Mengharap Ending HIV/AIDS pada Sistem Demokrasi Hanya Mimpi

💓 Admin MKM

Faktor yang menyebabkan HIV/AIDS tidak kunjung selesai. Berangkat dari paradigma yang salah dan batil, kehidupan liberal (bebas) dipertontonkan. Konten pornografi dan pornoaksi yang memicu syahwat dibiarkan berkembang, sehingga free sex marak

_____________________________


Oleh Luluk Kiftiyah

Muslimah Preneur 


MKM, Opini_

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra [17]: 32)

Pada ayat di atas sesungguhnya sudah dijelaskan, bahwa umat Islam dilarang untuk mendekati zina, apalagi melakukannya. Namun iman itu tampaknya telah luntur dari hati umat Islam. Sehingga tidak ada rasa takut pada Allah Swt. untuk melakukan perzinaan. Kasus perzinaan dari tahun ke tahun tidak menunjukkan penurunan, malah semakin meningkat. 

Hal ini diperkuat dengan meningkatnya kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) di Kota Bogor. Berdasarkan data, di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, ada 2.612 warga yang mengidap HIV/AIDS, dan 58 di antaranya berstatus ibu rumah tangga dan ibu hamil. Maraknya kasus HIV/AIDS dipicu oleh suami yang suka 'jajan' lewat aplikasi open BO atau aplikasi chatting untuk memesan pekerja seks. Hal inilah yang menyebabkan ibu rumah tangga dan ibu hamil tertular penyakit HIV/AIDS. Sehingga secara otomatis, calon bayi yang tidak bersalah juga akan menanggung penyakit mengerikan ini. (viva.co.id, 4/07/2023)

Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di Kota Makassar. Sepanjang tahun 2021 hingga 2022, tercatat ada 21.000 kasus. Dari data tersebut, Kota Makassar menjadi penyumbang penyakit HIV/AIDS tertinggi, yaitu 80 persen atau 16.800 kasus. Tingginya angka HIV/AIDS ini, menjadikan Kota Makassar masuk tujuh besar secara nasional. (rakyatsulsel.fajar.co.id, 24/02/2023)

HIV/AIDS merupakan penyakit yang mengerikan. Efek terburuknya bisa menyebabkan kematian, karena komplikasinya hampir menyerang seluruh sistem tubuh manusia. Mulai dari sistem syaraf, pernapasan, dan pencernaan. Faktor utama penyebabnya karena aktivitas seksual atau bergonta-ganti pasangan. Selain aktivitas seksual, penyakit ini bisa menular melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang sama, yang digunakan oleh pengidap HIV/AIDS, dan melalui plasenta serta air susu ibu. 

Meskipun saat ini pemerintah sudah menggalakkan program ABCDE, yakni Abstinen (tidak melakukan hubungan seksual), Be Faithful (setia pada satu pasangan), Condom (menggunakan kondom jika harus berhubungan seksual selain dengan pasangan, Drugs (tidak menggunakan narkoba), and Education (pendidikan seksual) sebagai upaya untuk mencegah HIV/AIDS, tetapi kenapa kasus ini tak kunjung selesai?


Paradigma Sekularisme Kapitalisme 

Akar masalah meningkatnya kasus HIV/AIDS, tidak lain karena diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme. Berangkat dari paradigma inilah, tujuan keberadaan negara hanya untuk mencari materi. Sebab dalam sistem sekularisme kapitalisme (memisahkan agama dengan kehidupan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya) tolok ukurnya adalah materi. Sehingga hal-hal yang mengarah pada aktivitas perzinaan, seperti tempat prostitusi dan tempat kemaksiatan lainnya, selama dianggap menguntungkan tidak akan ditutup. Bahkan negara mengambil keuntungan dengan menarik pajak dari tempat-tempat tersebut.

Inilah faktor yang menyebabkan HIV/AIDS tidak kunjung selesai. Berangkat dari paradigma yang salah dan batil, kehidupan liberal (bebas) dipertontonkan. Konten pornografi dan pornoaksi yang memicu syahwat dibiarkan berkembang, sehingga free sex marak.  

Selain itu, propaganda Barat yang membuat paradigma umat mengacu pada Barat. Melalui 7F (food, fashion, fun, film, free sex, free thinking, dan friction) umat terjauhkan dari paradigma yang islami. Mereka menganggap tubuhnya adalah otoritasnya, sehingga apapun yang dilakukan adalah haknya. Umat tidak lagi menganggap bahwa zina adalah perbuatan fahsya (keji), sehingga aturan Allah Swt. tidak lagi diindahkan. Bahkan saat ini, zina  sudah menjadi live style yang dinormalisasi. Sehingga munculah ungkapan making love (bercinta), friends with benefits (hubungan teman dengan manfaat romantis atau melakukan kontak intim tanpa ada komitmen), one next time (cinta satu malam) dan lain sebagainya. 


Cara Islam Mengatasi HIV/AIDS

Sebenarnya apa pun masalahnya, Islam punya solusi. Termasuk cara mengatasi penyakit HIV/AIDS yang mengerikan ini. Penyakit HIV/AIDS muncul akibat dari pergaulan bebas, sehingga pola hidup yang rusak (zina) merebak di tengah masyarakat. 

Dalam hal ini, Islam punya aturan yang jelas. Islam adalah agama syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna). Sistem pergaulan dalam Islam mengatur tentang interaksi laki-laki dan perempuan, larangan berkhalwat (berdua-duaan), ikhtilat (campur baur), dan kewajiban menutup aurat bagi perempuan yang sudah balig, serta anjuran menundukkan pandangan bagi laki-laki. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemaksiatan yang disebabkan oleh dorongan naluri nau' (syahwat). 

Negara juga akan menutup semua pintu masuknya kemaksiatan, seperti tontonan pornografi maupun pornoaksi, tempat-tempat kemaksiatan, termasuk prostitusi. Dengan begitu akidah umat akan terjaga. Selain itu, untuk memperkuat tsaqofah Islam, paradigma yang diterapkan ialah pendidikan yang Islami. Sehingga mampu melahirkan generasi yang berkualitas. Dengan begitu, akidah umat akan mengakar, sehingga tolok ukur perbuatan mereka adalah halal dan haram, bukan berdasarkan materi. Namun itu semua akan terwujud, apabila negara menerapkan sistem Islam kafah (Khilafah). Sebab hanya dengan Khilafah, umat akan terdidik dengan konsep pendidikan yang Islami. Alhasil, standar kehidupannya adalah surga, bukan sekedar kesenangan duniawi. Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan