Dua Ribu
![]() |
🖤Admin MKM |
Bismillah ... aku yakin suamiku juga akan rida jika uang dua ribu ini aku sedekahkan pada pengamen itu. Aku yakin karena kebiasaan dan sifat beliau yang dermawan walau dalam keterbatasan. Segera kuambil selembar uang dua ribu itu dan kuserahkan pada pengamen di depan rumah. 'Ya Allah.. semoga dengan sedekah ini sakitku segera sembuh' doaku.
CERPEN
Oleh Ika Fauziah
Ibu Rumah Tangga
MKM, CERPEN_udah lebih dari seminggu, tapi luka di kaki belum juga mengering. Padahal setiap hari aku telaten membersihkan dan mengompresnya dengan larutan berwarna kuning yang kubeli di apotek. Setelah dikompres, dibersihkan kemudian kuoles dengan salep khusus untuk luka bakar. Tak lupa minum antibiotik dan antipiretik yang kini sudah habis, pun salep sudah hampir habis.
Beberapa hari yang lalu, dalam perjalanan menjenguk putri sulungku yang mondok di luar kota, kami terjatuh dari motor. Saat itu suamiku kaget dan panik karena truk poso yang melaju dengan kecepatan tinggi dan bunyi klakson yang membabi buta. Sehingga terjatuh dari bahu jalan dan terperosok ke jalan berpasir. Naas motor tidak terjaga keseimbangannya sehingga kami terjatuh.
Celana panjang yang kupakai sebagai mihnah, tidak bisa melindungi kaki kananku dari knalpot yang sangat panas. Celana ikut tersingkap ketika aku terjatuh, menyesal kenapa tidak kumasukkan ujung celana ke dalam kaos kaki seperti biasanya, astaghfirullah ....
Selepas mengobati luka bakarku dengan daun binahong yang telah ditumbuk halus, aku mendengar genjrang-genjreng suara gitar.
'Ya Allah ... ada pengamen, semoga ada uang kecil,' batinku. Akupun beranjak dari kasurku menuju lemari mencari uang receh. Tapi, aku tak menemukan uang lima ratusan atau seribuan di tempat biasa aku menyimpan uang. Kulihat di sana hanya ada dua lembar uang dua ribuan.
Ya Allah ... itu uang jatah buat beli tempe esok hari.
Bismillah ... aku yakin suamiku juga akan rida jika uang dua ribu ini aku sedekahkan pada pengamen itu. Aku yakin karena kebiasaan dan sifat beliau yang dermawan walau dalam keterbatasan.
Segera kuambil selembar uang dua ribu itu dan kuserahkan pada pengamen di depan rumah. 'Ya Allah.. semoga dengan sedekah ini sakitku segera sembuh' doaku.
Tak selang berapa lama, diri ini teringat seorang teman yang kenal lewat aplikasi biru. Walau hanya lewat dunia maya hubungan kami lumayan dekat. Dan aku baru teringat kalau beliau adalah seorang perawat luka. 'Ya Allah ... kenapa baru sekarang ingat kalau punya teman perawat luka,' batinku. 'Apakah ini jawaban dari sedekah barusan?' tanyaku dalam hati.
[Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh]
[Mbak ... ini aku Minah, yang jualan Biovit.]
[Aku mau tanya tentang perawatan luka.]
Centang dua abu abu.
Tak berapa lama centang dua biru pertanda telah dibaca,
[Iya, Nah ... ada apa?]
[Call saja]
Alhamdulillah ... walau sebenarnya aku kurang suka kalau telepon lebih suka chat saja. Entahlah aku merasa nggak pede jika ngomong sama orang. Kadang bingung mau ngomong apa. Berhubung memang aku butuh bertanya tentang luka. Aku pun langsung menelponnya.
Tanpa basa-basi aku utarakan maksudku.
"Assalamualaikum Mbak." Aku mengawali telpon.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh, ya Nah ... ada apa?"
"Gini Mbak ... aku kan kena knalpot, kaki kananku, sudah agak lama sih ... kira-kira delapan atau sembilan hari yang lalu. Padahal tiap hari aku obati, juga aku bersihkan dan kukompres dengan revanol. Tapi kok tak kunjung kering ya Mbak ... bahkan berair terus dan kayak keluar nanah tapi nggak berbau busuk. Apa infeksi?" cerocosku.
"Kamu sendiri yang sakit?"
"Iya Mbak ...." Kan, aku sudah bilang tadi, batinku.
"Kondisinya gimana sekarang? sudah diapain saja?" tanyanya lagi berturut- turut.
"Gini Mbak ... lukanya berair terus, dan keluar cairan kayak nanah tapi nggak berbau busuk."
"Iya memang kayak gitu, luka bakar kan yang kena kelenjar keringat jadi, ya, akan berair terus kalau belum pulih. Sedangkan yang kuning kayak kuah lontong itu albumin Na."
"Oh bukan nanah karena infeksi, ya, Mbak, Alhamdulillah!" seruku lega.
"Bukan."
"Aku khawatir infeksi, Mbak, karena sudah lama kok nggak kering-kering lukaku, padahal tiap hari aku kompres dan bersihkan pake rivanol," jawabku.
"Nah ... itu, jangan pake rivanol, itu sudah lama nggak dipake untuk perawatan luka. Naah, pantesan lukamu gak sembuh sembuh," terangnya.
"Tapi kan di apotek ada Mbak?"
"Iya kan apotek cuma jualan."
"Oalah ... jadi gimana, Mbak?" tanyaku lagi.
"Rebus 20 daun sirih merah, kalau gak ada yang biasa juga gak papa. Sama daun jambu biji merah 20 lembar. Dengan air lima liter. Nah, nanti setelah dingin air itu buat membasuh dan membersihkan luka."
"Iya Mbak," jawabku.
"Habis itu olesi pake salep khusus luka bakar, tapi pake lidah buaya juga bisa," terangnya.
"Seandainya awal kena knalpot itu langsung dikasih lidah buaya, insya Allah nggak akan mlonyoh kayak gitu, Nah."
"Gimana aplikasi lidah buaya ke luka Mbak? Bukannya lendirnya gatal?" tanyaku lagi.
"Caranya, cuci bersih lidah buaya, potong ujung bawahnya kemudian berdirikan. diamkan sepuluh menitan, sampai lendir yang segar itu kesat atau habis. Setelah itu belah jadi dua terus oleskan langsung pada luka. Bisa juga dikerok tipis tipis dan lendirnya dioles pada lukanya," terang mbak Dewi panjang lebar.
"Oh ... gitu, ya, Mbak, makasih ya."
"Iya, Nah, sama-sama, semoga cepat sembuh ya."
"Aamiin ... sekali lagi makasih ya Mbak, assalamualaikum..
" Aku pun mengakhiri telepon.
***
"Bun ... ini air rebusan herbalnya, sudah hangat, mau dibersihkan di sini apa di belakang?" tanya suamiku sambil membawa air rebusan herbal ke kamar.
"Di belakang saja, Yah," jawabku, sambil berusaha beranjak dari ranjang. Dengan agak tertatih menahan sakit aku pun melangkah ke area kamar mandi.
Aku duduk di kursi kecil yang telah disediakan oleh suamiku. Satu gayung air herbal sudah tersedia lengkap dengan kain kasa dan sendok. Kain kasa untuk mengompres luka dan sendok untuk menyendok air herbal untuk disiramkan ke luka sedikit demi sedikit.
Pertama-tama aku celupkan kasa steril ke dalam air herbal. Kemudian kuangkat. Ada sedikit keraguan dalam hati, takut merasakan perih karena luka yang terkena air herbal. "Bismillah ... semoga segera sembuh ya Allah," doaku.
Akhirnya aku tempelkan kain kasa yang basah itu pada lukaku. Nyess sedikit perih. Kutata sedemikian rupa sehingga luka itu tertutup sempurna dengan kasa basah. Kemudian aku siramkan air herbal sedikit demi sedikit sampai beberapa menit kudiamkan dan sesekali kusiram lagi. Setelah itu aku bersihkan luka dengan kasa tersebut dan terakhir mengguyurnya dengan air herbal tersebut.
Setelah bersih aku pun beranjak ke kamar untuk mengoleskan lidah buaya.
"Bun, ini lidah buaya dan sendoknya." Suamiku menyerahkannya padaku.
"Makasih ya Yah," ucapku.
"Ayah tinggal, ya, Bun ... Ayah masak dulu," terangnya. Aku pun mengangguk.
Kubuka satu sisi kulit lidah buaya dengan sendok kemudian dagingnya aku kerik tipis tipis sehingga menghasilkan lendir. Kemudian aku tempelkan lendir tersebut pada lukaku. Maasyaallah ... Sedikit perih tapi dingin.
***
Sebelum subuh mata ini terbuka, mungkin sudah alarm tubuh. Alhamdulillahi ladzi ahyana bakdama amaatana wailaihi nusuur.. Alhamdulillah ya Allah ... sejenak terdiam kemudian kusingkap selimut kulihat luka di kakiku.
"Alhamdulillah...," ucapku penuh syukur lukaku terlihat mengering di bagian pinggir sedangkan di bagian tengah masih sedikit basah.
Selesai
Komentar
Posting Komentar