Toleransi Keblabasan Merusak Iman


๐Ÿ–ค Admin MKM 
Apakah sikap ini bisa memengaruhi kekuatan dan identitas iman umat Islam, serta di mana letak garis batas toleransi yang seharusnya dijaga agar tidak mengancam integritas keyakinan.


OPINI
 

Oleh Fadia Nur Amalia 

Aktivis Muslimah Pasuruan



Muslimahkaffahmedia.eu.org-Misa Agung di Gelora Bung Karno (GBK) dihadiri ribuan umat Kristiani dengan meriah, hadir di tengah mereka Paus Fransiskus yang merupakan pemimpin gereja Katolik dunia sekaligus Kepala Negera Vatikan. Acara tersebut merupakan satu dari agenda kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Lawatan Paus Fransiskus diagendakan mulai tanggal 3-6 September 2024. 


Tak hanya umat Kristiani yang bergempita tapi sebagian kaum Muslimin juga melakukan penyambutan. Peristiwa penyambutan tersebut dinilai berlebihan dan keblabasan. Hal ini tampak dengan adanya 33 tokoh Muslim Indonesia yang meluncurkan buku berjudul "Salve Peregrinans Spei" yang berarti "Salam Bagimu Sang Peziarah Harapan" dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus. (Kompas.com, 2/9/2024)


Apa yang membuat tindakan ini dianggap melampaui batas alias keblabasan?


Fenomena penyambutan yang begitu meriah, terutama ketika melibatkan peluncuran buku oleh tokoh-tokoh Muslim untuk menyambut Paus Fransiskus, menuai kritik tajam karena dianggap melebihi norma toleransi yang seharusnya. Banyak yang bertanya-tanya, apakah sikap ini bisa memengaruhi kekuatan dan identitas iman umat Islam, serta di mana letak garis batas toleransi yang seharusnya dijaga agar tidak mengancam integritas keyakinan.

 

Kunjungan Paus Fransiskus merupakan momen penting yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Dengan kehadiran tokoh penting ini, negara tersebut menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan antara perayaan religius dan sensitivitas terhadap keberagaman agama yang ada.


Sebenarnya, semua rangkaian acara ini terasa seperti campuran potluck religi, dengan semua orang membagikan bagian dari kepercayaannya tapi justru membuat sebagian orang berpikir kalau acara ini sudah keblabasan ke arah sinkretisme, pluralisme, dan humanisme beragama. Jadi, meskipun niatnya baik, rasanya semua ini jadi sedikit "ramai" dan "ngaco."


Dalam diskursus agama kontemporer, terdapat beberapa paham yang perlu dianalisis secara kritis. 


Pertama, sinkretisme beragama yang mencampur adukkan ajaran berbagai agama, termasuk Islam, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.


Kedua, pluralisme agama yang mengklaim semua agama sama dan kebenarannya relatif juga menghadapi kritik serius, terutama dari perspektif normatif Islam. 


Ketiga, humanisme beragama, yang muncul di era Renaissance, berusaha menghapuskan peran agama dengan menjadikan manusia sebagai pusat kehidupan, juga bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan bahwa segala sesuatu dalam hidup adalah untuk Allah. Memahami dan mengevaluasi paham-paham ini sangat penting untuk menjaga keselarasan dengan ajaran agama yang benar.


Para pemimpin umat Islam seharusnya paham bahwa ketika orang non-Muslim berkunjung ke negeri ini, kita harus memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan Islam kepada mereka, bukan malah membiarkan mereka menyebarkan agama mereka kepada umat Islam.


Nabi Muhammad juga memberikan contoh dengan mengirimkan surat kepada para penguasa non-Muslim pada masa itu, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Misalnya, Nabi mengirim surat kepada Raja Persia dengan pesan tegas tentang pentingnya iman kepada Allah dan Rasul-Nya.


Toleransi dalam Islam bukan berarti menerima semua agama tanpa batas. Toleransi Islam berarti membiarkan orang beribadah sesuai agama mereka tanpa mengganggu, seperti dijelaskan dalam firman Allah Swt.,


ู„َูƒُู…ۡ ุฏِูŠู†ُูƒُู…ۡ ูˆَู„ِูŠَ ุฏِูŠู†ِ 


"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS. Al-Kafirun [109]: 6)


Sejarah menunjukkan bahwa toleransi beragama sudah diterapkan dengan baik dalam kekuasaan Islam, seperti di Madinah, Mesir, India, dan Spanyol, di mana umat Islam hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dengan damai.


"Misi utama Islam adalah menyebarkan rahmat dan kasih sayang ke seluruh penjuru dunia, menciptakan suasana damai dan harmonis bagi semua umat manusia."


Untuk mencapai tujuan mulia secara menyeluruh dan efektif, penerapan syariat Islam dalam keseluruhan aspek kehidupan sangatlah penting. 


Syariat Islam yang diterapkan secara menyeluruh di bawah khilafah tidak hanya menyediakan kerangka hukum yang adil dan merata, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana toleransi sejati dapat berkembang. 


Dengan demikian, khilafah memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa rahmat dan kasih sayang yang menjadi inti ajaran Islam dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan