Menikahi Anak Haram

 

🖤 Admin MKM 


"Riko, memang benar pernikahan kalian akan membuat hubungan kalian menjadi sah dan halal. Namun yang perlu Om luruskan di sini adalah masalah perwalian Anggita. Seorang anak yang lahir dari hubungan yang tidak sah di mata agama, maka nasabnya bukan pada ayahnya, melainkan ibunya. Walinya juga bukan pada ayah kandung walaupun benar ia adalah anak biologis mereka ...."


CERPEN 


Oleh Zaesa Salsabilla

Pegiat Literasi Serdang Bedagai 


MKM, CERPEN_Dag ... Dig ... Dug .... Jantung Anggita berdebar menyaksikan Riko lelaki yang sedang menjabat tangan ayahnya saat mengucap ijab qobul.

"Saya nikah dan saya kawinkan anak kandung saya Anggita Saputri binti Suherman, maharnya cincin emas 5 gram dibayar tunai!"

Riko segera mengucap kalimat ijab qobul dengan sempurna.

"Alhamdulillah, sah ...." Terucap syukur dari seluruh keluarga yang menyaksikan. 

"Tunggu dulu!"

Terdengar suara dari pintu masuk. Ternyata itu adalah suara dari paman Anggita. Dia adalah saudara lelaki satu-satunya dari keluarga ibunya. kemudian Arman mengajak ayah dan ibu Anggita untuk berbicara.

"Maaf, Mbak, Mas, bukannya Arman mau lancang. Tapi bukankah kita semua tahu bahwa Mas Herman bukan wali Anggita?" tanya Arman.

"Iya, tapi bagaimana lagi, kami gak mau buat keributan," jelas ayah Anggita.

"Tapi Mas, bukankah sebelumnya saya sudah mengingatkan agar membicarakan hal ini terlebih dahulu pada pihak keluarga Riko?"

Ayah dan ibu Anggita terlihat gelisah, mereka takut jika keluarga Riko tahu kebenarannya mereka tidak mau menerima Anggita.

"Mbak, kita semua tahu bahwa masa lalu itu adalah hal yang memalukan. Tapi bukankah semua manusia pasti pernah melakukan salah dan khilaf. Tapi yang paling penting jangan sampai karena malu, kita justru menjerumuskan Anggita dan Riko untuk mengulangi kesalahan yang sama. Dan mereka nantinya tidak tahu bahwa mereka ternyata sedang berzina," papar Arman.

Melihat orang tua Anggita berbicara sangat serius akhirnya memancing Riko untuk menghampiri mereka.

"Ada apa Om, Tante?" tanya Riko.

Ayah dan ibu Anggita terkejut melihat Riko mendatangi mereka. Namun mereka bingung harus menjawab apa, hati mereka dipenuhi rasa khawatir bahwa pernikahan anaknya akan hancur karena kesalahan di masa lalu.

"Om Arman ada apa? Kenapa om menghentikan pernikahan kami yang hampir saja selesai?" Riko bertanya kebingungan.

"Riko, Om boleh bicara sebentar denganmu?"

"Ya, tentu saja boleh Om, tapi bagaimana itu penghulu, keluarga, dan para undangan pasti bertanya-tanya mengapa pernikahan ini dihentikan?"

"Biar Om dan Tante yang bicara kepada mereka, ini semua memang salah kami! Kamu pergilah dengan Om Arman ya," bisik Ayah Anggita.

Meskipun dengan kebingungan Riko setuju dan mengikuti Om Arman untuk berbicara ke area yang lebih jauh. Sementara orang tua Anggita mencoba menjelaskan keadaan kepada Penghulu dan para undangan.

"Riko, apakah kamu benar-benar mencintai Anggita keponakan Paman?"

"Tentu Om, jika tidak mana mungkin saat ini Riko dan keluarga ada di majelis ini...."

"Apakah kamu benar-benar siap menerima Anggita dan keluarga beserta masa lalu mereka?"

"Iya Om, sudah pasti itu. Riko sudah lama menjalin hubungan dengan Gita, dan Riko sudah siap lahir batin menerimanya menjadi pendamping hidup."

Om Arman tersenyum, ia belum sepenuhnya yakin bila Riko akan siap menerima kenyataan yang akan disampaikan olehnya.

"Sebenarnya ada apa Om, bicara terus terang, jangan buat Riko berpikir yang lain. Apa Om tidak setuju dengan pernikahan kami? Atau Anggita sudah punya calon yang lebih baik dari Riko!" 

"Riko, Om tahu kamu dan keluarga berasal dari keluarga yang baik-baik lagi terhormat. Mungkin justru keluarga kami yang tidak layak. Tapi Om harus menyampaikan ini walaupun pahit dan mungkin sulit untuk diterima oleh Riko dan keluarga,"

"Maksudnya Om?"

Dengan menarik napas dalam Arman mencoba untuk menjelaskan semua.

"Di masa lalu kita pasti pernah berbuat salah, dan itu juga yang terjadi kepada orang tua Anggita."

Riko mendengarkan dengan sangat serius dan perasaan yang tak menentu.

"Kehadiran Anggita di rahim Mbak Yuni, ibunya Anggita terjadi sebelum adanya ikatan pernikahan di antara mereka," ujar Arman.

"Apaaaa!" Tiba-tiba ayah Riko sudah ada di dekat mereka, tanpa mereka sadari.

"Maksud kamu Anggita itu anak haram dari Kakakmu, Arman?" cecar Gunawan, ayah Riko.

"Praaak ...." Terdengar suara vas bunga yang pecah karena tersenggol Anggita yang mencoba pergi. Ternyata Anggita sejak tadi menguping pembicaraan paman dan calon suaminya itu.

Hatinya sakit mengetahui ternyata ia adalah hasil dari perbuatan haram orang tuanya, dan menjadi hancur berantakan karena melihat ekspresi Riko dan ayahnya. Anggita tak sanggup bila terus mendengarkan. Keluarga Riko pasti akan membatalkan pernikahan mereka.

"Anggita!" teriak Riko terkejut dan berusaha untuk mengejar, namun dihentikan oleh ayahnya.

Anggita berlari terus tanpa arah yang pasti. Hingga sampailah ia di sebuah musala kecil yang berada di gang sempit. Gaun putih yang indah kini penuh dengan lumpur karena Anggita pergi tidak menggunakan alas kaki. Sementara jalanan sedang becek karena baru turun hujan. Wajah cantiknya pun dibanjiri dengan air mata yang tiada henti. 

"Assalamualaikum, ada apa, Dik? Sepertinya kamu sedang ada masalah. Kalau mau Adik bisa cerita ke saya, jika mungkin bisa saya bantu, atau setidaknya dengan berbagi kepada orang lain bisa sedikit mengurangi beban di hati Adik!" ucap seorang ustazah muda. 

"Seharusnya hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan buat saya Ustazah, tapi karena masa lalu orang tua, justru sekarang saya yang harus menderita dan menjadi korban. Pernikahan saya dibatalkan karena keluarga mempelai pria tidak mau memiliki menantu seorang anak haram!" Anggita mengeluarkan emosinya

"Astaghfirullah, tidak ada istilah anak haram, Dik. Yang ada hanya perbuatannya yang haram. Semua adalah masa lalu bukan? Semua orang pasti pernah berbuat salah, tapi yang paling penting adalah pertaubatan dan berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama," jelas ustazah.

"Tapi percuma, sekarang tidak akan ada yang mau menerima Gita menjadi bagian dari keluarga mereka," Anggita pesimis.

"Percayalah, rencana Allah pasti baik untuk setiap hambanya. Jika calon suami Gita tidak mau menerima, itu artinya dia bukan yang terbaik. Pasti Allah sudah menyiapkan lelaki terbaik untuk menjadi imam dan mendampingi hidup Gita." 

Anggita hanya diam, dalam hatinya seolah bergejolak "Mungkinkah?"

Setelah Anggita lebih tenang ustazah muda tersebut menawarkan untuk istirahat di rumahnya dan mengganti pakaiannya yang kotor. 

Sementara orang tua Anggita mencoba memberi pengertian kepada Riko dan orang tuanya.

"Maaf, ini semua memang salah kami karena tidak memberi tahu sejak awal. Jika Pak Gunawan dan Istri tidak mau menerima Gita, tidak mengapa. Tapi tolong jangan bilang Gita anak haram, karena bagaimanapun anak kami tidak bersalah. Itu hanyalah kesalahan kami di masa lalu," jelas ayah Gita.

"Iya, itu benar. Dan tidak ada yang namanya anak haram, semua bayi terlahir fitrah, bersih, dan suci. Kesalahan Mas Herman dan Mbak Yuni biarlah jadi pelajaran buat kita di masa sekarang. Itulah sebabnya kenapa saya tadi menghentikan pernikahan meraka, saya tidak ingin keponakan saya Anggita dan Riko melakukan kesalahan yang sama," papar Arman.

"Beda donk Om ... Riko dan Anggita jelas-jelas akan menikah barusan. Pernikahan yang sah dan halal bila akhirnya nanti kami punya anak juga sah, 'kan!"

"Riko, memang benar pernikahan kalian akan membuat hubungan kalian menjadi sah dan halal. Namun yang perlu Om luruskan di sini adalah masalah perwalian Anggita. Seorang anak yang lahir dari hubungan yang tidak sah di mata agama, maka nasabnya bukan pada ayahnya, melainkan ibunya. Walinya juga bukan pada ayah kandung walaupun benar ia adalah anak biologis mereka. Jadi Anggita tidak bisa disebut binti Suherman, melainkan binti Yuni Ayunda ibunya, jika Mas Herman yang menjadi wali nikah Anggita maka pernikahan kalian tidak sah. Artinya kalian akan berstatus zina jika sampai hidup bersama apalagi sampai punya anak, itulah yang disebut zina turunan!" jelas Arman.

"Nauzubillah ...." Ibu Riko refleks menutupkan telapak tangan pada bibirnya.

"Dan hal seperti ini faktanya yang terjadi di luar sana, daripada mereka malu mengakui perbuatannya di masa lalu, mereka menutup kebenaran dan membiarkan anak mereka berzina tanpa mereka sadari," sambung Arman.

"Alhamdulillah, Allah masih menjaga kita semua agar tidak berbuat dosa. Arman, Ibu sangat berterima kasih untuk ini semua. Dan yang paling penting Anggita tidak berdosa, dia anak baik dan calon istri yang baik. Ibu sama sekali tidak keberatan, tapi semua kembali pada Riko, iya kan, Mas?" ucap ibu Riko mengarah pada suaminya.

Ayah Riko mengangguk sependapat, keluarga Anggita pun lega. Mereka pasrah dengan keputusan yang akan diambil Riko.

"Saya sangat menyayangi Gita dan saya akan tetap melanjutkan pernikahan ini," jawab Riko tegas.

Penghulu dan para undangan sudah bubar sejak Anggita berlari meninggalkan majelis akad. Riko kemudian pergi mencari calon istrinya yang pasti sedang terguncang jiwanya.

Dengan menunjukkan foto Anggita, Riko terus mencari hingga langkah kakinya sampai di depan rumah ustazah muda yang menolong Anggita.

"Permisi Ustazah, apakah pernah melihat ada gadis cantik yang lewat sini?" tanya Riko sambil menyodorkan sebuah foto di ponselnya.

"Kamu siapanya gadis ini?"

"Saya calon suaminya, Ustazah."

"Mari silahkan duduk, tunggu sebentar saya bangunkan Anggita."

Riko sangat lega mengetahui Anggita ada di rumah ustazah muda tersebut.

"Anggita, bangun! Calon suamimu sudah datang menjemput." 

"Benarkah Ustazah?" Anggita masih tidak percaya, namun rona wajahnya terlihat sangat bahagia. Ia lalu keluar menemui calon suaminya itu.

Riko menjelaskan semuanya pada Anggita, kemudian segera memberi kabar pada keluarga mereka bahwa Anggita sudah ketemu. Riko juga menyampaikan dalam teleponnya tersebut agar keluarga menyiapkan segalanya. Anggita mengajak Ustazah Mutia untuk ikut menyaksikan pernikahan mereka yang akan dilakukan kembali ba'da isya secara sederhana di rumah keluarga Anggita.

Akad nikah pun dilaksanakan dan Armanlah yang menjadi wali Anggita. Alhamdulillah akhirnya Anggita dan Riko telah menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama dan negara. Semua bersyukur dan merasa bahagia. 

Selesai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan