Haruskah #KaburAjaDulu Agar Sejahtera?


OPINI

Islam mewajibkan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya yaitu dengan memenuhi kebutuhan pokok setiap warga negara individu per individu.

Oleh Nina Marlina, A.Md

Aktivis Muslimah

   

Muslimahkaffahmedia.eu.org-Setiap orang pasti menginginkan kehidupan sejahtera, termasuk pendidikan yang mudah diakses. Selain itu, ingin memiliki pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Terlebih saat melihat kondisi di luar negeri yang dianggap lebih menjanjikan jika dibandingkan dengan di negerinya sendiri. Hal tersebut pun sempat memicu maraknya #KaburAjaDulu di media sosial baru-baru ini.


Kemunculan #KaburAjaDulu yang sempat menghiasi media sosial. Tagar tersebut merupakan bentuk ungkapan kekecewaan anak muda atas kondisi Tanah Air yang penuh dengan kesenjangan. Banyak diantara mereka yang menyadari bahwa telah terjadi ketimpangan global terkait kualitas hidup di berbagai negara, misalnya kualitas pendidikan, jaminan kesehatan, kesempatan lapangan kerja, kebebasan dalam berekspresi, dan lain-lain. 


Para influencer pun merekomendasikan berbagai cara untuk bisa "kabur" ke luar. Yaitu dengan mencari pekerjaan hingga mendaftar beasiswa kuliah. Selain itu, ada beberapa negara favorit yang banyak direkomendasikan sebagai tempat ‘kabur’. Karena negara tersebut menawarkan peluang kerja dan kesejahteraan yang menjanjikan. Negara tersebut adalah Korea Selatan, Jepang, Australia, Amerika, dan Jerman. 


Namun, tren #KaburAjaDulu memicu sejumlah perdebatan. Pasalnya banyak yang ragu untuk bisa berpindah ke luar negeri karena berbagai alasan. Diantaranya, harga bahan pokok yang lebih murah di Indonesia, perbedaan iklim dan beratnya meninggalkan keluarga di dalam negeri (Kumparan.com, 12/02/2025).


Mengapa Harus Kabur Aja Dulu?


Tagar #KaburAjaDulu muncul akibat pengaruh digitalisasi terutama sosial media. Akun-akun sosmed yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain yang lebih menjanjikan. Selain itu, kondisi ini makin dipicu pula oleh fenomena brain drain yang semakin menguat. Apa itu brain drain? Brain drain atau human capital flight adalah fenomena ketika orang pintar dan berbakat memilih untuk bekerja di luar negeri. Misalnya yang berprofesi sebagai insinyur, dokter dan ilmuwan. 


Brain drain seringkali terjadi di negara-negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi serta standar dan kehidupan yang lebih baik di negara lain. Selain itu, alasan lainnya adalah karena ketidakstabilan politik hingga penyimpangan norma dan agama (Beautynesia.com, 05/02/2025). 


Tidak bisa dipungkiri, kesenjangan sosial terjadi di negeri kita ini sehingga banyak yang mengalami kesulitan hidup. Adapun akar permasalahannya adalah liberalisasi ekonomi  yang semakin menguat. Dengan ini, maka makin lebarlah kesenjangan antara negara maju dan berkembang. Alhasil menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. 


Hal ini menunjukkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Sistem kapitalisme yang tegak hari ini telah menciptakan kesenjangan ekonomi di dalam dan luar negeri. Jadi, tak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Kekayaan hanya dikuasai oleh segelintir orang, sementara mayoritas rakyat tidak mengalami kesejahteraan. 


Adapun salah satu negara tujuan untuk "kabur" yaitu Jepang karena gaji bekerja di sana cukup besar. Dilansir dari Tokyo Portfolio, rata-rata gaji bulanan karyawan di Jepang adalah sekitar JPY 515.000. Adapun kurs JPY 1 = Rp 103, sehingga gaji bulanannya bisa mencapai Rp 53 juta. Nilai ini sudah termasuk tunjangan tempat tinggal dan transportasi (detikfinance.com, 25/10/2024).


Meski demikian, tentu tidak mudah untuk bisa pindah ke luar negeri. Ada banyak tantangan. Diantaranya yang utama adalah harus melewati berbagai prosedur administrasi seperti pengurusan paspor. Selain itu, kemampuan berbahasa asing, biaya hidup yang tinggi dan tingkat keamanan hidup di luar negeri. Lantas, apakah memang harus kabur dulu agar bisa hidup sejahtera? Haruskah pindah ke luar negeri agar kehidupan lebih baik?


Tugas Negara Menyejahterakan Rakyat


Sebagai agama yang sempurna, Islam juga mengatur aspek politik yakni pengaturan urusan rakyat oleh negara. Islam mewajibkan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya yaitu dengan memenuhi kebutuhan pokok setiap warga negara individu per individu. Penguasa harus menjamin dan memastikan setiap rakyat dapat memperolehnya dengan baik. Penguasa dalam Islam akan menjalankan amanahnya dengan baik karena yakin akan dihisab kepemimpinannnya oleh Allah Swt..


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”


Diantara kewajiban negara adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki yang sudah baligh. Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin. Rakyat tidak akan dibiarkan kesulitan sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rakyat tidak akan menderita di negerinya yang kaya raya sehingga harus berpindah ke negeri orang demi mencari penghidupan yang lebih baik. 


Selain itu, strategi pendidikan khilafah adalah mampu menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara. Pendidikan yang gratis dan berkualitas akan disediakan negara bagi semua rakyatnya. Negara amat peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara. Namun, ini hanya bisa terwujud dengan tegaknya negara yang menerapkan aturan Islam secara sempurna dan penuh dengan keadilan. Hanya khilafah yang mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Wallahua'lam bishawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan