Hai Mantan, Kita Lihat Saja Nanti
![]() |
🖤Admin MKM |
Zakiyah tak ingin mengingatnya kembali. Dia merasa paling bodoh sedunia. Wanita mana yang rela memberikan mahkotanya hanya demi pacar. Boro-boro memberikan nafkah lahir, mahar saja tidak. Kalaulah ada, dia adalah wanita yang tidak punya tujuan hidup. Hari-harinya pasti akan berujung pada dapur, kasur, dan sumur. Sementara ilmu belum dia dapatkan untuk mengelola itu.
CERPEN
Oleh Insaniyaah
Pegiat Literasi
Deru sepeda motor matic merah yang dikenakan seorang perempuan berkerudung lebar memasuki gang kecil dari salah satu perkampungan yang ada di sebuah kota Garut terdengar nyaring.
Perempuan berpostur tubuh ramping itu melajukan motornya perlahan karena baru saja ia maju, banyak orang yang memenuhi gang itu padahal waktu sudah menunjukan petang hari.
'Ada apa ini?' hatinya membatin. Meskipun fisiknya dikaruniai kulit yang putih bersih tapi hari ini wajahnya sudah merasa sangat kusam. Seharian ini dia sudah bekerja keras. Menghabiskan semua tenaganya untuk melayani konsumen di sebuah restoran. Rasanya ia ingin sekali rebahan di atas kasur yang empuk tapi kerumunan itu sama sekali tidak mendukungnya.
"Punten," sapa perempuan itu sambil memberikan gas kecil pada stang motornya dengan wajah yang lesu. Pasalnya ia tak begitu tertarik dengan kerumunan itu. Dalam benaknya hanya tergambar kasur, dan kasur.
Tak disangka, diantara kerumunan itu muncul seseorang dalam keadaan terburu-buru dan menyenggol badan motor.
"Sorry," pinta seseorang itu. "Zakiyah?" Orang itu menatap netra perempuan diatas di atas motor. Ya, namanya Zakiyah.
Belum sempat perempuan itu mengucap tidak apa-apa, seseorang yang mengenalnya menanyakan banyak hal tapi lagi-lagi Zakiyah tak peduli.
"Besok masih ada lomba Ki. Ayo gabung barang sebentar!"
Zakiyah hanya tersenyum lemah. Tiba-tiba datang lagi orang yang dikenalnya. Padahal ia sudah ingin bertemu dengan siapa-siapa.
"Ki, udah beda circle nih Zakiyah. Ajak lah dia, diakan penurut sama kamu!"
Mendengar gertakan itu tanpa dikomandoi Zakiyah menggerutu dalam hati.
'Maksudnya, penurut apa?'
Meskipun dalam hati yang lain, bertemu dengan Rizki adalah oase tersendiri bagi Zakiyah yang sudah lama keluar dari dunia kebebasannya.
Rizki, laki-laki yang mempunyai badan atletis dan berkulit putih itu telah bersamanya dulu. Hampir 2 tahun lamanya Zakiyah dan Rizki menjalin hubungan pacaran. Bella adalah salah satu orang yang mengetahui aktivitas mereka selama 2 tahun itu. Bahkan Bella tahu, Zakiyah pernah dengan suka hati hampir memberikan harta yang paling berharga pada sosok pria itu. Maka dari itu Bella dengan mudahnya bilang Zakiyah itu penurut.
Zakiyah tak ingin mengingatnya kembali. Dia merasa paling bodoh sedunia. Wanita mana yang rela memberikan mahkotanya hanya demi pacar. Boro-boro memberikan nafkah lahir, mahar saja tidak. Kalaulah ada, dia adalah wanita yang tidak punya tujuan hidup. Hari-harinya pasti akan berujung pada dapur, kasur, dan sumur. Sementara ilmu belum dia dapatkan untuk mengelola itu.
Pikiran Zakiyah hari ini berbeda. Gen-Z itu harus punya pemikiran dan kekuatan yang unik. Bukan hanya jadi pembebek apalagi cuma jadi bebek yang ikut ke jurang kenistaan. Ah, kalau ingat itu, Zakiyah ingin sekali meremas rambutnya sendiri. Tapi wajah yang lelah itu hanya tersenyum tipis.
"Lomba 17an, Ki." Rizki menyalip ocehan Bella dengan tersenyum biasa.
"Udah tahu kan jawabannya," ucap Zakiyah dengan volume kecil, ia malas untuk berdebat.
"Iya udah tahu kok." Rizki menimpali. Pasalnya dia sudah tahu tabiat Zakiyah seperti apa. Salahsatunya, keras kepala dengan apa yang sudah menjadi pendiriannya.
"Teh Bella, mana batere mic-nya? Udah ada?"
"Eh, iya bentar aku beli dulu," Bella berlari kearah gang depan.
"Aku pulang dulu," Zakiyah menaikan gas motornya untuk segera meninggalkan Rizki yang tengah sendiri.
"Bentar, Ki," Rizki menghalau laju motor Zakiyah. Zakiyah sedikit melirik.
"Nanti malam aku mau ngopi sama Abah."
"Terus?"
"Kalau aku ngelamar lewat Abah, kamu terima nggak?" Rizki tersenyum tipis dengan malu-malu.
"Ngomong aja sama Abah. Dia waliku," Zakiyah berbalik arah dan menaikan kembali gas motornya dan melaju perlahan. Wajahnya sedikit memerah.
"Kasih kode dong. Biar aku semangat," Rizki berteriak saat motor itu menjauh tapi masih terdengar manis di telinga Zakiyah.
"Hai Mantan, kita lihat saja nanti."
Keren singkat padat menggantung bikin penasaran
BalasHapus