Kemandirian Ekonomi Pesantren, antara Kualitas ataukah Pembajakan?

๐Ÿ–คAdmin MKM



Pada era 2000-an pesantren memperoleh tambahan fungsi, yaitu sebagai pusat pengembangan ekonomi kerakyatan. Aktivitas pesantren pun penuh dengan suasana ekonomi. Dari mulai program OPOP, budidaya ikan, digitalisasi pesantren, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya mengalihkan visi dan misi pesantren dari mencetak para ulama beriman yang "tafaquh fiddin" menjadi mencetak para wirausahawan. Aktivitas pesantren yang seharusnya dipenuhi dengan ilmu agama menjadi disibukkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi guna membangun kemandirian ekonomi pesantren, sehingga tujuan utama dari pesantren menjadi teralihkan. Alhasil, pesantren bukan menghasilkan ulama-ulama yang berkualitas dalam pemahaman agama, melainkan tujuannya telah teralihkan untuk bisa mencapai kemandirian secara ekonomi karena gempuran derasnya arus globalisasi


OPINI


Oleh Agustriany Suangga 

(IRT dan Aktivis Dakwah)


MKM,Opini_Bupati Bandung Dadang Supriatna meluncurkan program One Pesantren One Paranje (OPOP)/kandang ayam di Pondok Pesantren Bustanul Wildan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Sabtu (17/6/2023). Bupati Bandung menjelaskan peluncuran program ini ditujukan atas keinginan adanya pendidikan vokasi di kalangan ponpes khususnya di bidang wirausaha. Melalui program ini pihaknya pun sangat mendukung kemandirian perekonomian pesantren.

Dadang Supriatna berharap demplot (program) OPOP ini bisa diikuti sampai 100 ponpes di Kabupaten Bandung. Selain ternak ayam, imbuh Kang Dadang, sapaan bupati, pihaknya juga menawarkan kerjasama pesantren dengan Dispakan (Dinas Pangan dan Perikanan) Kabupaten Bandung untuk budidaya ikan. Kang Dadang berharap dengan pendidikan vokasi di kalangan ponpes ini bisa menciptakan para santri sekaligus pelaku wirausaha yang berakhlakul karimah. (www.balebandung.com, 17/06/2023)


Pembajakan Fungsi Pesantren

Sistem kapitalisme dan materialisme sebagai buah dari arus globalisasi diseluruh dimensi kehidupan manusia, telah membajak fungsi strategis pesantren. Pada mulanya pesantren berfungsi sebagai lembaga dakwah, lembaga pendidikan, pengaderan ulama, serta pusat perjuangan umat dalam melawan penjajah. Visi pesantren adalah "tafaquh fiddin" yang melahirkan ulama beriman, berilmu dan beramal. Misi utama pesantren adalah melakukan pengaderan terhadap generasi umat agar bisa menjadi "mundzirul qaum" saat kembali ke masyarakat, sebagaimana firman Allah Swt :

ูƒُู†ْุชُู…ْ ุฎَูŠْุฑَ ุฃُู…َّุฉٍ ุฃُุฎْุฑِุฌَุชْ ู„ِู„ู†َّุงุณِ ุชَุฃْู…ُุฑُูˆู†َ ุจِุงู„ْู…َุนْุฑُูˆูِ ูˆَุชَู†ْู‡َูˆْู†َ ุนَู†ِ ุงู„ْู…ُู†ْูƒَุฑِ ูˆَุชُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ۗ ูˆَู„َูˆْ ุขู…َู†َ ุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ู„َูƒَุงู†َ ุฎَูŠْุฑًุง ู„َู‡ُู…ْ ۚ ู…ِู†ْู‡ُู…ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ูˆَุฃَูƒْุซَุฑُู‡ُู…ُ ุงู„ْูَุงุณِู‚ُูˆู†َ

Artinya :

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Ali Imran: 110)

Berdirinya pesantren salah satunya dilatarbelakangi oleh semangat perjuangan membela agama Allah. Karena setiap aktivitas di pesantren harus dilandaskan oleh semangat untuk beribadah dan semata-mata mengharap rida dari Allah Swt..

Namun pada era 2000-an pesantren memperoleh tambahan fungsi, yaitu sebagai pusat pengembangan ekonomi kerakyatan. Aktivitas pesantren pun penuh dengan suasana ekonomi. Dari mulai program OPOP, budidaya ikan, digitalisasi pesantren, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya mengalihkan visi dan misi pesantren dari mencetak para ulama beriman yang "tafaquh fiddin" menjadi mencetak para wirausahawan. Aktivitas pesantren yang seharusnya dipenuhi dengan ilmu agama menjadi disibukkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi guna membangun kemandirian ekonomi pesantren, sehingga tujuan utama dari pesantren menjadi teralihkan. Alhasil, pesantren bukan menghasilkan ulama-ulama yang berkualitas dalam pemahaman agama, melainkan tujuannya telah teralihkan untuk bisa mencapai kemandirian secara ekonomi karena gempuran derasnya arus globalisasi.


Sistem Islam

Salah satunya jalan untuk mengembalikan muruah pesantren sebagai lembaga pendidikan pencetak para ulama dan pemimpin bertakwa. Tanpa terbebani dengan pembiayaan besar dan memiliki fasilitas pendidikan yang berkualitas serta tanpa campur tangan penjajah. Yaitu hanya dengan penerapan sistem Islam secara kafah.

Sistem Islam menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab negara sebagai pelayan umat. Pendidikan diselenggarakan tanpa dikotomi (pendidikan umum atau pendidikan Islam/pesantren) karena semua berbasis pada akidah Islam untuk membentuk kepribadian Islam.

Dalam sistem Islam, lembaga pendidikan juga tidak dibebani untuk mencari dana guna membiayai seluruh kegiatan sekolah. Negara akan menanggung biaya pendidikan dari kas negara (Baitulmal) pos kepemilikan umum yang dikelola sesuai syariat Islam. Dan semua ini hanya akan terwujud, ketika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dan  sempurna. 

Wallahualam bissawab. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan