Listrik Padam di Wilayah Surplus Pasokan?
![]() |
🖤 Admin MKM |
Padamnya listrik di wilayah Sumatra ini merupakan ironi. Pasalnya, Sumatra termasuk wilayah yang memiliki pasokan listrik yang berlimpah, bahkan berlebih. Data dari PLN menyebutkan bahwa Sumatra memiliki reserve margin sebesar 41%. Reserve margin adalah cadangan daya pada sistem ketenagalistrikan terhadap beban puncak.
OPINI
Oleh Mariyatul Qibtiyah
Pegiat Literasi
MKM, OPINI_Pada tanggal 4–5 Juni lalu, terjadi pemadaman listrik bergilir di wilayah Sumatra. Pemadaman listrik yang bervariasi itu terjadi di Aceh hingga Lampung. Durasi pemadaman bervariasi antara 10–24 jam. (bisnis.com, 6-6-2024)
Penyebab Pemadaman
Pemadaman bergilir secara besar-besaran atau blackout di wilayah Sumatra itu terjadi karena adanya gangguan pada jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Jaringan 275 kV Lubuk Linggau-Lahat itu menghubungkan sejumlah wilayah di Sumatra. Sekitar 29.000 gardu listrik pun terganggu karenanya.
Menurut PLN, padamnya jaringan transmisi dengan beban tinggi secara otomatis menyebabkan padamnya pembangkit listrik. Untuk menyalakan kembali pembangkit listrik tersebut dibutuhkan waktu yang lama. Selain itu, dibutuhkan manajemen pengaturan agar listrik di wilayah terdampak akan tetap stabil.
Sebuah Ironi
Padamnya listrik di wilayah Sumatra ini merupakan ironi. Pasalnya, Sumatra termasuk wilayah yang memiliki pasokan listrik yang berlimpah, bahkan berlebih. Data dari PLN menyebutkan bahwa Sumatra memiliki reserve margin sebesar 41%. Reserve margin adalah cadangan daya pada sistem ketenagalistrikan terhadap beban puncak.
Tingginya reserve margin ini menunjukkan bahwa Sumatra mengalami kelebihan pasokan. Reserve margin yang ideal berada di angka 24–35%. Namun, tingginya reserve margin itu ternyata belum menjamin tidak akan terjadi masalah.
Lamanya durasi pemadaman listrik ini menyebabkan masyarakat banyak yang dirugikan. Masyarakat mengeluh karena tidak dapat menyalakan kipas angin atau air conditioner. Padahal, cuaca sangat panas.
Demikian pula dengan mereka yang memiliki usaha. Banyak dari mereka yang mengalami kerugian. Para pengusaha kecil tidak memiliki genset, sehingga usaha mereka harus berhenti sementara waktu. Sementara, pengusaha yang memiliki genset, harus mengeluarkan biaya tambahan dan mengurangi keuntungan mereka.
Buruknya Mitigasi
Menteri ESDM pun meminta PLN melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab terganggunya jaringan ini. Pihak PLN menyatakan belum menemukan penyebab terputusnya jaringan yang menimpa 600.000 pelanggan ini. PLN hanya menemukan adanya penyebab minor, seperti posisi tower yang berdekatan dengan pohon serta terputusnya kabel jumper. PLN belum dapat memastikan bahwa hal ini merupakan penyebab utama.
Hal ini menunjukkan adanya mitigasi dan pemeliharaan listrik yang lemah. Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga, mitigasi dapat dilakukan jika kualitas transmisi dan backup load yang cukup. PLN juga harus menjamin bahwa jika terjadi pemadaman, perusahaan itu dapat segera menanggulangi masalah tersebut.
Kapitalisasi Listrik
Menyikapi terjadinya blackout tersebut pemerintah pun berniat untuk menguatkan kapasitas listrik di Sumatra. Penguatan kapasitas itu dilakukan dengan membangun sumber listrik cadangan. Untuk mewujudkan hal itu, harus dilakukan kerja sama antara pemerintah dengan swasta.
Hal itu diungkapkan oleh Edyanus Herman Halim, ekonomi Universitas Riau. Menurut Edyanus, penyediaan listrik dapat menggunakan berbagai sumber energi alternatif. Terlebih, di wilayah Sumatra seperti Riau, banyak perusahaan besar yang menggunakan sumber energi, seperti migas, kayu, dan sawit untuk menyediakan listrik bagi industri mereka.
Tampaknya, masalah blackout di Sumatra ini dijadikan sebagai pintu masuk untuk mengundang swasta dalam pengelolaan listrik. Jika hal ini terjadi, beban masyarakat akan makin berat. Bagaimana pun, para pengusaha yang ikut berbisnis dalam sektor ini menginginkan keuntungan yang besar, seperti para kapitalis pada umumnya. Hal itu karena dalam sistem kapitalis, tidak ada makan siang gratis. Semua harus mendatangkan keuntungan, termasuk dalam pengelolaan harta milik umum.
Pengelolaan Listrik dalam Islam
Listrik merupakan sumber energi. Dalam kehidupan modern seperti sekarang, listrik sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Energi listrik dapat digunakan untuk menyalakan lampu, memasak, atau menghidupkan alat-alat elektronik lainnya.
Listrik juga dibutuhkan dalam banyak bidang usaha, baik usaha berskala kecil, menengah, maupun besar.
Listrik yang menghasilkan energi panas. Dalam Islam, listrik dikategorikan sebagai api. Api termasuk salah satu barang yang kaum muslim berserikat di dalamnya. Rasulullah saw. telah menjelaskan hal ini dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Ahmad.
المُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٕ الْمَاءُ وَالْكَلَأُ وَالنَّارُ
Artinya: “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, air, padang rumput, dan api.”
Benda-benda yang disebutkan dalam hadis di atas termasuk harta milik umum. Karena merupakan harta milik umum, setiap anggota masyarakat berhak memanfaatkannya. Oleh karena itu, benda-benda ini tidak boleh dikuasai oleh individu atau sekelompok orang seperti perusahaan swasta.
Larangan ini untuk mencegah terjadinya perselisihan di tengah masyarakat. Jika masyarakat mengalami kesulitan saat hendak memanfaatkan, negara harus membantu. Negara dapat mengeksplorasi dan membagikannya kepada masyarakat secara langsung atau menjualnya dengan harga murah.
Dalam hal ini, negara tidak bertujuan untuk mengambil keuntungan. Jika negara mendapatkan keuntungan dari pengadaan listrik, hasilnya digunakan untuk biaya operasional, menggaji para pegawai, atau menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Negara melakukan hal itu sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai penguasa yang wajib memberikan layanan kepada masyarakat.
Demikianlah pengelolaan sumber daya energi dalam Islam. Dengan cara seperti ini, rakyat dapat memenuhi kebutuhan terhadap energi dengan harga murah, bahkan gratis. Rakyat yang hidup bahagia dan sejahtera akan rida pada penguasa yang mengurusi mereka. Mereka pun mendoakan kebaikan-kebaikan untuk penguasa.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar