DBD Mewabah, Butuh Penyembuh dan Pencegah
![]() |
🖤Admin MKM |
Jika dicermati lebih dalam ada hal yang belum dilakukan secara masif terkait wabah ini yakni layanan kesehatan yang menjadi kewajiban negara, mudah, murah, yang akan memaksimalkan upaya preventif dan kuratif. Berbicara mengenai kesehatan hari ini seolah menjadi sesuatu yang sangat rumit karena sulitnya akses yang didapatkan, gratisnya biaya pengobatan, bahkan ada embel-embel syarat yang harus dipenuhi sebelum mendapatkan layanan tersebut.
OPINI
Oleh Hilma Kh. Insaniyah, S.Si
Pemerhati Kesehatan Masyarakat
MKM, OPINI_Bumi sebelah timur sedang tidak baik-baik saja. Tingginya curah hujan, angin puting beliung, banjir, serta deretan bencana alam lainnya menyeringai bak menghunus jantung setiap manusia. Tidak hanya bencana, musim pancaroba ini memicu berbagai penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jawa Barat, Vini Asiani Dewi, mengatakan penyakit demam berdarah adalah penyakit yang akan meningkat ketika masa pancaroba dari Januari hingga April, masa kembang biak nyamuk. Dimana nyamuk senang hidup di air bersih (menggenang). Salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat yakni menguras, mengubur, dan menutup.
Namun, informasi tersebut belum berpengaruh banyak terhadap wabah. Kasus di Jabar saja terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Jabar sejak Januari 2024 kasus ini mencapai 11.058 kasus, 96 diantaranya sampai kepada kematian. (kumparan.com, 21/03/24)
Mengenal Demam Berdarah
Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit yang pertama ditemukan tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Penyakit menular ini menyebabkan prevalensi kematian cukup tinggi pada awal kemunculannya dan kerap digolongkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap 5 tahun.
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus ini bisa menyerang siapa saja anak-anak, dewasa atau lansia. Seekor nyamuk Aedes yang menjadi pembawa virus dengue kemudian menggigit seseorang dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain dalam rentang waktu 8-12 hari.
Jika seseorang sudah terinfeksi oleh virus, gejala yang timbul adalah demam tinggi mencapai 40⁰C, nyeri kepala berat, nyeri pada otot, tulang, sendi, nafsu makan berkurang, sering mual serta akan menimbulkan bintik atau bercak pada kulit 2-5 hari pasca demam. Hal-hal yang bisa dilakukan saat gejala menyerang adalah dengan tes darah lengkap sehingga diketahui trombosit, plasma, dan hematokrit dalam darah normal atau tidak normal.
Setelah itu, pengobatan bisa dilakukan dengan baik. Hal yang bisa dilakukan agar sembuh adalah dengan banyak minum untuk mencegah dehidrasi, minum oralit, mengonsumsi obat pereda nyeri, menyantap makanan yang mudah di cerna seperti bubur, dan makanan yang membantu menaikan trombosit, serta istirahat yang cukup. Inilah salah satu upaya pengobatan sehingga bisa diatasi dengan benar.
Penanganan yang Belum Masif
Mengutip dari buku Preventive Medicine for The Doktor in This Community bahwasanya ada five prevention dalam mencegah penyakit, dua di antaranya adalah preventif dan kuratif. Namun demikian upaya ini tidak akan terealisasi jika tidak ada kerja sama antara individu, masyarakat dan negara.
Wabah yang setiap tahun terus ada saat masa pancaroba ini belum ada solusi tuntas secara komprehensif. Sejatinya sistem yang saat ini diterapkan sangat berpengaruh terhadap solusi ini. Dari pihak individu, nyatanya belum semua mengetahui upaya 3M yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan setiap tahunnya. Pun dengan masyarakat, keaktifan masyarakat dalam kesehatan amatlah kurang seolah ini adalah penyebaran penyakit biasa. Begitu pula dengan program pemerintah terkait edukasi penyakit ini. Bilamana sudah timbul kesadaran, maka akan dilaksanakan program tersebut dengan sebenarnya. Abatisasi, fogging, atau 3M yang diinformasikan dalam penyuluhan sebagai salah satu cara memutus siklus perkembangbiakan nyamuk jarang sekali ditemui dilingkungan masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Delian dkk, 2021) Kemiskinan memiliki pengaruh terhadap DBD di Jambi sebesar 35,4% dengan salah satu faktornya adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Kemiskinan membuat seseorang tidak memperhatikan hidup bersih dan sehat, tidak jarang mereka juga kurang mendapatkan literasi kesehatan.
Jika dicermati lebih dalam ada hal yang belum dilakukan secara masif terkait wabah ini yakni layanan kesehatan yang menjadi kewajiban negara, mudah, murah, yang akan memaksimalkan upaya preventif dan kuratif. Berbicara mengenai kesehatan hari ini seolah menjadi sesuatu yang sangat rumit karena sulitnya akses yang didapatkan, gratisnya biaya pengobatan, bahkan ada embel-embel syarat yang harus dipenuhi sebelum mendapatkan layanan tersebut.
Edy Muryanto menegaskan kepada Dinas Kesehatan untuk memberikan akses kepada orang miskin mengingat peningkatan jumlah penderita DBD di Jakarta. Namun layanan kesehatan terbatas hingga tak jarang masyarakat tidak mendapatkan fasilitas kesehatan. Namun, hal ini belum ditangani lebih jauh. Sementara pasien terus bertambah.
Islam Menangani Penyakit
Suatu hari seorang perempuan pernah datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam berkeluh kesah tentang penyakitnya sehingga perempuan tersebut meminta kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam untuk berdoa kepada Allah agar disembuhkan penyakitnya. Atas permintaan ini Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam memberikan pilihan kepadanya, sembuh dari sakitnya atau bersabar sehingga baginya surga. Maka saat itu, perempuan tersebut meminta kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam agar berdoa kepada Allah untuk tak tersingkap auratnya saat penyakitnya kambuh.
Begitu pun dalam Al-Majmu Syrahul Muhadzdzab Imam Nawawi menuturkan apa yang disabdakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah kalian berobat dengan sesuatu yang haram." (HR. Abu Dawud dan Abu Darda) Serta, "Bila orang yang sakit tidak berobat, karena tawakal, maka hal itu sebuah keutamaan."
Hadis riwayat Imam Bukhari dari Sahabat Abu Hurairah, "Sesungguhnya Allah tidak menurunkan sebuah penyakit kecuali diturunkan obatnya." Dari apa yang telah dilakukan dan disabdakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam artinya bahwa berobat adalah Sunnah dan ini perkara individu.
Berbeda halnya dengan pengaturan negara terhadap rakyatnya. Islam memandang bahwa layanan kesehatan merupakan tanggung jawab negara. Terlepas apakah ia kaya atau miskin karena layanan kesehatan dalam Islam diberikan cuma-cuma alias gratis. Lebih penting lagi adalah kewajiban negara memberikan akses kepada masyarakat agar bisa mendapatkan pelayanan serta pengobatan pada mereka yang tengah sakit. Menyembuhkan 1 orang ibarat menyembuhkan seluruh umat manusia.
Tidak hanya bertanggung jawab, Islam memandang negara wajib memaksimalkan upaya preventif dan kuratif dalam problematika yang terjadi di bidang kesehatan. Upaya pencegahan yang dilakukan negara agar penyakit tidak mewabah antara lain:
Islam mengajarkan kepada kaumnya untuk hidup bersih dan sehat tidak hanya diri sendiri tapi juga lingkungan bahkan telah tertulis dalam Al-Qur'an surat At-taubah:108 yang artinya, "Allah menyukai orang-orang yang bersih." Bahkan konsep 3M itu dapat terealisasi nyata. Perlu diketahui pula bahwa hal ini bukan semacam perintah melainkan edukasi kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.
Sayang sekali, hari ini masyarakat jauh dari Islam sehingga konsep kesehatan yang diberikan Islam hanya sebatas teori. Masyarakat abai terhadap kondisi dirinya serta lingkungan karena pengaruh dari sistem yang tegak hari ini. Sistem kapitalisme yang menyuruh masyarakat fokus pada pencarian materi sebanyak-banyaknya karena harta mereka digerus oleh utang luar negeri, kekayaan alam dicerabut ibarat tikus mati di lumbung padi. Apalagi saat ini kesehatan di kapitalisasi oleh UU Omnibus Law. Soal kesehatan biarlah waktu yang menjawabnya.
Selain memberikan edukasi terkait pentingnya hidup sehat oleh para ahli, Islam pun tidak tinggal diam saat terjadi wabah. Islam melakukan upaya kuratif agar wabah segera berakhir. Salah satu yang bisa dilakukan tatkala itu adalah dengan melakukan riset dan mengaplikasikan teknologi terbarunya dalam masyarakat tidak dengan embel-embel harus bayar karena sejatinya layanan kesehatan itu hak setiap warga.
Negara siap sedia dalam menyediakan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit cadangan, nakes yang banyak, obat-obatan yang berkualitas, serta pelayanan yang memuaskan dan semua itu diberikan cuma-cuma. Pada akhirnya endemi yang terjadi di masyarakat bisa terselesaikan dengan mudah tanpa menimbulkan masalah baru. Semoga pengaturan Islam bisa terealisasi dalam masyarakat nanti ketika umat kembali pada kesadaran penuh bahwasanya Islam mempunyai solusi komprehensif dan bisa diterapkan dalam cakupan negara dalam naungan Daulah Islam, kepemimpinan dalam Islam.
Wallahualam bisawab.
Komentar
Posting Komentar