Masjid Al Aqsa Terancam Runtuh Akibat Penggalian Terowongan
OPINI
Oleh Rahma Al-Tafunnisa
Aktivis Muslimah
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Masjid Al Aqsa terletak di jantung Bumi Palestina yang diberkahi. Masjid Al Aqsa adalah masjid yang sangat penting bagi umat Islam, karena dahulu Rasulullah saw. di masanya pernah salat menghadap kiblat ke arah Masjidil Aqsa, sebelum diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menghadap ke Ka’bah di Makkah. Selain itu banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyebutkan keistimewaan tempat tersebut, seperti surah At-Tin.
Posisinya di Yerussalem membuat Al Aqsa berada di jantung konflik tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi. Yahudi mengkalim bahwa tempat tersebut Adalah milik mereka yang dijanjikan Tuhan.
Namun, kita melihat bahwa Israel dan sekutunya tengah melakukan penggalian tanah di sekitar Masjid Al Aqsa. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk melakukan berbagai cara untuk menghilangkan masjid Al Aqsa, serta membumi hanguskan penduduk yang tinggal di dalamnya.
Penggalian terowongan ini dilakukan Israel sudah sejak lama, saat Israel menduduki Palestina pada tahun 1967. Kita tahu bahwasannya ada lebih dari 100 penggalian dan sudah mencapai bawah masjid. Terowongan-terowongan ini menghubungkan beberapa tempat seperti Kota Daud.
Masjid Al Aqsa hanya milik umat Islam. Ketidakpedulian dunia saat ini tentu akan mengakibatkan konsekuensi bencana yang sangat besar ke depan. Bagi umat Islam, Al Aqsa adalah kiblat pertama sebelum Ka’bah, masjid ketiga tersuci setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Bagi bangsa Palestina, ia adalah simbol eksistensi, identitas, dan perlawanan. Sedangkan bagi komunitas internasional, situs ini adalah titik temu berbagai agama, sejarah, dan peradaban.
Namun, di balik kesakralannya, Al Aqsa terus berada dalam ancaman serius. Sejak 1967, ketika Israel menduduki Yerusalem Timur, berbagai proyek ekskavasi, pembangunan, dan penggalian terowongan di sekitar maupun di bawah Masjid Al Aqsa dilakukan. Israel beralasan kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya arkeologi dan pariwisata. Akan tetapi, bagi warga Palestina dan umat Islam dunia, penggalian ini adalah strategi sistematis untuk melemahkan fondasi Masjid Al Aqsa, menghapus jejak sejarah Islam, dan menanamkan narasi historis Zionis.
Israel laknatullah dengan sengaja melakukan penggalian terowongan tersebut dengan tujuan ingin menghancurkan Masjid Al Aqsa. Jika bangunan Masjid Al Aqsha runtuh maka tentu akan memuluskan kendali sepenuhnya Israel terhadap Al Aqsha. Kejahatan Israel terbukti sangat keji dalam memusuhi Islam dan umatnya. Mereka menentang agama Allah dan melakukan genosida terhadap umat muslim di Gaza. Maka, solusi dua negara tak akan bisa menghentikan kejahatan mereka hingga akhir zaman.
Penggalian terowongan tidak bisa dilepaskan dari dimensi politik. Israel menggunakan arkeologi sebagai alat legitimasi sejarah. Dengan menemukan peninggalan Yahudi kuno, Israel berusaha memperkuat klaim bahwa Yerusalem adalah “ibu kota abadi bangsa Yahudi”.
Namun, banyak arkeolog internasional, seperti Raphael Greenberg, menilai bahwa praktik arkeologi Israel sarat bias politik. Proyek ekskavasi dipilih dan ditafsirkan untuk memperkuat narasi Zionis, sementara bukti sejarah Islam sering diabaikan atau bahkan dihancurkan. Dengan kata lain, terowongan bukan sekadar lubang bawah tanah, melainkan simbol kolonialisme budaya. Ia adalah upaya menggali masa lalu, demi menguasai masa depan.
Rakyat Palestina berkali-kali melakukan protes massal ketika isu terowongan mencuat. Kerusuhan 1996 adalah salah satu contohnya. Aksi perlawanan ini menunjukkan bahwa bagi mereka, terowongan bukan sekadar ancaman fisik, melainkan serangan terhadap iman dan identitas.
Dunia Islam, melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Liga Arab, dan pemerintah Yordania (yang memiliki otoritas keagamaan atas Al Aqsa), juga mengecam keras. Yordania secara khusus menuduh Israel melanggar status quo keagamaan yang telah disepakati sejak lama. Namun, meski ada kecaman, respon dunia Islam sering terbatas pada pernyataan politik, belum sampai pada langkah konkrit untuk menghentikan praktik penggalian.
Komunitas internasional sebenarnya menyadari bahwa penggalian terowongan bukan sekadar arkeologi. Ia adalah bagian dari politik identitas dan kolonisasi. Namun, karena dominasi politik global, langkah-langkah internasional sering terhambat.
Sebagai warisan dunia, Al Aqsa seharusnya dilindungi seluruh umat manusia. Karena itu, ada beberapa rekomendasi: Pertama, UNESCO dan PBB harus meningkatkan mekanisme pengawasan langsung di Yerusalem Timur. Kedua, Dunia Islam perlu membangun diplomasi budaya, bukan hanya kecaman politik. Ketiga, Akademisi internasional harus lebih kritis terhadap “arkeologi politik” Israel dan menegakkan standar ilmiah. Ke-empat, umat Islam di seluruh dunia perlu meningkatkan kesadaran dan solidaritas, menjadikan isu Al Aqsa bukan hanya isu Palestina, melainkan isu peradaban Islam.
Rasulullah saw. menyampaikan keutamaan Masjid Al Aqsa dan Bumi Syam yang diberkati dalam berbagai hadis. Dari Al-Bara bin ‘Azib berkata, “Saya salat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, sampai turun ayat di dalam Surah Al-Baqarah, "Wahaitsu Ma Kuntum Fawallau Wujuhakum Syatroh…” (H.R. Bukhari).
Kita sebagai umat Islam wajib menjaga masjid Al Aqsa sebagai kota suci ketiga setelah masjid Al Haram dan masjid Nabawi. Penjagaan Al Aqsa sepanjang masa Khilafah Islam. Tidak ada yang bisa menghentikan kekejian Israel selain jihad dan khilafah.
Khilafah akan mengirimkan pasukan tentara untuk mengusir penjelajahan di ata muka bumi ini, termasuk di Palestina. Karena kita tidak bisa berharap kepada PBB ataupun pemimpin muslim saat ini. Mereka hanya bisa mengecam dan mengutuk, memboikot serta mengirimkan bantuan makanan. Tidak lebih dari itu. Khilafah Islamiyah tidak akan membiarkan ada penjajahan, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa.
Wallahualam bissawwab

Komentar
Posting Komentar