Menyoal Peningkatan IKUB dan IKS

 


Peningkatan angka IKM selama beberapa tahun terakhir apakah berkorelasi dengan perilaku masyarakat ke arah lebih baik?

OPINI 

Oleh Elfia Prihastuti, S.Pd

Praktisi Pendidikan


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Moderasi beragama makin deras digulirkan. Kali ini Kementerian agama yang menjadi koordinator pengarusan moderasi beragama pamer data. Berkat moderasi beragama indeks kerukunan umat beragama (IKUB) dan kesalehan sosial di tahun 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2023. Namun indikator pengukur indeks tampak menyelisihi dari hakikat sebenarnya. 


Diwartakan kompas.com, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyatakan, Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB) meningkat sebesar 0.45 dari 76,02 pada tahun 2023 menjadi 76,47 di tahun 2024. Sedangkan Indeks Kesalehan Sosial (IKS) berada 82,59 di tahun 2023 naik menjadi 83,83 di tahun 2024. Data IKS melalui survei terhadap populasi pemeluk agama yang beragama, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Survei dilakukan di beberapa kota oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag. (10/10/2024)


Sementara Wakil Menteri Agama (Wenag) mengungkapkan IKUB menunjukkan tren positif dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menggambarkan bahwa sikap toleransi antar umat beragama menunjukkan kecenderungan yang lebih baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi semua ini adalah berbagai upaya Kementerian Agama dalam menyosialisasikan dan menginternalisasikan penguatan moderasi beragama melalui berbagai program dan kegiatan. (detiknews.com, 8/10/2024)


Terminologi yang Menyelisihi Hakikat 


IKUB bertujuan agar mendapatkan gambaran kondisi kerukunan umat beragama di suatu daerah. Hasil pengukuran IKUB dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan berbagai kebijakan program untuk memperkuat kerukunan umat beragama. Ada tiga dimensi yang diukur dalam IKUB antara lain toleransi, kesetaraan, dan kerjasama. Ketiga dimensi pengukuran tersebut bermuara pada indikator moderasi beragama.


Namun terjadinya peningkatan IKUB apakah telah menjamin bahwa kerukunan umat beragama benar-benar berjalan secara adil tanpa ada yang tersakiti? Jelas hal ini harus dicermati lebih dalam. Bagi seorang muslim yang taat menjalankan agamanya, tentu akan menggunakan standar yang berbeda. Standar ini sudah pasti tidak sejalan dengan indikator yang ditetapkan, yang bermuara pada pemahaman moderasi beragama. Jika sudah begitu, 'cap radikal' akan selalu menyertai.

 

Sementara terdapat juga pengukuran Indeks Kesalehan Sosial. Tujuan pengukuran IKS dimaksudkan untuk mengetahui kualitas pemahaman dan pengalaman ajaran agama pada pemeluk agama. IKS juga dapat digunakan untuk mengukur kesalehan sosial umat beragama, yaitu sikap dan perilaku seseorang yang memiliki unsur kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat.


Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritualnya, tetapi juga dilihat dari output sosialnya, seperti: Kasih sayang pada sesama, sikap demokratis, menghargai hak orang lain, cinta kasih, penuh kesantunan. Peningkatan angka IKM selama beberapa tahun terakhir apakah berkorelasi dengan perilaku masyarakat ke arah lebih baik? Sementara kita menyaksikan berbagai fakta yang terjadi justru sebaliknya. Kejahatan, kesadisan, matinya hati nurani semakin masif menjadi pemberitaan media massa.


Bahaya


Apapun istilah yang digunakan, dan termonologi makna yang ditetapkan, tidak bisa dilepaskan dari standar moderasi beragama. Pemikiran yang secara sengaja diarusderaskan tanpa henti. Hal ini dimaksudkan untuk memperlemah pemahaman kaum muslim terhadap agamanya. Sehingga perlahan-lahan tapi pasti ide moderasi beragama yang digulirkan secara paksa dan masif sedikit atau banyak akan berefek pada pemahaman kaum muslim. Pada akhirnya sedikit demi sedikit mengikis pemahaman Islam Ideologis.


Pada dasarnya, moderasi beragama merupakan tuntutan kepada orang beragama untuk moderat. Dalam kamus, moderat itu orang yang memiliki pemahaman agama longgar ketika ini dinisbatkan kepada agama. Di tengah-tengah umat Islam moderasi beragama artinya umat Islam dalam memahami ayat dan memahami hadis harus distandarkan dengan kemauan Barat. Kaum muslim dipaksa untuk meninggalkan standarisasi pemahaman agama kepada Nabi, para Sahabat, para Tabi'in, para Tabi'ut Tabi'in, dan para ulama Salafus saleh.


Sungguh mengkhawatirkan umat Islam saat ini tersandera oleh pemikiran-pemikiran moderasi beragama. Ada pagar liar yang mengepung kaum muslim untuk bebas menjalankan agamanya. Untuk itu, penting untuk dicermati, Ide ini telah menetapkan indikator-indikator yang dijadikan muara pencapaian sesuai kehendak Barat. Indikator tersebut antara lain, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghormatan atas budaya. 


Memahami Hakikat 


Seorang muslim sudah seharusnya memahami agamanya secara mendalam. Sebab Allah Swt. memerintahkan agar kaum muslim menerapkan agama secara keseluruhan. Sebagaimana firman-Nya:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 

 

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah:208)


Maka standar yang digunakan bagi seseorang muslim tentu standar yang berasal dari Allah, bukan selainnya. Untuk itu, penting bagi umat Islam memahami Islam berdasarkan hakikatnya. Jangan sampai terjerat oleh tipu daya yang dibungkus rapi, seolah-olah merupakan pemikiran yang benar.


Terminologi makna yang sering digunakan dalam pengarusan moderasi beragama adalah toleransi. Standarisasi toleransi yang digunakan dalam moderasi beragama dan toleransi menurut ajaran Islam sungguh jauh berbeda. Tuntunan Islam tentang toleransi diantaranya ada pada Al-Qur'an surat Al-Kafirun ayat 6.


Penerapan toleransi secara damai, telah terealisasi di masa pemerintahan Rasulullah saw. di Madinah. Kehidupan toleransi yang indah juga tampak pada masa Kekhalifahan. Contoh nyata kehidupan toleransi terjadi pada masa Kekhalifahan di Spanyol. Umat Islam, Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dalam kurun waktu lebih dari 800 tahun.


Sementara makna saleh dalam Islam tertuang dalam surat Al-Ankabut ayat 9. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang akan dimasukkan ke dalam golongan orang saleh apabila orang tersebut beriman dan melakukan amal saleh. Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang saleh selalu dinisbatkan pada keimanan yang memiliki konsekuensi pada pelaksanaan amal yang selalu distandarkan pada nilai-nilai yang ditetapkan Allah. 


Ketaatan kepada Allah menjadi implikasi dari kesalehan seorang muslim. Ketaatan ini tidak hanya ketaatan berlevel individu, tetapi juga pada level masyarakat dan negara. Jika pengaturan masyarakat yang dilakukan oleh negara dengan menggunakan aturan manusia sebagaimana penerapan kapitalisme saat ini, tentu kesalehan tidak akan terwujud. Apalagi yang menjadi landasan bukan akidah Islam melainkan berdasarkan materi.


Pembentukan masyarakat Islam yang saleh telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika pembentukan masyarakat Islam di Madinah. Dakwah pemikiran, merupakan salah satu pilar pembentukan masyarakat Islam. Sistem atau syariat akan mengikat masyarakat Sehingga terbentuk sebuah masya'ir atau perasaan di antara individu masyarakat. Kemudian dibuatlah standar-standar sehingga menghasilkan kepuasan. 


Ikatan yang digunakan dalam masyarakat Islam adalah ikatan akidah Islam yang memancarkan sistem yang mampu memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Ikatan inilah yang disebut ikatan ideologi (mabda') Islam, bukan selainnya. Seperti ikatan nasionalisme, kesukuan, spiritual dan semisalnya. Sungguh, selain ikatan mabda' ikatan-ikatan tersebut tidak layak untuk mengikat manusia menjadi masyarakat yang bangkit.


Sementara Khilafah adalah penjaga bagi masyarakat Islam. Ketiadaan institusi tersebut akan menjaga keberadaannya tanpa institusi negara yang menerapkan sistem Islam maka masyarakat Islam akan kehilangan eksistensinya. Sudah saatnya bagi kaum muslim memperjuangkan dengan kesungguhan keberadaannya. Agar kebaikan menyelimuti di dunia dan akhirat.


Wallahualam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan