Create Your Own Destiny
Create your own destiny, ciptakan sendiri takdirmu dengan memaksimalkan ikhtiar dunia, melangitkan doa dan berprasangka baik akan apa-apa yang ditetapkan Allah.
MOTIVASI
Oleh Arda Sya'roni
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Create your own destiny, ciptakan takdirmu sendiri, demikian makna dari judul di atas. Takdir adalah suatu ketetapan Allah, baik itu berupa takdir baik maupun buruk, sedang terjadi dan yang akan terjadi, karena datangnya dari Allah dan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Maka siap atau tidak siap kita harus menerima takdir tersebut. Entah kita berusaha mengelak, mengingkari atau menolak, takdir tersebut tetap akan mendatangi.
"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhul Mahfuzh)." (QS. Ar-Ra'd: 39)
Islam mengenal takdir sebagai qada dan qadar. Qada dan qadar ini merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini. Jadi, menerima ketetapan takdir adalah suatu keharusan. Qada dan qadar merupakan sunatullah, meski berat bagi kita untuk menerima takdir yang tak sesuai keinginan kita, tetapi tetaplah itu adalah takdir terbaik yang Allah berikan. Yakini bahwa pasti ada kebaikan di ujung setiap takdir, baik itu takdir baik maupun takdir buruk sekalipun. Jika kita rida menerima takdir Allah, maka Allah pun akan rida kepada kita. Sebaliknya, jika kita tidak rida atas takdir Allah, maka hidup yang kita jalani akan semakin berat adanya.
Qada dan Qadar
Selama ini kita mengenal qada dan qadar dari rukun iman, tapi sejatinya kita tidak memahami benar apa makna qada dan qadar. Keduanya memanglah ketetapan Allah, tetapi ada perbedaan yang mungkin selama ini tidak kita ketahui. Menurut kitab Nizhamul Islam yang ditulis oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani, dijelaskan bahwa qada adalah ketetapan yang bersifat sunatullah.
Ketetapan ini menguasai manusia, artinya manusia tidak bisa menghindari dan manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atasnya. Contohnya adalah pada orang tua mana kita dilahirkan, bentuk fisik kita, kecelakaan yang menimpa, musibah yang terjadi. Namun, bagaimana sikap dan ikhtiar kita atas qada tersebut adalah wilayah yang manusia kuasai. Artinya bahwa sikap dan ikhtiar kita atas qada tersebut adalah murni pilihan kita. Manusia tidak dipaksa Allah dalam menentukan pilihan sikap dan ikhtiar kita atas qada itu. Mau ambil jalan pahala atau dosa, adalah pilihan manusia sendiri.
Sedangkan qadar adalah khasiat khas yang diberikan pada sesuatu, misal bahwa api itu panas, salju itu dingin, kertas mudah terbakar, juga naluri-naluri yang ada pada diri manusia. Tentu kita tidak bisa memungkiri khasiat khas pada sesuatu tersebut karena itu sunatullah dan sudah ketetapan Allah. Kita pun tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas qadar tersebut.
Namun, untuk apa kita menggunakan khasiat khas pada sesuatu tersebut adalah wilayah yang dikuasai manusia. Apakah api itu digunakan untuk kebaikan dan mencari pahala, ataukah untuk keburukan dan berujung dosa? Begitu pula dengan penggunaan naluri pada manusia, misal naluri nau' atau naluri berkasih sayang. Apakah naluri tersebut digunakan di jalan halal atau jalan haram? Inilah wilayah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
Takdir yang Kita Ingin
Dari penjelasan Syekh Taqiyuddin An Nabhani, dapat diambil kesimpulan bahwa takdir berupa qada dan qadar tak selamanya bersifat mutlak dari Allah. Beberapa takdir dapat kita ubah sesuai dengan ikhtiar yang kita lakukan di wilayah yang menjadi area kita. Misal takdir kita dilahirkan di keluarga miskin, maka kita bisa mengubah takdir itu dengan usaha maksimal yang bisa kita lakukan, baik lewat jalur dunia maupun jalur langit. Dengan usaha maksimal, insyaallah takdir akan berubah cepat atau lambat. Nah, ikhtiar apa yang kita tempuh ini yang menjadi pertanggungjawaban kita.
Seperti apa takdir yang kita inginkan sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan prasangkakan. Sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah mengatakan, Allah berfirman sebagai berikut, "Aku selalu menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila baik maka ia akan mendapatkan kebaikan.”
Dengan demikian create your own destiny, ciptakan sendiri takdirmu dengan memaksimalkan ikhtiar dunia, melangitkan doa dan berprasangka baik akan apa-apa yang ditetapkan Allah. Lakukan saja apa yang menjadi bagian kita sebagai manusia, lalu biarkan Allah yang menyelesaikannya. Wallahualam bissawab.
Sidoarjo, 21 Oktober 2024.
#HappyNulis10Hari
#KelasAlumniAMK
#PenulisHebatAMK
Komentar
Posting Komentar