No Insecure
![]() |
🖤Admin MKM |
Storytelling
Oleh Bunga Padi
(Member AMK1)
Sahabat, jika pada suatu masa dirimu mengikuti pelajaran di kelas, dan berkumpul bersama orang-orang yang punya keinginan atau mimpi besar dalam hidupnya, kemudian membentuk sebuah keluarga besar yang penuh kehangatan, keakraban, dan silah ukhuwah yang harmonis. Meskipun di dunia maya tetapi memiliki visi dan misi yang sama dan menjadikan akhirat pilihan terbaiknya.
Di kelas itu banyak program-program kepenulisan yang bisa diikuti. Mulai dari kelas menulis opini, fiksi, design, dan lain sebagainya. Semuanya mendukung untuk mewujudkan impian-impian mereka. Mereka saling support, saling menguatkan, saling mengingatkan, dan saling mendoakan satu sama lain.
Hanya saja terkadang dirimu malah minder, stagnan, tidak bergairah menghadapi kenyataan yang ada. Ya, boleh dibilang tidak percaya diri atau insecure. Terlintas dalam benakmu perasaan malu dengan teman-teman yang sudah lebih maju, bahkan berkeinginan untuk mundur dari komunitas kepenulisan. Hmmm ....
Sahabat, ada sebuah pertanyaan yang cukup menarik. Apa yang ada dalam pikiranmu pertama kali, ketika melihat seseorang yang berbadan mungil seperti Ucok Baba, atau sekaliber sahabat Rasulullah saw. seorang budak hitam Bilal bin Rabah?
Awalnya pasti biasa saja 'kan? Sampai akhirnya dirimu tahu bahwa mereka adalah orang-orang hebat dalam bidangnya atau perannya, bertalenta, dan sangat tersohor. Ketahuilah, perolehan yang mereka capai karena mereka menghargai diri mereka. Tetap mensyukuri karunia yang Allah Swt. berikan dan bersabar atas ketetapan-Nya.
Mereka juga meyakini perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surah Ar-Rad ayat 11 yang berbunyi, "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka."
Jelas sekali tertera dalam peringatan Allah Swt. di atas, bahwa perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Dengan menekan rasa egois (baqo') dan memperbesar rasa syukur.
Jika demikian bisa dirangkum beberapa poin untuk mencapai kata berhasil menaklukan diri sendiri di antaranya:
1. Titik awal keberhasilan dimulai dengan memberi ruang pada diri untuk menata kembali apa yang menjadi tujuan hidup kita di dunia dan setelahnya? Apatah lagi sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya dari makhluk lain di muka bumi ini. Allah Swt. telah membekali kita dengan segudang potensi. Tinggal bagaimana kita mau menggali dan mengasahnya.
Buang jauh-jauh sikap rendah diri, perasaan insecure semisal, 'aku tidak sepandai orang lain, aku tidak berharga, aku tidak sekaya dia, aku tidak bisa, aku bodoh.' No … no … please jangan pernah katakan itu pada dirimu! Ingat dirimu begitu berharga di mata Allah Swt.
2. Yakinlah, menghargai diri sendiri bukanlah sesuatu yang berlebihan atau mementingkan diri sendiri (egois). Akan tetapi kita mampu menghargai diri sendiri dengan meng-eksplor kelebihan atau menggali potensi dan bakat yang kita miliki, kemudian mengolahnya untuk menghasilkan sebuah karya terbaik, sehingga karya tersebut bermanfaat bagi orang lain.
Dengan begitu kita sadari atau tidak, kita telah peduli akan kebutuhan orang lain dan membantunya menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya. Masyaallah tabarakallah, bahagia bukan jika melalui tulisan-tulisan dakwah kita jadi wasilah untuk orang berubah bahkan mendapat hidayah?
Misalnya kita menulis artikel nafsiyah atau rubrik motivasi dengan tema, "Taat Bahagia Maksiat Sengsara". Dengan membaca tulisan itu, orang lain dapat menyadari kekeliruannya, bertobat, dan akhirnya berubah menjadi baik, mau belajar Islam kafah dan turut berjuang membela Islam melalui tulisan, suara atau media lainnya.
3. Be Positif Thingking.
Rasulullah saw. bersabda:
"Tidak ada sesuatu pun milikku yang kusembunyikan dari kalian. Barang siapa menjaga harga dirinya, maka Allah akan menjaga dirinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila seseorang mampu menghargai dirinya otomatis harga dirinya akan terjaga. Ia akan menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik dan mengandung dosa. Akan berbicara hal-hal positif, ahsan, dan bermanfaat.
Sahabat hebat, rasanya tidak berlebihan jika di penghujung usia kita, hendaknya kita semakin semangat untuk menorehkan jejak-jejak kebaikan melalui dunia literasi. Insyaallah akan menjadi amal jariah yang tak terputus pahala kebaikannya walau sang penulis telah tiada.
Sebuah rangkaian indah dan penuh makna dari Khalifah Ali bin Abi Thalib menuturkan, "Ikatlah ilmu dengan menulis." Maka teruslah menulis dan berkarya, menitikkan tinta-tinta emas kehidupan, menebar syiar Islam ke seluruh penjuru dunia.
Semoga dengannya keberkahan hidup dan keridaan Allah Swt. senantiasa terlimpah bagi penulis, keluarga dan sahabat semua. Aamiin. Wallahu a'lam bis-sawab.
So, jalani hari-harimu penuh semangat! Tetap sehat, bahagia, terus berkarya, dan istikamah.
Salam santun dan sayang
Sahabatmu Bunga Padi🌾☺
Borneo, 14 Juni 2023
Tabaarakallah, keren menginspirasi tulisannya
BalasHapusAamiin ya Allah jazakillah khairan TIM Redaksi MKM
BalasHapus