Krisis Air Bersih di Negeri Maritim, Faktor Cuaca atau Salah Kelola?
![]() |
🖤 Admin MKM |
Potensi ini justru dimanfaatkan oleh pemilik modal dengan menjadi air sebagai komoditas ekonomi. Berbagai sumber mata air diserahkan pada swasta untuk dikomersialkan. Pemilik modal memanfaatkan sumber air ini dengan cara membuat bisnis air mineral dalam kemasan berbagai ukuran. Mereka mengebor sumber-sumber mata air secara massif. Akibatnya akses masyarakat untuk mendapatkan air terhambat karena kedalaman sumur mereka kalah dengan perusahaan air.
OPINI
Oleh Yuli Ummu Raihan
Aktivis Muslimah Tangerang
MKM, OPINI_Sejak akhir Juni lalu hampir semua wilayah di Indonesia mengalami kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan ada daerah yang sudah puluhan tahun sulit mendapatkan air bersih seperti yang terjadi di Desa Binangun, Kota Banjar, Jatim. Warga di sini kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur-sumur warga tidak lagi layak digunakan karena airnya terasa asin. Mereka pun tidak mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM Tirta Atom.
Begitupun di Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur Semarang, warganya sudah tiga bulan mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. (Jawapos.com, 14/8/2023).
Dampak dari kesulitan mendapatkan air bersih ini adalah pada kesehatan warga. Di Kabupaten Bogor warganya sudah mulai terserang penyakit diare. (Republika.id, 9/8/2023)
Sungguh miris, Indonesia adalah negara maritim yang wilayah perairannya lebih luas dibandingkan daratan. Seharusnya masalah krisis air bersih tidak terjadi. Apakah semua ini karena faktor cuaca, atau karena salah kelola?
Salah Kelola Menjadi Penyebabnya
Indonesia memiliki lembaga yang bertugas memantau dan melaporkannya prediksi cuaca sepanjang tahun yaitu, Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG sudah memprediksi bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami awal kemarau pada bulan Maret hingga Juni. Sementara puncaknya terjadi pada Agustus hingga September 2023. Seharusnya laporan ini menjadi acuan bagi pemerintah untuk melakukan tindakan antisipasi dan mitigasi.
Musim kemarau adalah faktor alam yang berada di luar kuasa manusia. Namun manusia diberi akal untuk melakukan segala sesuatu untuk menghadapi kondisi ini. Pemerintah seharusnya mengerahkan segala upaya agar saat kemarau warga tetap mendapatkan pasokan air bersih. Pemerintah mendorong para ilmuwan dan peneliti untuk mengembangkan teknologi agar bisa mengubah persediaan air yang ada (air laut misalnya) menjadi air bersih yang layak pakai dan konsumsi. Membangun bendungan agar cadangan air tersimpan dan mencukupi kebutuhan saat kemarau datang.
Negara juga harus menjaga agar tidak terjadi tindakan yang menyebabkan mudarat bagi masyarakat. Bukan rahasia lagi jika musim kemarau ini dimanfaatkan oleh sebagian oknum yang tidak bertanggungjawab, untuk membuka lahan dengan cara membakar hutan. Cara ini dianggap paling efektif dan ekonomis meskipun dampak lingkungan yang ditimbulkan sangatlah parah. Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPT mengatakan, bahwa selama 2-3 bulan terakhir telah terjadi 131 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Di Kalimantan Selatan hingga Rabu, 30/6/2023 setidaknya ada 2.521 titik api yang menyebar di lahan 205,5 hektare. Hutan sebagai penyangga sumber mata air dan sumber oksigen, serta pencegah banjir (resapan air) terus berkurang jumlahnya karena salah kelola.
Sistem kapitalis membuat hutan yang merupakan milik umum dikuasai sekelompok orang. Dieksploitasi habis-habisan dan hanya menyisakan kerusakan lingkungan yang membahayakan masyarakat. Dalam sistem kapitalis semua hal yang dapat memberikan keuntungan dan menghasilkan materi akan dikomersialkan. Tidak peduli apakah itu merusak atau tidak, halal atau haram.
Kesulitan mendapatkan air bersih tidak hanya terjadi di pedesaan, atau desa tertinggal tetapi juga di wilayah perkotaan. Tahun 2035 diperkirakan ketersediaan air per kapita per tahun di Indonesia hanya tersisa 181.498 meter kubik. Semakin besar jumlah penduduk akan membuat semakin sulit pula mendapatkan air bersih. Pemenuhan air bersih melalui perpipaaan saat ini baru tersedia 22%. Sayangnya, belum terlihat upaya serius dari pemerintah untuk mengatasi ini. Solusi instan berupa memberikan bantuan air bersih pada daerah yang mengalami kesulitan air. Jumlah dan kapasitasnya pun masih terbatas karena anggaran serta fasilitas yang tidak memadai.
Proyek pembangunan waduk dan bendungan dan semisalnya yang diharapkan mampu menampung air saat musim hujan pun belum maksimal. Padahal Indonesia adalah negara terkaya ke-5 dalam ketersediaan air tawar, namun sayang yang baru dimanfaatkan hanya sekitar satu per tiganya.
Potensi ini justru dimanfaatkan oleh pemilik modal dengan menjadi air sebagai komoditas ekonomi. Berbagai sumber mata air diserahkan pada swasta untuk dikomersialkan. Pemilik modal memanfaatkan sumber air ini dengan cara membuat bisnis air mineral dalam kemasan berbagai ukuran. Mereka mengebor sumber-sumber mata air secara massif. Akibatnya akses masyarakat untuk mendapatkan air terhambat karena kedalaman sumur mereka kalah dengan perusahaan air. Perusahaan swasta menggunakan mesin-mesin canggih dan berdaya besar sehingga mampu menghasilkan air dalam jumlah besar setiap detiknya. Imbasnya sumur-sumur warga menjadi kering dan rakyat harus membayar untuk bisa mendapatkan air dengan cara membeli. Bisa dibayangkan berapa besarnya nilai bisnis air ini. Apalagi hampir semua aktivitas kehidupan membutuhkan air. Maka wajar, perusahaan-perusahaan air semakin banyak karena ini adalah bisnis yang tidak akan pernah mati dan menggiurkan.
Pengaturan Islam Tentang Air
Air dalam Islam termasuk pada kepemilikan umum. Semua orang memiliki hak untuk memanfaatkan dan dilarang dikuasai individu atau kelompok apalagi dikomersialkan. Negaralah yang berhak dan bertanggungjawab untuk mengelolanya serta menyalurkan hasilnya untuk kemaslahatan masyarakat. Negara akan menyediakan sarana dan prasarana agar setiap masyarakat mendapatkan akses air bersih. Membuat sumur umum atau mengalirkan air lewat pipa ke masyarakat.
Islam akan melakukan tindakan preventif untuk menghadapi musim kemarau dengan membuat waduk, bendungan dan semisalnya. Para ahli dan ilmuwan didorong untuk menemukan dan membuat strategi jangka pendek dan jangka panjang dalam pengelolaan air. Sarana dan prasarana penunjang akan dibangun serta memanfaatkan perkembangan teknologi. Negara akan memastikan setiap warganya terpenuhi kebutuhan pokoknya salah satunya ketersediaan air bersih untuk minum, MCK bahkan untuk pertanian seperti irigasi.
Pada masa Rasulullah saw. ada sebuah kisah dimana masyarakat kesulitan mendapatkan air karena sumur mereka mengering. Sementara ada sebuah sumur yang dimiliki oleh seorang Yahudi airnya cukup banyak. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa membeli sumur orang Yahudi, kemudian timba miliknya ia campur dengan timba orang-orang Muslim (disedekahkan) maka ia akan mendapat balasan sumur yang lebih baik di surga."
Seketika Utsman bin Affan menemui orang Yahudi untuk membeli sumur tersebut. Namun orang Yahudi tidak mau menjualnya karena mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan air sumur tersebut. Akhirnya Utsman menggunakan strategi dengan cara membeli separuh sumur tersebut, dengan cara bergantian memanfaatkan airnya. Orang Yahudi tertarik dan menjualnya dengan harga 12.000 dirham. Kemudian Utsman menyuruh masyarakat mengambil air sesuai kebutuhan serta melebihkan stok air untuk hari berikutnya. Akibatnya pada hari berikutnya sumur orang Yahudi tidak laku karna masyarakat masih memiliki persediaan air yang cukup. Merasa rugi akhirnya orang Yahudi menjual seutuhnya sumur tersebut dengan harga 8.000 dirham. Hingga kini sumur tersebut (sumur Raumah) masih ada dan terjaga dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir bagi Utsman.
Negara Islam juga akan memastikan tidak terjadi kasus karhutla berulang. Oknum pelaku akan dijatuhi sanksi tegas dan memberikan efek jera. Hutan yang telah rusak akan diperbaiki dengan cara ditanami kembali dan dikembalikan kepada fungsi awalnya.
Dengan mekanisme diatas insyaallah masyarakat dalam sistem Islam tidak akan mengalami kesulitan air bersih sekalipun di musim kemarau.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar