Miris, Perilaku Anak Makin Sadis


                            🖤 Admin AMK 

Kapitalisme sekuler yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan telah menggerus peran orang tua dalam pengasuhan anak. Keluarga terutama ibu yang seharusnya menjadi tempat pertama dan utama untuk mendidik anak, saat ini banyak disibukkan oleh urusan lain. Para ibu banyak yang berkarier di luar rumah sehingga pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain. Padahal, pengasuhan terbaik bagi seorang anak berada di tangan ibunya.


OPINI 

Oleh Dewi

Pemerhati Umat


MKM, OPINI_Aksi pengeroyokan terjadi lagi. Kali ini korbannya berinisial MHD (9), bocah kelas 2 sekolah dasar negeri (SDN) yang berada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), tewas akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya. (Kompas.com, 20/05/2023)

Miris, mengapa perilaku anak makin sadis? Anak-anak yang seharusnya bermain bareng, ceria, saling mengasihi, saling membantu satu sama lain, kini ada yang berubah menjadi pelaku kekerasan. Bahkan, sampai memakan korban jiwa. Apa sebenarnya yang terlintas di pikiran pelaku, sampai tega menyakiti teman sebayanya? Padahal, mereka seharusnya menjadi teman sepermainan.

Kasus pengeroyokan bukan pertama kali terjadi, bahkan sudah berulang. Ini menunjukkan bahwa hal itu bukan semata-mata kesalahan anak, akan tetapi lingkungan sekitar pun turut andil dalam membentuk perilaku mereka. Tempat tinggal dan sekolah sangat memengaruhi terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri.

Baik buruknya perilaku anak bergantung pada kehidupan tempat ia dididik dan dibesarkan. Kondisi keluarga yang kurang harmonis, tolok ukur kehidupan orang tuanya, ayah dan ibu yang sibuk bekerja, membuat pola asuh yang diterapkan kurang maksimal. Bahkan, bisa menjadi salah yang mengakibatkan anak sulit memahami makna kehidupan yang benar. 

Mendidik anak dalam gempuran sistem kapitalisme sekuler yang makin kuat, memang sulit menjadikan anak paham tentang hakikat hidupnya sebagai manusia yang harus tunduk pada aturan Sang Pencipta. Padahal, anak usia 7 sampai 14 tahun seharusnya mulai memahami dan mengenal apa yang menjadi aturan dalam kehidupan, seperti kewajiban menjalankan salat, puasa di bulan Ramadan, berbuat baik terhadap sesama, dan lainnya.

Kapitalisme sekuler yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan telah menggerus peran orang tua dalam pengasuhan anak. Keluarga terutama ibu yang seharusnya menjadi tempat pertama dan utama untuk mendidik anak, saat ini banyak disibukkan oleh urusan lain. Para ibu banyak yang berkarier di luar rumah sehingga pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain. Padahal, pengasuhan terbaik bagi seorang anak berada di tangan ibunya.

Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ketika orang tuanya baik, taat, mendidik dengan lemah lembut dan tidak kasar, maka anak akan mencontoh perilaku baik dari orang tuanya. Sebaliknya jika orang tuanya buruk, maka keburukanlah yang akan dicontoh oleh anak.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw. : “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya yang akan membuat dia Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim)

Anak adalah amanah bagi orang tuanya yang harus dijaga dari segala macam mara bahaya. Penjagaan akidah harus lebih diutamakan. Sebab, jika akidahnya kuat, maka anak akan taat baik di dalam maupun di luar rumah. Sekaligus akan terhindar dari sifat buruk yang merugikan dirinya dan orang lain.

Sudah saatnya para orang tua berbenah. Jika melihat kejadian yang dilakukan oleh sebagian anak bukan lagi kenakalan biasa, tetapi sudah menjurus pada kriminalitas yang harus segera dibenahi. Yakni dengan menjadikan para orang tua kembali pada fitrahnya masing-masing. Ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai pengatur rumah tangga yang senantiasa mendidik dan mengasuh anak sesuai dengan pola asuh Islam. Karena itu, orang tua harus memperbanyak mengkaji ilmu agama. Sebab, dari orang tua yang bertakwa akan lahir generasi unggul yang senantiasa punya rasa solidaritas tinggi.

Wallahu'alam bishawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan