Problem Pendidikan Butuh Solusi Islam
OPINI
Oleh Annis Miskiyyah
Muslimah Pemerhati Generasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI-Hari Pendidikan Nasional selalu diperingati setiap tahunnya. Namun, kualitas penyelenggaraan pendidikan oleh negara semakin menurun. Separah itukah permasalahan pendidikan di negeri ini?
Dikutip dari tirto.id pada Jum'at (02/05/2025), di Bekasi terdapat gedung sekolah rusak karena tidak ada biaya perbaikan. Tepatnya di SDN 4 Padurenan, Mustika Jaya. Perpustakaan dan musala menggantikan ruang kelas.
Demikianlah, berita yang terungkap ke tengah publik tentang permasalahan pendidikan. Khususnya terkait sarana dan prasarana pendidikan yang rusak. Fakta tersebut bukan hanya terjadi di Bekasi. Wilayah lain mengalami hal serupa. Apalagi dilihat dari usia bangunannya yang sudah tua. Rentan keropos dan ambruk termakan usia.
Selalu saja, alasannya tidak ada dana perbaikannya. Kas sekolah kosong, sudah terpakai untuk keperluan pengadaan ATK atau lainnya. Ada juga alasan, tidak ada dana bantuan dari pemerintah. Karena sekolahnya negeri, artinya di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan. Sehingga mengandalkan kucuran dana dari Dinas.
Pengajuan dana tersebut biasanya tidak mudah. Jika berhasil, bisa jadi realisasinya tidak sesuai harapan. Kadang waktunya yang lama atau biayanya sudah tidak sesuai rencana. Bahkan ini menjadi celah korupsi juga. Sehingga bangunan baru, berbiaya besar dalam hitungan tetapi tidak bertahan lama.
Selain banyak bangunan tidak layak, juga gaji bagi para pengajar tidak layak. Apalagi untuk gaji honorer, masih digolongkan sangat rendah. Gajinya dibayar pada bulan ketiga. Padahal profesi guru ini berkaitan erat dengan tinggi rendahnya kualitas generasi masa depan.
Jika diperhatikan memang terjadinya masalah di atas tidak terlepas dari anggaran pendidikan yang rendah. Kemudian adanya celah untuk dikorupsi oleh oknum tertentu. Sehingga berdampak pada buruknya bangunan sekolah. Selain itu, guru tidak diberikan gaji tinggi, padahal sudah bekerja dengan beban berat. Wajar saja, guru tidak dikatakan hidup sejahtera. Itulah potret buram pendidikan Indonesia.
Di Indonesia, menjadi guru bukan lagi pekerjaan yang menjanjikan gaji besar. Meskipun sekarang sudah mulai sertifikasi. Berlakunya hanya bagi guru ASN saja yang memenuhi persyaratan. Guru honorer yang ikut P3K, jika tidak lulus ujian atau tidak memenuhi syarat, tetap akan menjadi guru honorer. Meskipun sudah mengabdi lama. Sampai saat ini, masih banyak guru honorer yang mengajar di berbagai sekolah tersebut. Istilah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa semakin relevan saja.
Sebaliknya respon para pemangku kebijakan belum seperti yang diharapkan oleh rakyat. Seperti pada peringatan hari pendidikan nasional baru-baru ini, presiden merencanakan program renovasi sekolah dan bantuan untuk guru. Rencananya guru honorer akan mendapat bantuan dana bulanan serta skema bantuannya.
Tentunya rencana tersebut, kadang terkendala oleh birokrasi. Jika kenal dekat dengan pejabat terkait, bantuan akan mudah cair. Meskipun sekolahnya fiktif alias tidak ada. Sedangkan untuk guru honorer, persyaratan minimal lulus sarjana dan syarat lainnya, juga membebani. Para guru honorer jelas minim biaya untuk menyelesaikan pendidikan ke jenjang tinggi. Apalagi kesibukan mengajar dan aktivitas di sekolah cukup menyita perhatian.
Sayangnya anggaran untuk pendidikan terbatas hanya 20% saja dari APBN. Sedangkan untuk menutupi kekurangan anggaran, negara terjebak utang. Ditambah tingginya korupsi di sektor pendidikan semakin mengurangi dana yang tersedia.
Faktor kapitalisasi pendidikan juga memperparah masalah. Karena negara berperan sangat sedikit bahkan cenderung berlepas tangan. Selanjutnya mencukupkan penyelenggaraan pendidikan kepada pihak swasta. Berarti biaya pendidikan dikembalikan kepada para orang tua siswa. Dampaknya, rakyat semakin terbebani.
Demikianlah realitas buruknya pendidikan di Indonesia. Semuanya akibat dari kebijakan yang berlandaskan kapitalisme, termasuk dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Oleh karena itu, sudah saatnya ada perubahan sistem pendidikan. Dengan mencampakkan kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam.
Pendidikan dalam Islam memiliki posisi strategis. Sistem pendidikan Islam bertujuan mencetak generasi berkepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikapnya berdasarkan akidah Islam, sehingga hidupnya sesuai aturan menurut Islam.
Kewajiban menuntut ilmu diperintahkan Allah kepada setiap muslim lelaki dan perempuan. Pendidikan yang baik akan berpengaruh besar terhadap lahirnya generasi berkualitas. Tentu berdampak positif bagi kejayaan umat dan Islam. Rasulullah saw. bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan." (HR. Ibnu Majah)
Oleh karena itu, negara Islam yang bertanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan sistem pendidikan bagi setiap rakyatnya. Sistem pendidikan yang gratis dan berkualitas terbaik. Negara Islam juga akan memperhatikan pembangunan sarana dan prasarana berbagai jenjang pendidikan. Juga akan sangat memperhatikan kesejahteraan para pendidik. Sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Rasulullah di Madinah. Beliau membebaskan tawanan perang yang mau mengajar membaca anak-anak. Demikian pula pada masa Khalifah Umar bin Khattab, guru digaji sebesar 15 dinar emas atau setara 61 gram emas.
Pembiayaan sistem pendidikan Islam ditopang oleh penerapan sistem ekonomi Islam dan sistem lainnya. Berbagai pos pemasukan sebagai sumber anggaran negara yang banyak dan beragam sesuai aturan Islam, seperti sumber daya alam yang melimpah, ghanimah dan fai (harta rampasan perang), jizyah juga kharaj dan lain-lain.
Selain itu, masyarakat yang mampu juga berlomba memberikan wakaf bagi ilmu dan pendidikan. Sehingga, tak ditemui lagi kelas rusak dan guru tidak sejahtera. Semua problem pendidikan mendapatkan solusi tuntas ketika kita mau menerapkan sistem Islam kafah dalam bingkai negara. Wallahualam bissawab
Komentar
Posting Komentar