Tolak Konser Coldplay, Kental LGBT?

 


🖤Admin MKM


Penolakan konser Coldplay makin menghebat dan viral di media sosial khususnya Twitter. Pasalnya, isu Coldplay mendukung kampanye Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) makin santer. Dalam salah satu postingan, vokalis Coldplay Chris Martin disebut sebagai sekutu bagi komunitas LGBT.

OPINI

Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Ideologis Bela Islam Akademi Menulis Kreatif

MKM, OPINI_Band Coldplay internasional asal Inggris akan manggung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, pada 15  November 2023. Coldplay disambut antusiasme luar biasa oleh masyarakat. Harga tiket yang fantastis dari Rp800 ribu-Rp11 juta sudah ludes terjual dalam dua hari. Hadirnya Coldplay memunculkan pro-kontra di masyarakat. Benarkah konser Coldplay mendatangkan keuntungan atau justru banyak mudaratnya?

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menperekraf), Sandiaga Uno, menyambut baik dan membeberkan pentingnya konser Copdplay yang akan berdampak positif untuk pertumbuhan ekonomi kita. Sebab, Copdplay mempunyai peluang dapat mengundang 10-12 ribu wisatawan mancanegara yang sudah ditargetkan. Hal ini bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi sebagaimana ketika menggelar beberapa kegiatan seperti G28, F1 Powerboat, KTT Asean Summit, konser Blackpink, ternyata membawa multiple efek bagi perekonomian Indonesia. (kanal You Tube Kompas TV, 20/5/2023)

Sementara penolakan konser Coldplay makin menghebat dan viral di media sosial khususnya Twitter. Pasalnya, isu Coldplay mendukung kampanye Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) makin santer. Dalam salah satu postingan, vokalis Coldplay Chris Martin disebut sebagai sekutu bagi komunitas LGBT. Sejak awal kariernya telah menyokong hak gay dan sering mengibarkan bendera LGBT di setiap konsernya. (Di akun twitter@ColdplayXtra)

Karena rumor itulah banyak tokoh agama dan ormas Islam yang menyuarakan penolakan konser Copdplay di Indonesia. Di antaranya Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas akan melayangkan surat penolakan konser Coldplay kepada Menparekraf, Sandiaga Uno. Karena Coldplay seperti itu dapat merusak moral dan akhlak bangsa, khususnya anak muda. Adakah agama yang menoleransi LGBT, ucapnya. (Kompas TV, 17/5/2023)

Ironis memang, jika Menperekraf, Sandiaga Uno mengaku telah mengundang Coldplay untuk jalan-jalan ke lima Destinasi Wisata Superprioritas di Indonesia. Ini adalah bentuk penghormatan yang berlebihan bak tamu negara. Padahal, LGBT merupakan fenomena gejala sosial yang bertentangan dengan norma dan nilai agama, budaya, maupun Pancasila sebagai dasar falsafah hidup bangsa ini.

Itulah buah busuk dari sekularisme yang diadopsi negara ini. Sistem yang menolak aturan Allah, sungguh telah berhasil menjauhkan umat Islam dari agamanya. Akibatnya sebagian umat tampak tidak bisa membedakan mana yang halal dan haram. Memandang konser Coldplay hanya sebuah hiburan yang dapat mendatangkan uang dan kepuasan, tanpa berpikir dampak buruknya.

Karena dalam sistem demokrasi sekuler materi dan kebebasan adalah pilar yang diagung-agungkan. Kebahagiaan bagi mereka diukur dengan banyaknya materi untuk memuaskan nafsunya. Wajar, jika sistem ini melahirkan pemimpin dan individu materialis, hedonis yang jauh dari agamanya.

Faktanya, yang menikmati konser Coldplay adalah orang-orang berduit, mengingat harga tiket yang selangit. Begitu pun keuntungannya hanya dinikmati oleh segelintir orang  yaitu pemilik modal. Kendati pengadaan konser akan mendongkrak ekonomi, seperti UMKM sekitar, penjual souvenir, transportasi, restoran, sektor pariwisata, perhotelan, tapi itu sungguh ibarat remahannya saja. Terlebih betapa sangat tidak sebandingnya dengan mudarat yang menanti di hadapan.

Apalagi LGBT merupakan gerakan global dimana dampak sosialnya terhadap masyarakat sungguh mengerikan. Sebab, keberadaan LGBT di negeri ini sudah demikian mengkhawatirkan. Dengan berlindung di bawah payung HAM dan liberalisme, mereka bebas dari jeratan hukum bahkan menuntut legalitas. Maka dengan adanya konser Coldplay, tentu akan memberikan angin segar bagi komunitas LGBT yang sudah menjamur dan makin berani unjuk gigi.

Oleh sebab itu Coldplay yang pro LGBT harus ditolak karena:

Pertama, LGBT bertentangan dengan agama, karena orientasi seksualnya menyimpang, yakni menyalahi fitrah.

Allah Swt. telah menciptakan manusia dan makhluk hidup berpasang-pasangan, serta mengatur naluri seksualnya condong kepada lawan jenisnya. Untuk melestarikan keturunan dengan membangun kehidupan di atas kaidah perkawinan.

Sedangkan lesbian (orientasi seksualnya sesama wanita), gay (sesama lelaki), biseksual (orientasi seksualnya bisa dengan pria juga wanita), transgender (identitas atau ekspresi gendernya berbeda dengan jenis kelaminnya ketika lahir). Jadi, LGBT sudah jelas menjadi satu faktor penyebab lost generation (generasi hilang, generasi tersesat).

Kedua, praktek LGBT akan menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya HIV/AIDS, sipilis, kanker anal (dubur), kanker mulut, meningitis, dan penyakit menular mengerikan lainnya.

Ketiga, mengidap gangguan mental (homoseksual egodistonik) tersebab merasa tidak nyaman dengan orientasi seksualnya. Akibatnya mudah ganti-ganti pasangan, gelisah, dan stres. Mirisnya, tak sedikit kasus yang dialami pelaku LGBT adalah sebagai penyebab kriminal pembunuhan sadis.

Keempat, LGBT ibarat virus yang dapat menularkan kepada orang lain dan penyebarannya begitu cepat. Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F. Mulk, mengungkapkan  menurut penelitian, "Seorang gay mempunyai pasangan antara 29-106 orang per tahunnya. Bahkan 43 persen gay menyatakan seumur hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang.

Sedangkan pasangan zina seumur hidupnya tidak lebih dari 8 orang saja. (PKRS RSUD Kota Padang Panjang, 21/5/2021)

Kelima, LGBT adalah kaumnya Nabi Luth yang ingkar dapat mengundang siksa, bencana, serta laknat Allah. Telah terbukti tragedi kaum Nabi Luth yang terjadi di Indonesia pada 1955, dimana satu Desa Legetang, Banjarnegara, Jawa Tengah, bersama seluruh penduduknya yang gemar bermaksiat lenyap tertutup puncak sebuah gunung yang jaraknya cukup jauh sekitar 2 kilometer.

Allah berfirman dalam QS. Hud ayat 82-83: "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth as. itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Rabbmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim."

Nyata sekali bahwa sistem demokrasilah yang menghidupkan kembali Kaum Luth modern dan melahirkan pemimpin yang abai terhadap keselamatan rakyatnya baik di dunia maupun di akhirat. Masihkah sistem demokrasi sekuler yang menafikan agama dan berani menantang azab Allah dipertahankan?

Sistem Islam Problem Solving

Berbeda dengan sistem Islam, seorang pemimpin wajib memimpin dan meriayah (mengatur umat) dengan hukum-hukum Allah dan akidah Islam sebagai asasnya.

Akidah Islam inilah yang mendorong semua individu warga negara tidak terkecuali penguasanya wajib taat pada Allah dan Rasul-Nya. Karena  mereka menyadari semua perbuatannya diawasi dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya dan melindunginya dari musuh dengan kekuasaannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Telah dijelaskan hadis di atas oleh Al-Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, "Imam itu perisai, yakni seperti as-sitr (pelindung), karena Imam (Khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, serta manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya."

Itulah gambaran pemimpin dalam sistem Islam (Khilafah). Khalifah akan memedulikan keselamatan rakyatnya tidak hanya di dunia, tapi juga keselamatan di akhirat kelak. Di antaranya dengan memberikan edukasi syariat Islam terkait LGBT dan bahaya-bahayanya, serta akan memberikan sanksi hukum yang tegas bagi pelaku LGBT.

Lebih dari itu Khalifah akan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di semua aspek kehidupan. Dengan demikian tidak hanya menyolusi masalah LGBT saja akan tetapi dapat menyolusi semua problematikan umat secara tuntas.

Wallahuallam bissawab.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan