Baby Blues, Apa Penyebabnya?
![]() |
🖤Admin MKM |
Dampaknya menjadi ibu merupakan sebuah rutinitas yang menjemukan dan kehadiran anak menjadi beban. Cara pandang seperti ini yang menyebabkan perempuan hanya siap menjadi istri tetapi tidak menjadi ibu.
OPINI
Oleh Markiningsih
Komunitas Muslimah Rindu Jannah
MKM,OPINI_Membentuk sebuah keluarga dan dikaruniai keturunan adalah dambaan bagi pasangan yang baru menikah. Kehadiran anak bisa melengkapi kebahagiaan, keceriaan sekaligus bisa menjadi pelepas rasa lelah bagi ayah setelah bekerja kerja mencari nafkah.
Namun anehnya kenyataan di masyarakat tidak demikian. Banyak ditemui kelompok ibu hamil dan menyusui di masyarakat, memiliki persentase gangguan kesehatan mental tinggi di Indonesia.
Dra Maria Ekowati selaku ketua Komunitas Wanita Indonesia mengatakan: "Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini. (detikcom, 26/5/2003)
Bahkan berdasarkan penelitian, di Lampung, ibu yang mengalami gangguan depresi setelah melahirkan menunjuk angka 25% .
"Kondisi baby blues dapat terjadi pada umumnya disebabkan berbagai faktor, seperti dipengaruhi faktor hormonal, hubungan rumah tangga atau pernikahan tidak harmonis, serta adanya KDRT," lanjut Maria.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andrianti, diperoleh hasil bahwa tahun 2020, 32% ibu hamil mengalami depresi, 27% mengalami depresi post partum atau pasca melahirkan. Bahkan 50 - 70% ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan gejala sedang baby blues, dan ini menunjukkan angka tertinggi ketiga di Asia.
Lemahnya Mental Ibu
Banyak sekali penyebab yang bisa mempengaruhi kesehatan mental ibu, baik itu faktor internal ataupun eksternal. Misalnya bagaimana seorang calon ibu menyiapkan diri untuk menjadi ibu baik itu dari sisi mental maupun fisik.
Dari segi mental sangat dipengaruhi oleh ilmu yang dimiliki terkait bagaimana dia memandang hidup berumah tangga, mendidik anak serta hubungan dengan suami, dan keluarga besar barunya.
Dalam pembentukan mental diperlukan tsaqofah dan ilmu tentang cara pandang dalam membangun sebuah keluarga, mendidik anak, merawat anak serta segala sesuatu yang menunjang ke arah itu.
Adanya dukungan suami dan keluarga besar serta lingkungan di sekitarnya merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.
Sistem sekularisme kapitalisme telah menghilangkan semua hal tersebut.
Bahkan di sistem ini sama sekali tidak ada dukungan sistem kepada para ibu.
Sistem kapitalisme memisahkan peran agama dalam kehidupan. Sehingga wajar apabila kehidupan manusia saat ini jauh dari agama dan kering dari rasa keimanan.
Kehidupan masyarakat di dalam sistem ini, hanyalah untuk meraih materi semata, termasuk para ibu. Sama sekali tidak dikaitkan dengan agama dan hanya fisik saja yang menjadi fokus perhatian. Maka wajar jika merasa berat di kala menjalankan perannya menjadi seorang ibu. Baik bagi para calon ibu maupun yang sudah lama menjadi ibu sekalipun.
Dampaknya menjadi ibu merupakan sebuah rutinitas yang menjemukan dan kehadiran anak menjadi beban. Cara pandang seperti ini yang menyebabkan perempuan hanya siap menjadi istri tetapi tidak menjadi ibu.
Hal ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan yang ada saat ini, dan ketiadaan ilmu tentang bagaimana menyiapkan anak didik perempuan menjadi sosok seorang ibu.
Penyebab dari semua itu, karena kurikulum pendidikan saat ini hanya berfokus pada nilai-nilai materi dan akademik. Seharusnya pembelajaran bagaimana menjadi orang tua dijadikan salah satu kompetensi dalam kurikulum pendidikan.
Karena pendidikan mempunyai peran penting dalam mendidik generasi, termasuk mendidik untuk siap menjadi orang tua.
Pandangan Islam
Negara dalam pandangan Islam akan mampu mencegah terjadinya baby blues. Karena negara akan membuat kebijakan, menyiapkan sistem pendidikan dan dukungan sistem. Hal ini dikarenakan
Islam mempunyai kurikulum pendidikan yang sangat komprehensif dan sesuai fitrah manusia. Sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua termasuk menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Berikut gambaran Islam dalam menyiapkan generasi sebagai calon orang tua masa depan yang tangguh.
1. Penerapan kurikulum berbasis akidah Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam (memiliki pola pikir, pola sikap Islam) pada setiap individu, serta membekali generasi dengan ilmu-ilmu Islam.
Harapannya setiap individu akan memiliki pondasi akidah Islam yang kokoh. Pandangannya tentang dunia dan akhirat jelas akan berbeda.
Generasi calon orang tua tidak akan mudah mengalami stress atau depresi dalam mengarungi berbagai ujian kehidupan, apabila punya pemahaman bahwa sebagai orang tua adalah peran mulia.
Mereka akan berusaha menjadi orang tua terbaik sesuai harapan Allah Swt. Mereka juga memahami bahwa anak adalah amanah dari-Nya.
Sehingga mereka akan menjalani peran tersebut dengan baik karena disanalah letak kemuliaan orang tua di sisi Allah, yakni mampu mendidik anak-anak menjadi generasi berkepribadian Islam.
2. Dukungan sistem politik ekonomi Islam yang menyejahterakan.
Kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan harus bisa dipenuhi oleh negara dengan baik, sehingga bisa menghilangkan stres dan beratnya beban hidup.
Seorang ayah akan mendapat kemudahan dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Seorang ibu tidak dibebani tugas untuk menyokong ekonomi keluarga, sehingga para ibu akan lebih fokus dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
3. Dukungan sistem berupa lingkungan sosial masyarakat yang islami.
Kehidupan masyarakat yang bersih dari kemaksiatan akan terwujud masyarakat yang terbiasa beramar ma'ruf nahi mungkar, serta saling menolong dan menyayangi sesama. Untuk menciptakan hal ini merupakan salah satu tugas negara.
Negara juga harus mengontrol dan mengawasi media agar tidak tersebar tayangan, berita, dan konten yang berbau kekerasan, eksploitasi seksual, pornografi, dan segala hal yang merusak kepribadian generasi.
Dengan demikian kemaksiatan dan kriminalitas akan menurun bersamaan sehingga dapat terwujud masyarakat bertakwa dan berada dalam suasana iman yang kokoh.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar