Kelas Menengah pun Makin Lelah
Sayangnya, jumlah kelas menengah makin berkurang dari tahun ke tahun.
OPINI
Oleh Mariyatul Qibtiyah
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI-Tak terasa, 80 tahun sudah Indonesia meraih kemerdekaan.
Namun, setelah puluhan tahun menikmati kemerdekaan, kehidupan masyarakat di negeri ini bukannya membaik. Sebaliknya, kondisi mereka makin buruk, terutama mereka yang berasal dari kelas menengah.
Ekonom Nailul Huda menduga bahwa kondisi ekonomi kelas menengah belum rebound (pulih) pada semester pertama atau minimal hingga triwulan pertama tahun ini. Dugaan ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) ini dilandaskan pada banyaknya fenomena rombongan jarang beli (rojali). Rombongan ini hanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan tanpa membeli apa pun. (tirto.id, 07-08-2025)
Definisi Kelas Menengah
Siapa yang dapat dikategorikan sebagai kelas menengah? Menurut Bank Dunia, yang disebut dengan kelas menengah adalah mereka yang mapan secara ekonomi. Kondisi ekonomi yang mapan ini akan mencegah mereka dari terjatuh dalam kemiskinan atau rentan miskin.
Kelompok masyarakat ini memiliki tingkat pendapatan, pendidikan, serta gaya hidup di tengah-tengah, yakni antara kelas atas dan bawah. Pada umumnya, mereka memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, baik kebutuhan akan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Kelompok ini juga mampu memenuhi kebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan. Mereka juga memiliki gaya hidup konsumtif, seperti berwisata serta mencari hiburan.
Bank Dunia mendeskripsikan kelompok menengah ini berdasarkan pengeluaran mereka setiap bulannya. Mereka yang jumlah pengeluarannya antara 1–6 juta rupiah per bulan dimasukkan dalam kelompok ini. Ini adalah pengeluaran untuk satu orang, bukan satu keluarga. (tempo.co, 02-09-2025)
Kelas Menengah yang Terjajah
Kelas menengah memegang peran yang krusial dalam penerimaan pendapatan negara. Sebanyak 50,7 persen penerimaan negara dari pajak telah disumbangkan oleh kelompok ini. Mereka juga menjadi mesin penggerak konsumsi yang menghidupkan ekonomi riil.
Sayangnya, jumlah kelas menengah makin berkurang dari tahun ke tahun, sebagaimana data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019, jumlah mereka mencapai 57,33 juta orang. Namun, lima tahun kemudian, yakni pada 2024 jumlah mereka turun menjadi 47,85 juta. Selama lima tahun, jumlah mereka telah berkurang sebesar 9,48 juta atau 16,5 persen dari populasi Indonesia.
Penurunan ini disebabkan oleh besarnya perbedaan antara pertambahan pendapatan mereka dengan kenaikan biaya hidup. Rata-rata upah buruh dan karyawan naik sebesar 3,8 persen. Meskipun inflasi tahunan hanya 2,7 persen (yoy) pada 2025, tetapi terjadi lonjakan inflasi pada sektor pendidikan dan kesehatan yang masing-masing mencapai 5,8 persen dan 4,9 persen.
Perhatian pemerintah terhadap nasib mereka pun kurang. Mereka dianggap sebagai kelompok yang mampu sehingga tidak mendapatkan bantuan sosial. Buktinya, hanya sebagian kecil dari kelas menengah ini yang menerima Bantuan Subsidi Upah (BSU).
Kemerdekaan Semu
Kondisi ini menunjukkan bahwa rakyat di negara ini belum sepenuhnya merdeka meskipun telah memperingati hari kemerdekaan selama 80 tahun. Rakyat belum mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan seperti yang diharapkan. Kemerdekaan dari penjajahan secara fisik ternyata tidak memberikan kemerdekaan dalam makna yang sesungguhnya.
Negeri ini belum mandiri, masih bergantung kepada negara lain. Berbagai barang kebutuhan rakyat masih diimpor. Meskipun ada produksi dalam negeri, jumlahnya tidak memadai sehingga impor pun menjadi solusi.
Sebagian besar pengelolaan sumber daya alam dikuasai oleh asing atas nama investasi. Rakyat hanya menjadi korban eksploitasi yang tak terkendali. Berbagai kerusakan alam pun mendatangkan bencana silih berganti. Lagi-lagi, rakyat yang merugi.
Semua ini terjadi karena diterapkannya sistem kapitalis di negeri ini. Sistem yang dibuat oleh manusia karena mengikuti hawa nafsunya sendiri. Sistem ini membuat negara dikendalikan oleh oligarki. Para pejabatnya pun sibuk memperkaya diri, sedangkan rakyat dibiarkan berjuang sendiri. Kesenjangan sosial dan ekonomi pun makin menjadi-jadi.
Nilai uang pun terus tergerus karena inflasi. Hal ini terjadi karena sistem mata uang yang digunakan adalah fiat money. Uang yang beredar di masyarakat dicetak tanpa ada jaminan emas atau perak. Negara dapat mencetak uang saat membutuhkan dana. Makin banyak uang yang beredar, nilai uang pun makin turun.
Selain itu, sistem kapitalis membuat negara ini bergantung pada pajak dan utang untuk membiayai berbagai proyek pembangunan. Pajak merupakan satu-satunya pendapatan negara. Itulah sebabnya, negara akan terus memeras rakyat dengan menaikkan pajak dan menambah berbagai macam pajak.
Faktor inilah yang membuat rakyat tidak mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, untuk memenuhi kebutuhan primer pun banyak yang tidak mampu. Inilah kemiskinan struktural yang diciptakan oleh sistem kapitalis.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Islam
Sistem Islam berbeda dengan kapitalisme yang hanya mementingkan para kapitalis. Sistem ini akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Bukan hanya kebutuhan masyarakat secara umum, tetapi juga kebutuhan anggota tiap masyarakat.
Negara yang menerapkan sistem ini akan mewujudkan kesejahteraan bagi tiap orang dengan beberapa langkah. Pertama, negara akan mengelola sumber daya alam yang memiliki cadangan yang sangat besar. Cadangan yang sangat besar ini, membuatnya dimasukkan sebagai milik umum sehingga tidak boleh dikelola swasta. Hasil dari pengelolaan SDA tersebut dapat dibagikan langsung kepada rakyat atau dijual jika kebutuhan rakyat telah terpenuhi. Hasil dari penjualan SDA akan disimpan di baitulmal.
Selain hasil pengelolaan SDA, negara juga mendapatkan sumber dana dari jizyah, kharaj, fai, khusus, atau ganimah di baitulmal. Semua harta ini dapat digunakan untuk membangun berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti membangun sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, jalan, jembatan, dan sebagainya. Dana ini juga digunakan untuk memberi tunjangan kepada para kepala negara, pejabat serta menggaji pegawai negara.
Kedua, negara akan mewajibkan kepada setiap laki-laki yang mampu bekerja untuk mencari nafkah. Untuk itu, negara akan membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan. Di samping itu, negara juga menyediakan lowongan pekerjaan bagi mereka.
Ketiga, negara akan memastikan distribusi kekayaan secara merata. Salah satunya dengan mencegah penimbunan. Rasulullah saw. telah melarangnya, seperti yang disebutkan dalam HR. Muslim.
مَنْ احْتَكَرَ فَهُوَ خَاطِىٌٔ
Artinya: “Siapa saja yang melakukan penimbunan, dia telah berbuat salah.”
Dengan beberapa langkah ini, kesejahteraan rakyat akan terwujud. Negara akan memperhatikan semua anggota masyarakat, termasuk mereka yang disebut sebagai kelas menengah. Namun, kondisi ini hanya dapat diwujudkan dalam sebuah negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah.
Khatimah
Demikianlah, kemerdekaan yang sebenarnya akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi semua. Kesejahteraan itu tidak hanya dinikmati oleh kelas atas. Namun, kelas menengah dan bawah pun berhak mendapatkannya.
Wallahualam bissawab.[]
Komentar
Posting Komentar