Anomali 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia



 80 tahun kemerdekaan bagaikan fatamorgana. Merdeka tetapi realitasnya masih terjajah. 

OPINI

Oleh Nurhy Niha

Penggerak Rumah Kajian Al-Ghifari


Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI-Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman


Sebuah lirik lagu band Koes Plus menjadi anomali yang nyata bila kita melihat kondisi Indonesia sekarang. Bagaikan tikus mati di lumbung padi, itulah potret 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Usia yang sangat matang untuk sebuah negara dengan berbagai dinamika persoalan yang telah dilalui. Peringatan kemerdekaan yang seharusnya disambut dengan suka cita, kenyataannya banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan yang belum terselesaikan.


Belakangan ini kita disuguhi dengan banyaknya pemberitaan kenaikan pajak bumi bangunan di berbagai daerah. Dilansir dari Inilah.com, (16-08-2025), terdapat beberapa daerah yang menjadi sorotan karena menaikan PBB secara drastis, diantaranya Kabupaten Pati dan kota Cirebon. Kabupaten Pati menaikkan PBB hingga 250 %, ditambah dengan arogansi bupatinya ketika mengahadapi rakyat yang bersuara. Di mana malah menantang demonstrasi besar-besaran. Yang tidak kalah menjadi pusat perhatian, kota Cirebon yang mengatrol PBB 1000% atau 10x lipat. Kenaikan pajak ini dinilai sangat membebani rakyat. Sementara berbagai himpitan ekonomi lainnya juga tengah dirasakan rakyat.


80 tahun kemerdekaan bagaikan fatamorgana. Merdeka tetapi realitasnya masih terjajah. Merdeka dari penjajahan fisik, tetapi terjajah dalam pemikiran. Rakyat harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup dalam ekonomi yang tidak pasti, kesehatan yang mahal, pendidikan yang makin sulit diraih dan keamanan yang menjadi angan-angan.


Penjajahan Gaya Baru


Para pemimpin negeri ini lebih ramah terhadap investor, walau harus mengambil paksa hak rakyat. Kita tidak bisa menutup mata, berapa banyak hutan dan laut yang rusak karena investasi asing. Sumber daya alam dikeruk, sementara rakyat yang menanggung bencana dan pencemaran lingkungan.


Demi melancarkan investasi asing, negara bisa membuat Undang-undang yang tidak pro rakyat. contohnya UU Minerba, UU Cipta Kerja, UU Penanaman Modal dan UU Perdagangan. Ketika sudah menjadi Undang-undang aturan seaneh apapun tetap harus diterima. Inilah penjajah gaya baru atau neo imperialisme.


Alhasil, kemerdekaan hanya peringatan dalam bentuk upacara, karnaval, dan lomba-lomba saja. Faktanya hari ini negara makin pintar mencari celah mendapatkan uang tanpa harus bermanis muka pada para investor. Tabungan rakyat dibekukan, tanahnya diambil dan sumber penghasilannya dipajaki.


Ekonomi Kapitalis Sumber Bencana


Letak negara Indonesia berada tepat pada garis khatulistiwa, menjadikan Indonesia subur dan kaya akan berbagai sumber daya alam. Namun, sungguh miris dengan beban hutang yang ditanggung rakyatnya. Bayangkan, bayi yang lahir saja sudah menanggung beban hutang negara.


Menurut data Bank Central Utang Luar Negeri Indonesia kuartal II, sampai 15 Agustus 2025 tercatat sebesar 4.333,3 Miliar Dollar Amerika. Hutang yang makin menggunung dan dijaminkannya kekayaan alam pada investor, membuat pemerintah kelabakan melakukan efisiensi anggaran besar-besaran.


Atas dasar efisiensi, minim kucuran anggaran ke daerah sehingga pemerintah daerah beramai-ramai menaikan pajak. Topeng pemimpin populis otoriter pun tersingkap.


Begitulah, ketika negeri ini menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Pajak dan hutang luar negeri menjadi sumber utama pendapatan keuangan negara. Nyata sudah penerapan sistem ekonomi kapitalis menjadi sumber masalah dan rusaknya negeri ini. Terjadi ketimpangan ekonomi yang sangat lebar antara dan si miskin. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin menjerit. Bukan hanya tatanan ekonomi yang hancur, tetapi mental pun ikut tergerus.


Kesulitan ekonomi membuat rakyat semakin individualis dan jauh dari nilai-nilai islami. Akhirnya segala cara dilakukan demi terpenuhinya ekonomi, dari mulai main judol, terlilit pinjol sampai melakukan tindakan kriminal.


Merdeka dalam Makna Hakiki


Merdeka dalam KBBI artinya kebebasan, lepas, tidak mendapat tekanan dari luar dan tidak terjajah. Menurut Islam merdeka bukan hanya sebatas terbebas dari penjajahan tapi juga terbebas dari segala bentuk penghambaan kepada makhluk. Dalam pandangan Islam, manusia hanya boleh tunduk kepada Allah Swt. sebagian Rabb Pencipta alam semesta dan Pembuat hukum.


Indikator kemerdekaan suatu negara bisa dilihat dari kesejahteraan rakyat yang mandiri dan kemudahan memenuhi kebutuhan pokok. Indonesia belum merdeka secara hakiki, rakyat mulai menyadari bahwa mereka masih terjajah baik secara pemikiran maupun peraturan. 


Suara perlawanan rakyat diawali dengan banyaknya pengibaran bendera one piece sebagai lambang ketidakadilan, bersuara di media sosial tentang pembekuan tabungan, pengambilalihan lahan, dan demonstrasi besar-besaran menentang kenaikan pajak. 


Islam Solusi Paripurna 


Kondisi seperti ini hanya dapat diatasi dengan kembali menerapkan sistem Islam. Sebab Islam mampu memberikan arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Selama ideologi kapitalis sekuler terus diterapkan maka penjajahan di dunia akan tetap terjadi dan ketidakadilan serta penindasan tidak akan pernah hilang. Seperti yang tercantum dalam al-quran surat Thaha ayat 124, yang artinya: "Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-quran), sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan yang buta."


Rakyat yang sudah mulai jengah dengan kerusakan dan ketidakadilan, harus diarahkan pada perubahan hakiki yakni penerapan sistem Islam secara sempurna, bukan hanya mengambil aturan yang dirasakan menguntungkan dan meninggalkan aturan yang lain. 


Sistem Islam kafah yang diterapkan akan menjaga pemikiran umat Islam tetap selaras dengan aturan syariat, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.


Islam selalu memiliki solusi untuk setiap permasalahan yang ada, karena Islam bukan hanya sekadar agama ritual tetapi juga pandangan hidup yang memancarkan aturan.


Aturan Islam sangat terstruktur sehingga ketika melihat suatu masalah tidak hanya dilihat dari satu sisi. Solusi yang ditawarkan langsung menyentuh sumber masalah, yakni membuang sistem sekuler kapitalis. Lalu menggantinya dengan penerapan sistem Islam secara kafah.


Dalam pandangan sistem ekonomi Islam, pengelolaan sumber daya berdasarkan kepemilikannya. Menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizham Al-Iqtishadi fi al-Islam, kepemilikan terbagi dalam tiga, yakni: milik individu, milik negara, dan milik umum. 


Kepemilikan umum tidak boleh dimiliki atau dimonopoli oleh individu. Kepemilikan umum harus dikelola oleh negara. Yang termasuk kepemilikan umum seperti: air, api, dan padang rumput atau hutan, serta berbagai sumber tambang yang melimpah. Hasil dari pengelolaan harta milik umum ini harus didistribusikan untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Seperti: menjamin tersedianya kebutuhan pokok rakyat dalam sandang, pangan, dan papan. Juga menjamin kebutuhan publik dalam , kesehatan, keamanan dan transportasi. Inilah bukti kalau negara Islam akan berperan sebagai junnah dan ra'in. Negara akan bekerja untuk menyejahterakan rakyat. 


Sesuatu Rasulullah saw. bersabda: “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, api, dan padang rumput.” (HR Abu Daud) 


Negara pun bertanggung jawab dalam membuka lapangan pekerjaan, dengan membangun industrialisasi akan hidup, dan memberikan tanah terlantar kepada rakyat yang mampu menghidupkannya, sehingga negara akan mampu membangun swasembada pangan bagi rakyat. 


Itulah gambaran ketika Islam diterapkan dalam kehidupan. Hanya dengan menerapkan sistem Islam kita akan mendapatkan keberkahan seperti yang disebut dalam al-quran surat al-A'raf ayat 96 yang artinya: "Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan