Fenomena #KaburAjaDulu Sekadar Tren atau Bukti Krisis?
OPINI
Negara akan mengelola sumber daya alam tersebut semata-mata untuk melayani rakyatnya.
Oleh Rati Suharjo
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org-#KaburAjaDulu telah viral di berbagai platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, Facebook, dan aplikasi X. Dalam unggahan #kaburAjaDulu terdapat ajakan untuk pindah ke negara lain, baik dengan alasan lapangan kerja, beasiswa pendidikaan, maupun faktor lainnya. (kumparan.com, 17-2-2024)
Kalimat singkat dengan bentuk sederhana tersebut merupakan ungkapan kekecewaan terhadap kekhawatiran anak muda tentang masa depan. Saat ini, negeri ini tengah menghadapi bonus demografi, akan tetapi lapangan pekerjaan sempit dan banyaknya korban PHK.
Di samping itu, Indonesia juga sedang menghadapi berbagai krisis. Seperti keadilan, hukum, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lainnya.
Dalam pendidikan gelar sarjana tidaklah mudah semua orang. Tidak semua individu memiliki kesempatan untuk menikmati bangku perguruan tinggi, terutama karena faktor biaya. Beban biaya pendidikan yang harus ditanggung sendiri, termasuk Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi kendala utama bagi sebagian besar generasi Z. Akibatnya, banyak dari mereka hanya mampu menempuh pendidikan hingga tingkat SMA, SMP, atau bahkan terpaksa putus sekolah.
Meskipun telah memperoleh gelar sarjana, pekerjaan tetap sulit . Banyak di antara mereka yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian yang dipelajari, atau bahkan menganggur.
Baru-baru ini juga tagar #IndonesiaGelap menjadi trending di media sosial, khususnya di platform X (sebelumnya Twitter), dengan lebih dari 81.900 cuitan.Tagar ini pertama kali muncul pada 17 Februari 2025, bertepatan dengan aksi demonstrasi yang dipimpin oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Jakarta. Mereka menuntut perhatian pemerintah terhadap isu-isu pendidikan dan kesejahteraan generasi muda. Hal ini mencerminkan rakyat terhadap berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. (tempo.com,18-2-2025)
Kendati demikian, di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, banyak anak muda Indonesia yang memiliki keterampilan dan kecerdasan tinggi. Adanya #KaburAjaDulu untuk pindah ke luar negeri demi mencari kehidupan yang lebih dalam pendidikan maupun karier. Mereka aktif mencari informasi beasiswa, lowongan kerja, hingga pengalaman hidup di berbagai negara seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masa depan Indonesia. Jika generasi muda yang berpotensi lebih memilih mengembangkan diri di luar negeri, maka Indonesia dapat menghadapi tantangan besar dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini mengingatkan pada kasus B.J. Habibie yang mengembangkan keilmuannya di luar negeri.
Hal ini tidak lepas dari penerapan sistem yang keliru. Penerapan ekonomi kapitalisme menjadikan penguasa abai terhadap rakyatnya. Rakyat yang seharusnya dilayani malah dijadikan tulang punggung negara melalui pajak.
Berbeda halnya ketika sistem Islam diterapkan. Penguasa adalah pelayan umat. Rasulullah saw. menjelaskan dalam hadisnya:
"Imam/khalifah laksana penggembala kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna dari hadis tersebut adalah bahwa seorang penguasa harus melayani segala kebutuhan rakyatnya, baik dalam hal pendidikan, keamanan, sandang, pangan, tempat tinggal, maupun kebutuhan primer lainnya.
Untuk mewujudkan pelayanan tersebut, khalifah atau imam menerapkan sistem ekonomi Islam, di mana segala sumber kekayaan, baik di laut maupun di daratan, tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang atau korporasi.
Negara akan mengelola sumber daya alam tersebut semata-mata untuk melayani rakyatnya. akan mengelola sumber daya alam tersebut semata-mata untuk melayani rakyatnya. Jika kebutuhan rakyat telah terpenuhi dan sumber daya alam masih melimpah, maka khalifah dapat menawarkan kelebihan tersebut kepada negara-negara lain yang tidak menerapkan Islam.
Dengan pengelolaan yang adil, otomatis lapangan pekerjaan akan terbuka luas dengan pemberian gaji yang layak.
Oleh karena itu, jika rakyat hidup sejahtera dan nyaman, maka fenomena seperti #KaburAjaDulu tidak akan terjadi di negara yang menerapkan Islam. Fenomena #KaburAjaDulu yang saat ini marak merupakan bukti bahwa negara gagal menyejahterakan rakyatnya, maka hanya dengan mengubah sisitemlah kesejahteraan itu akan terwujud.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar