Sistem Islam Kaffah Solusi Tuntas Masalah Mental Generasi Muda

 



Sistem Islam memandang bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang bersifat lemah dan terbatas. Oleh karenanya manusia sangat membutuhkan sandaran terbaik dalam menjalani kehidupan ini yakni Allah Swt. 


OPINI 


Oleh Eni Purwasih, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Aktivis Dakwah Siyasih


Generasi muda merupakan aset penting yang dimiliki suatu bangsa, sebab darinya akan lahir sebuah perubahan besar. Oleh sebab itu, nasib suatu bangsa ke depannya, akan ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Generasi muda adalah agent of change sebagaimana peristiwa Kemerdekaan Indonesia, Sumpah Pemuda, dan Reformasi 1998 terjadi karena keterlibatan kaum muda.

Namun sangat disayangkan kondisi generasi hari ini cukup memprihatinkan. Potret buram generasi muda selalu mewarnai jagad maya, mulai dari kasus perundungan, tawuran, narkotika, pelecehan seksual dan lainnya dilakukan generasi muda. Jika melihat realitasnya, untuk mencapai generasi emas yang dicanangkan pemerintah 2045 masih jauh dari harapan. 

Dikutip dari Jurnal Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), hasil survey yang dilakukan terhadap remaja usia 10 hingga 17 tahun di Indonesia, menemukan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, sedangkan 1 dari 20 remaja Indonesia memiliki gangguan mental selama 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. (QCMHR, 26/05/2023). Artinya generasi muda khususnya di Indonesia sedang dalam kondisi sakit dan harus segera disembuhkan. 


Sekularisme Penyebab Masalah Mental Generasi

Meningkatnya kasus kesehatan mental di kalangan remaja harus mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Munculnya berbagai permasalahan yang menimpah remaja mulai dari perundungan, tawuran, narkotika, pelecehan seksual dan lainnya akan berdampak pada gangguan mental. Jika ditelisik lebih dalam, penyebab masalah kesehatan mental pada generasi sangatlah kompleks. Disamping faktor internal, faktor eksternal juga memberikan pengaruh sangat besar. Misalnya pola asuh orang tua yang toxic, terjadi disharmoni keluarga, serta dampak ekonomi, budaya, dan media sosial. Perlu diketahui bahwa faktor-faktor eksternal tersebut muncul dan terpelihara di dalam lingkungan kapitalisme. 

Adanya budaya hedonisme dan konsumerismenya yang diciptakan oleh sistem sekuler kapitalisme akan menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial. Walhasil, muncul jurang

lebar antara si kaya dan si miskin. Bagi generasi muda yang kosong secara spiritual akibat penerapan sistem sekuler kapitali padanya, maka akan memberikan banyak tekanan terhadap mental generasi tersebut. Kesehatan mentalnya menjadi hancur, depresi, bahkan berakhir dengan bunuh diri. Sistem Kapitalis sekularisme telah melemahkan mental generasi, menghilangkan jati diri serta menciptakan generasi pemuda stroberi bermental lemah.

Berbagai upaya ditempuh dalam mengatasi masalah mental, mulai dari melakukan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dan mendorong agar memfasilitasi dan melakukan perbaikan penanganan seputar kesehatan mental. Namun, semua itu hanyalah solusi parsial yang belum menyentuh akar masalah kesehatan mental. Buktinya, hingga saat ini angka gangguan mental terus meningkat. Oleh karenanya, dibutuhkan solusi tuntas menangani kesehatan mental generasi yang mampu menyentuh akar permasalahan bahwa ini semua disebabkan oleh sistem sekularisme kapitalis.


Sistem Islam Sosuli Kesehatan Mental

Sistem Islam memandang bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang bersifat lemah dan terbatas. Oleh karenanya manusia sangat membutuhkan sandaran terbaik dalam menjalani kehidupan ini yakni Allah Swt. 

Sistem Islam terbukti mampu mencetak generasi berkualitas bermental tangguh dan cerdas dalam berfikir. Mulai dari era khulafaurasyidin, seperti Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid; hingga era kekhalifahan setelahnya, seperti Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Shalahuddin al-Ayyubi, Al-Khawarizmi, dan Muhammad Al-Fatih.

Islam akan mengatur penyaluran rasa sedih, marah, khawatir, dan sebagainya. Islam juga mengajarkan bagaimana harus bersikap sabar saat menghadapi takdir buruk. Shalat dan berdo’a kepada Allah Swt merupakan salah satu cara untuk keluar dari masalah. Sebab kedekatan manusia kepada Allah Swt akan menumbuhkan ketenangan di dalam jiwa manusia sehingga terhindar dari depresi bahkan stres. 

Selanjutnya sistem Islam kafah akan menempuh beberapa langkah untuk mencegah dan menghilangkan segala hal yang bisa menyebabkan gangguan mental pada rakyat di antaranya:

Pertama, negara membuat kurikulum pendidikan dari level TK hingga perguruan tinggi berdasarkan akidah Islam. Tujuannya untuk membentuk kepribadian Islam yang kuat dan keterampilan. Sebagaimana tertuang dalam visi pendidikan dalam Islam yakni mencetak generasi pemuda tangguh bermental pemimpin dan pejuang. Islam juga mempersiapkan kurikulum pendidikan bagi pemudi yang akan menjadi calon ibu dan ayah pemimpin umat. Hal ini bisa mencegah sejak awal berbagai masalah keluarga seperti pola asuh toxic, disharmoni keluarga, serta fatherless atau motherless yang berdampak trauma akibat luka pengasuhan hingga berakibat gangguan mental.

Kedua, negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok seluruh rakyatnya. Baik secara langsung (khusus bagi golongan yang tidak mampu karena fakir miskin, tua, sakit, cacat, dan yatim piatu) maupun tidak langsung. Caranya dengan menciptakan iklim kondusif untuk mencari nafkah, baik dengan berbisnis atau bekerja yang layak. Jaminan ekonomi seperti ini akan menciptakan ketenangan di tengah masyarakat sehingga menjauhkan rakyat dari stres.

Ketiga, negara akan menciptakan iklim pergaulan yang aman dari segala bentuk kemaksiatan, tindakan asusila, pornografi-pornoaksi, kejahatan seksual dan nonseksual, narkoba, tawuran perundungan, dan sebagainya. Islam melarang pergaulan bebas dan mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan agar terhindar dari campur baur antara laki-laki dan perempuan nonmahram. Sehingga kerusakan tatanan keluarga dan kekerasan seksual penyebab gangguan mental pun dapat dicegah.

Keempat, negara akan melakukan rehabilitasi medis dan nonmedis terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental, dengan menghadirkan tenaga ahli dan pembiayaan ditanggung negara. Tercatat dalam sejarah peradaban Islam, Khilafah memperkenalkan rumah sakit jiwa (RSJ) dan metode pengobatan sakit mental 10 abad jauh sebelum Eropa. Ath-Thabari dalam kitabnya, Firdaus al-Hikmah, yang ditulisnya pada abad ke-9, telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Farabi (872—950), seorang ilmuwan termasyhur, menuliskan risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran dalam karyanya, Al-Musiqa al-Kabir (The Great Book of Music).

Kelima, negara akan menerapkan hukum yang tegas sehingga mencegah terjadinya kejahatan, dan memberikan sanksi tegas untuk memberikan efek jera pelaku. Misalnya, hukum Qisas bagi pembunuh sebagaimana Allah Swt perintahkan dalam QS. Al-Baqarah: 179, maka akan dicambuk/rajam bagi pelaku perzinaan.

Hanya penerapan sistem Islam kafah yang mampu mecetak generasi muda unggul dan menjauhkan dari problem mental. Sejatinya ditangan generasi muda perubahan akan terwujud akan terealisasi secara nyata. Sebab generasi muda adalah agent of change dunia.

Walllahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan