnya, memerlukan kapasitas unggul, kuat, berani, dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi juga pada institusi negaranya. Kekuatan ini dibangun atas asas akidah Islam. 

Dengan landasan akidah Islam inilah seorang pemimpin di dalam Islam (sering disebut Khalifah/Imam/Amirul Mukminin) mengurus segala urusan rakyatnya. Karena itu, paradigma penguasa dalam Islam bukan berhitung untung rugi, melainkan bagaimana melayani kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya.

Pembangunan infrastruktur, seperti jalan, trotoar, transportasi publik, bahkan EBT (energi baru terbarukan) sebagai energi alternatif akan dilakukan negara untuk menunjang pelaksanaan amanah ini. Biayanya didapatkan dari kas baitulmal, di mana sumber pendapatan negara di dalam Islam tidak akan membebani rakyat seperti saat ini. Jika hari ini kita hanya mengenal pajak dan utang sebagai sumber utama pemasukan negara, maka dalam Islam, sumber-sumber itu bisa didapatkan dari fa'i, ghanimah, kharaj, usyur, hasil pengelolaan SDA, dan lain-lain. Karena itu pembangunan infrastruktur akan tepat guna, semata-mata untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan penguasa atau bahkan korporasi asing. 

Pelayanan untuk kemaslahatan rakyat ini juga memuat prinsip mudah, murah, dan efektif. Jika transportasi publik aman, nyaman, murah, dan mudah didapat, tentu rakyat pun tidak akan keberatan menggunakan kendaraan umum untuk aktivitas mereka. Di samping itu, peralihan dari motor berbahan bakar bensin ke motor listrik juga akan mudah dilakukan jika harganya murah dan sumber energinya pun mudah didapat.

Untuk menunjang pengadaan infrastruktur yang membutuhkan teknologi tinggi, maka negara akan menyediakan tenaga-tenaga ahli dari kaum muslimin sendiri. Ini ditunjang oleh sistem pendidikan Islam yang bertujuan mencetak generasi yang berkepribadian Islam serta menguasai IPTEK. Jika terpaksa menggunakan tenaga ahli asing, maka sifatnya hanya sementara dengan tetap mempersiapkan SDM lokal agar mampu mengelola SDA secara mandiri. Demikianlah secara ringkas solusi Islam dalam mengatasi problem lingkungan saat ini. 

Fakta sejarah pun membuktikan bahwa pengelolaan negara berdasarkan akidah Islam berhasil gemilang. Menurut para sejarawan perkotaan Modelski maupun Chandler, Baghdad di Irak memegang rekor kota terbesar di dunia dari abad 8-13 M.  Penduduk Baghdad pada tahun 1000 M ditaksir mencapai 1.500.000 jiwa.  Peringkat kedua diduduki oleh Cordoba di Spanyol yang saat itu juga wilayah Islam dengan 500.000 jiwa dan baru Konstantinopel yang saat itu masih Ibu Kota Romawi-Byzantium dengan 300.000 jiwa.

Namun sebagaimana laporan para pengelana Barat, baik Baghdad maupun Cordoba adalah kota-kota yang tertata rapi, dengan saluran sanitasi pembuang najis di bawah tanah serta jalan-jalan luas yang bersih dan diberi penerangan pada malam hari.  Ini kontras dengan kota-kota di Eropa pada masa itu, yang kumuh, kotor, dan di malam hari gelap gulita, sehingga rawan kejahatan. 

Masya Allah, tentu saja kita merindukan saat-saat seperti itu. Oleh sebab itu, marilah kita berjuang bersama-sama untuk menegakkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Allahu Akbar!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan