‎Kemarahan Korban Perundungan Berujung Musibah, Buah Getir Pendidikan Sekuler ‎

 

Sungguh fatal ketika kemarahan akibat perundungan dilampiaskan dengan perilaku yang tidak tepat. 


OPINI

‎Oleh Sri Yana, S.Pd.I

‎Praktisi Pendidikan

Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI_Perundungan makin hari makin menjamur di kalangan remaja. Menimbulkan berbagai persoalan baru yang menambah problematika pendidikan kita. Sebutlah kasus pembakaran pondok pesantren yang dilakukan oleh seorang santri di Aceh Besar baru-baru ini. Kasus ini diduga dipicu oleh perundungan yang berujung kemarahan seorang santri korban perundungan. Santri tersebut ditetapkan sebagai tersangka kasus terbakarnya asrama pondok pesantren tempat dia belajar. Sang santri disebut sengaja membakar asrama lantaran sakit hati karena kerap menjadi korban perundungan oleh rekan-rekannya (beritasatu.com, 8/11/2025).

‎Kasus serupa pun terjadi di Jakarta Utara. Seorang siswa SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara diduga menjadi pelaku ledakan bom di sekolahnya. Pelaku merupakan salah satu siswa Kelas XII yang menjadi korban perundungan teman-temannya. Akibat ledakan tersebut terdapat korban sebanyak 96 orang, di antaranya 29 orang dirawat di 3 RS. Polisi sedang menyelidiki motif dan memeriksa barang bukti, sedangkan tersangka masih dirawat di ruang ICU (kumparan.com, 7/11/2025).

‎Kedua kasus tersebut merupakan dampak perundungan yang terjadi di tengah generasi muda. Tindakan perundungan yang dilakukan terus-menerus menimbulkan kekesalan hingga kemarahan pada korban sehingga berujung pada tindakan yang merugikan banyak orang. Sungguh fatal ketika kemarahan akibat perundungan dilampiaskan dengan perilaku yang tidak tepat. Padahal perilaku tersebut akan merugikan banyak orang dan imbasnya juga akan menimpa dirinya sendiri.

‎Jika ditelaah, maraknya perundungan tidak lepas dari pengaruh media sosial. Tak dimungkiri, generasi muda kini mudah mengakses apa saja melalui gawainya, termasuk konten-konten yang memuat tindakan kekerasan dan perundungan. Sehingga generasi muda pun mudah terinspirasi dari apa yang dilihatnya. Ini jelas meracuni generasi muda bangsa, apalagi di tengah derasnya pemikiran-pemikiran rusak yang menggempur benak-benak generasi. Tidak heran jika banyak generasi muda yang salah arah terutama dalam pergaulan.

‎Pergaulan yang buruk jelas memberikan dampak buruk bagi generasi muda. Sekarang ini tidak sedikit generasi muda yang lebih mudah percaya dengan teman dibandingkan dengan orang tua yang telah melahirkannya. Sebab, kesibukan orang tua kerap menjadi penyebab berkurang waktu berkualitas dengan anak-anaknya, meski sekadar untuk bercerita, bercengkerama, dan bertukar pikiran. Alhasil, lingkaran pertemanan yang tidak sehat membawa kemudaratan bagi generasi muda.

‎Sejatinya, jika ditelaah faktor utama timbulnya kasus pembakaran dan peledakan yang dilakukan oleh korban perundungan adalah keimanan yang lemah. Generasi muda minim kesadaran untuk apa, dari mana dan mau ke mana sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik, sebagaimana firman Allah Swt., "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (TQS Adz-Dzariyat: 56)

‎Maka penting menanamkan keimanan dan ketakwaan yang kuat pada diri generasi muda. Sehingga tumbuh subur kesadaran dan kedekatan diri untuk beribadah kepada Allah Swt. karena sejatinya iman akan selalu naik turun. Maka sangat penting bagi remaja memiliki komunitas pergaulan yang baik agar terhindar dari perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja saat ini. Sehingga perundungan dan korban perundungan tidak akan terjadi apabila keimanan generasi ini kuat.

‎Adanya kesadaran hubungan dengan Allah Swt. menjadikan generasi takut kepada Allah apabila menzalimi sesama teman, apalagi sejatinya sesama muslim adalah bersaudara sebagaimana firman Allah Swt., "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati."

‎Rasa persaudaraan ini niscaya menjadikan remaja menjadi generasi yang saling menyayangi dan mencintai seperti yang digambarkan dalam hadis Baginda Rasulullah saw., "Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim). Saling mencintai sesama saudara niscaya akan menjadikan ladang pahala bagi remaja.

‎Sungguh perundungan dalam sistem sekuler saat ini makin jelas menggerogoti pemikiran remaja. Remaja terinfeksi pemikiran-pemikiran dangkal dalam menghadapi masalah, termasuk solusi dari perundungan atau perilaku menyimpang lainnya. Tidak heran jika lahir remaja stres yang mengalami tekanan sosial berat akibat ejekan, pelecehan, dan pengucilan yang terus menerus. Sehingga terpikir untuk membakar pondok dan meledakkan diri di sekolah.

‎Jika ditelisik, perundungan menjadi persoalan yang sudah menggejala di berbagai daerah. Menambah panjang bukti kebobrokan dunia pendidikan dalam naungan sistem sekuler. Melahirkan generasi muda yang krisis adab, karena hilangnya fungsi pendidikan. Padahal fungsi pendidikan adalah mendidik individu menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membangun kehidupan dunia dan akhirat. Alhasil, tampak jelas bahwa sistem pendidikan sekuler telah gagal dalam membentuk kepribadian mulia pada diri generasi muda.

‎Generasi berkepribadian mulia niscaya hanya lahir dalam naungan sistem Islam. Dalam Islam, tujuan pendidikan diarahkan untuk membentuk generasi berkepribadian islami. Kepribadian islami adalah kepribadian yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang berlandaskan syarak. Proses pendidikan Islam dilakukan dengan cara pembinaan intensif agar pola pikir dan pola sikap islami tumbuh subur dalam jiwa-jiwa generasi muda, baik nilai maknawi dan nilai rohaniah.

‎Sistem Islam memiliki kurikulum yang berbasis pada akidah Islam. Akidah Islam menjadi fondasi dalam mencetak generasi beradab dan berakhlak mulia. Adab mendahului ilmu, artinya adab dibangun terlebih dahulu sebelum menimba ilmu. Hal inilah yang dicontohkan oleh para ulama yang belajar adab dahulu bertahun-tahun sebelum belajar ilmu. Hal tersebut menandakan bahwa adab sangatlah penting.

‎Inilah cara Islam mengatasi krisis perundungan generasi muda agar menjadi agen perubahan. Generasi yang mampu mengubah peradaban rusak  menjadi peradaban mulia. Oleh karena itu, butuh peran penting negara yang menerapkan sistem Islam secara komprehensif. Sehingga berjalan perannya secara hakiki, yakni sebagai pengurus dan pelindung generasi muda bangsa. Wallahu'Alam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan