Perceraian Meningkat, Gawat atau Hebat?
![]() |
๐ Admin MKM |
Selain permasalahan individu pasangan suami istri, negara juga mengambil peran akan rapuhnya rumah tangga. Permasalahan ekonomi kerap menjadi pemicunya. Negara dalam sistem sekuler kapitalisme hanya bertugas sebagai regulator. Tanpa diikuti dengan penyediaan kebutuhan dasar semua masyarakat.
OPINI
Oleh Irma Hidayati, S.Pd.
(Pegiat dakwah dan member AMK)
MKM, Opini_Probolinggo, mengukir sejarah dengan angka perceraian terus meningkat. Tahun ini, sejak Januari sampai bulan Juni 2023 istri yang menggugat cerai suami ke Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Probolinggo sudah mencapai 1.148 orang. Beragam alasan perkara cerai, diantaranya suami sering mabuk, poligami, dan kemiskinan. Faktor ekonomi dan perselingkuhan diklaim sebagai penyebab tingginya angka perceraian.
Humas PA Kraksaan Probolinggo Musaddat Humaidi menjelaskan bahwa kasus cerai talak dari suami relatif sedikit dibandingkan perkara cerai gugat oleh istri. Peningkatannya tajam jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Padahal baru enam bulan, belum jumlah hingga akhir tahun, imbuhnya.(detikJatim, 6/7/2023)
Peningkatan Kasus Cerai Gugat
Melihat laporan statistik Indonesia pada 2022, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus. Pada tahun sebelumnya mencapai 447.743 kasus. Terjadi peningkatan sebesar 15%. Kasus perceraian cerai gugat pada 2022 sebanyak 338.358 kasus atau 75,21% dari total kasus perceraian. Sisanya (127.986 kasus atau 24,79% kasus) merupakan cerai talak.
Fenomena ini tidak lepas dari pengaruh sistem yang berlaku di negeri ini. Perceraian yang muncul dalam tatanan masyarakat karena cara pandang sistem sekuler kapitalisme. Pernikahan hanya sekadar formalitas tanpa ada tujuan luhur didalamnya. Prinsip sekuler ini yang menciptakan langgeng atau tercerai berainya sebuah pernikahan.
Akar Masalah
Rapuhnya biduk rumah tangga disebabkan penerapan aturan pemisahan agama dari kehidupan. Cara pandang sistem sekuler kapitalis telah memengaruhi pemikiran suami istri. Makna kebahagian bagi mereka adalah standar materi yang melimpah.
Belum lagi prinsip feminisme yang digaungkan selama ini semakin memperparah situasi rumah tangga seseorang. Wanita adalah kaum tertindas sehingga harus bertransformasi menjadi wanita mandiri. Cara pandang ini seakan-akan solusi bagi sebagian perempuan. Melalui pemberdayaan perempuan mampu mengangkat harkat dan derajatnya.
Selain permasalahan individu pasangan suami istri, negara juga mengambil peran akan rapuhnya rumah tangga. Permasalahan ekonomi kerap menjadi pemicunya. Negara dalam sistem sekuler kapitalisme hanya bertugas sebagai regulator. Tanpa diikuti dengan penyediaan kebutuhan dasar semua masyarakat.
Penerapan ekonomi kapitalisme menjadi penyebab jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Muncul kesenjangan ekstrem ditengah masyarakat. Akhirnya, kaum perempuan terpaksa keluar rumah untuk bekerja. Padahal dunia luar bagi wanita sangatlah rawan pelecehan dan diskriminasi. Sehingga mental perempuan terganggu antara keinginan bekerja dan ketakutan akan pelecehan dirinya.
Namun godaan gaya hidup hedonis telah mengalahkan ketakutannya. Akhirnya, perempuan mengalami gangguan psikis dan berkontribusi terhadap ketidakharmonisan rumah tangganya. Tak sedikit komunikasi antar pasangan tidak terjalin baik. Bahkan lebih nyaman curhat dengan orang lain. Muncullah benih-benih rumput tetangga lebih hijau dan perselingkuhan tak terelakkan.
Terlebih pergaulan bebas saat ini semakin merajalela. Banyak tersedia lokalisasi yang dilegalkan. Ketika suami tidak lagi mengalami kebahagiaan dengan pasangannya maka mereka menyalurkan hasratnya kepada wanita lain. Ini semua dikarenakan bekal ilmu ketika menjejakkan dalam pernikahan tidak ada.
Ketika di rumah banyak masalah, KDRT melanda, sehingga menjadi alasan untuk melaporkan suami dan menggugatnya. Dengungan kesetaraan gender dari kaum feminis bak penyelamat. Mereka mengajak para perempuan untuk mandiri tidak bergantung pada laki-laki. Slogan menjadi wanita mandiri menyolusi kegalauan mereka. Melalui pemberdayaan perempuan telah menjadi dewi fortuna bagi mereka. Lebih senang hidup sendiri menjadi single parent daripada membina hubungan pernikahan.
Islam Solusinya
Pernikahan dalam Islam adalah sebuah ikatan yang kuat. Misi pernikahannya adalah menggapai rida Allah. Suami istri wajib menjalani kehidupan bersama sesuai dengan tuntunan Islam. Seorang laki-laki (suami) diposisikan sebagai qawwam oleh Allah Swt. Ia juga berperan sebagai pelindung istri dan keluarganya, seperti dalam firman Allah,
“Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita.” (QS. An-Nisaa’: 34)
Interaksi suami istri layaknya persahabatan bukan atasan dan bawahan sebuah perusahaan. Sehingga suami wajib memperlakukan istrinya dengan makruf yaitu lemah lembut. Istri wajib taat suami dalam hal yang tidak melanggar hukum Allah. Melayaninya dengan makruf tanpa berharap imbalan.
Pantaslah jika istri merasa dicintai, dirindukan, dimuliakan. Begitu juga suami merasa tentram, nyaman karena istrinya patuh taat kepadanya. Tentunya semua itu dilandasi oleh iman dan takwa. Memahami ilmu pernikahan, kewajiban dan hak suami istri.
Dalam tatanan negara, Islam mengatur pemerintah sebagai pengayom dan pelayan rakyat. Mulai dari memenuhi kebutuhan dasar semua rakyat dengan adil dan seimbang. Menyediakan lapangan pekerjaan yang luas. Sampai memastikan para suami mudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Serta mampu memberi nafkah keluarganya dengan baik. Selain itu negara wajib menyediakan kebutuhan publik, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Masyarakat tidak lagi pusing memikirkan biaya karena pemerintah telah menjaminnya.
Berbeda dengan kondisi disistem sekuler kapitalis saat ini. Para suami dibebani dengan biaya kebutuhan dasar sampai pendidikan, kesehatan. Pendapatan tidak seberapa dibandingkan dengan kebutuhan yang terus naik.
Khatimah
Sungguh Islam adalah solusi terbaik bagi karut marutnya kehidupan saat ini. Allah telah menggariskan hukum yang bersumber dari Al-Qur'an sebagai petunjuk agar selamat dunia akhirat. Rasulullah saw. sebagai tauladan juga telah mengajarkan kepada kita sebagai kepala rumah tangga sekaligus pemimpin negara. Sudah selayaknya kita meninggalkan sistem yang rusak dan pindah pada sistem Islam yang mensejahterakan rakyat seluruhnya.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar