Perundungan Marak Terjadi, Remaja Kehilangan Identitas
![]() |
🖤 Admin MKM |
Selain itu, banyak masyarakat yang bersikap abai dan tidak peduli dengan maraknya perilaku perundungan remaja. Banyak masyarakat merasa tidak terlibat sepenuhnya di dalam perbaikan remaja. Padahal keterlibatan masyarakat dalam menasehati kepada kebaikan dan mencegah keburukan amatlah penting. Penolakan keras yang ditampakkan masyarakat akan mampu memberikan ketakutan bagi remaja untuk melakukan perilaku tersebut, bahkan mereka akan takut apabila ada masyarakat yang mengetahui tindakan mereka. Sehingga kondisi ini akan memberikan pengaruh dalam mencegah perundungan di tengah-tengah remaja.
OPINI
Oleh Susci
Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut, Sulteng
MKM, OPINI_Kasus perundungan terhadap remaja kembali terjadi, hal tersebut telah mencapai kasus tertinggi. Bukan tanpa alasan, tentu kasus perundungan merupakan sesuatu yang memiliki pemicu dan bukan terjadi secara alami. Bahkan, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat selama Januari-Juli 2023 telah terjadi 16 kasus perundungan di satuan pendidikan. Empat diantaranya bahkan terjadi saat tahun ajaran sekolah 2023/2024 yang baru saja dimulai pada medio Juli 2023. (www.voaindonesia.com, 05/08/2023)
Bukan hanya kali ini saja, melainkan sudah berulang kali terjadi di kalangan remaja. Bahkan tak sedikit dari mereka harus kehilangan nyawa. Tentu maraknya perundungan yang terjadi terhadap remaja, menjadi kekhawatiran terbesar bagi negara. Bagaimana tidak, hal ini tentu memunculkan dampak tersendiri bagi perkembangan remaja Indonesia. Remaja yang secara identitas dan kapasitas memiliki potensi mencapai pada tingkat produktif dan berkualitas. Melalui tangan mereka akan lahir perubahan yang mampu memberikan energi positif bagi perkembangan sebuah negara menuju negara maju.
Namun sayangnya, potret remaja hari ini banyak menampakan kerusakan, bahkan yang tampak bukanlah kualitas, melainkan kebiasaan buruk yang merusak identitas remaja. Dampaknya, banyak remaja yang mengalami kerusakan akhlak dan mental, sehingga lebih tunduk kepada kepuasan eksistensi yang ingin dipenuhi. Hal tersebut menutupi peluang besar remaja untuk menciptakan perubahan emas di tahun yang akan datang. Lantas cara apa yang harus dilakukan agar remaja sebagai generasi penerus agar lebih baik di masa mendatang?
Melihat kerusakan remaja saat ini negara seharusnya mampu mengatasi problematika remaja yang kian hari makin meningkat dan tidak menemukan solusinya. Meningkatnya kasus perundungan di tengah-tengah remaja tentu dipicu berbagai alasan.
Banyaknya kasus perundungan dampak dari problem individu, karena remaja saat ini jauh dari agama. Kapitalisme sekularisme yang memisahkan antara agama dengan kehidupan, berhasil menciptakan individu remaja yang jauh dari nilai-nilai dan norma-norma agama. Bahkan kapitalisme sekularisme tidak membentuk akidah individu remaja dengan benar. Wajar saja jika individu remaja lahir menjadi individu yang tidak takut dengan perilaku-perilaku buruk yang mendapatkan ancaman dari syariat agama. Sebab, mereka telah mendapatkan pemahaman bahwasanya kehidupan tidak ada campur tangan agama.
Kerusakan individu remaja melalui akidah dan hilangnya ketaatan kepada syariat. Hal ini terjadi akibat sistem pendidikan kapitalis sekularisme yang jauh dari pembentukan akidah bagi para remaja. Kurikulum pendidikan yang diterapkan hanya membentuk remaja yang mampu bersaing di kancah industri dan terlibat dalam perbaikan ekonomi negara. Sehingga, banyak pendidikan yang menuntut para pelajar untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat, mahir, dan berkualitas. Sedangkan di sisi lain, melupakan pentingnya pembentukan pemikiran dan perilaku yang baik berdasarkan ketentuan akidah dan syariat, sehingga berdampak pada perilaku remaja yang tampak di kehidupan sehari-hari, bahkan tak sedikit dari remaja yang menghalalkan segala cara untuk mampu terlibat di dalam kancah industri sekalipun menggunakan cara yang salah. Selain itu, pendidikan kapitalis sekularisme menjadikan remaja memiliki perilaku keras dan tidak saling mengasihi satu sama lain, mereka dibentuk menjadi remaja yang berlomba-lomba menampakan kekuatan dan kehebatan di ruang publik, tak lagi mempertimbangkan benar dan salah, yang ada hanyalah bagaimana kebutuhan dan ekstensi diri dapat terpenuhi.
Selain itu, banyak masyarakat yang bersikap abai dan tidak peduli dengan maraknya perilaku perundungan remaja yang kian marak terjadi, banyak masyarakat merasa tidak terlibat sepenuhnya di dalam perbaikan remaja. Padahal keterlibatan masyarakat dalam menasehati kepada kebaikan dan mencegah keburukan amatlah penting. Penolakan keras yang ditampakkan masyarakat akan mampu memberikan ketakutan bagi remaja untuk melakukan perilaku tersebut, bahkan mereka akan takut apabila ada masyarakat yang mengetahui tindakan mereka, sehingga kondisi ini akan memberikan pengaruh dalam mencegah perundungan di tengah-tengah remaja.
Mirisnya saat ini , konsumsi media yang salah mampu memengaruhi pola pikir dan pola sikap remaja hari ini. Tontonan akan memberi rangsangan bagi remaja untuk mencoba apa yang dilihatnya. Kekerasan, kekacauan, dan pembunuhan nampak biasa di media. Sayangnya, negara tidak mampu menekan peredaran media yang berkonten negatif, bahkan aksi kekerasan, penindasan nampak meluas di dunia maya. Parahnya, liberalisasi kehidupan menjadi instrumen tambahan bagi remaja dalam mengonsumsi media apa saja dan berperilaku seperti apa, tanpa batas yang jelas.
Mirisnya, hukum bagi pelaku kekerasan senantiasa dibatasi pada pertimbangan usia. Sehingga, aksi perundungan yang banyak dilakukan oleh remaja mendapati keringanan. Sekalipun kasus yang dilakukan telah mencapai pada aksi merenggut nyawa. Hukum tidak memberikan efek jera bagi pelaku, para remaja tidak takut lagi dalam perilaku tersebut. Akibatnya, perundungan menjadi kasus yang kian berulang. Padahal rasa takut menjadi alasan paling kuat seseorang untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Jika hukum saja sudah tak mampu memunculkan ketakutan, lantas dimana harapan rakyat dalam melindungi diri dari kejahatan maupun kekerasan?
Harapan terakhir adalah kembali kepada sistem Islam bukan sistem Islam kapitalisme yang rusak. Sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan. Maka sudah seharusnya bangsa dan umat Islam mencampakkan aturan sekularisme baik secara individu maupun negara bukan justru memujanya.
Tidak ada lagi harapan kepada negara dalam menyelesaikan permasalahan perilaku remaja yang kian rusak, sebab yang menciptakan kerusakan remaja adalah kapitalisme sekularisme, sistem yang telah menjauhkan agama dari kehidupan, agama hanya dibatasi di dalam ranah ibadah semata, sedangkan untuk urusan kehidupan dijalankan berdasarkan akal manusia.
Islam Solusi Mengatasi Perundungan Remaja
Berbeda halnya dalam Islam, sistem Islam akan melindungi remaja dari perilaku yang buruk, khususnya perundingan. Islam akan menciptakan sikap kedamaian, ketenangan, dan berkasih sayang antar sesama, Islam pula akan memberikan pemahaman dalam proses pengontrolan eksistensi diri, agar tidak kebablasan hingga menyakiti dan merugikan orang lain.
Dalam hal ini langkah yang dilakukan Islam adalah memperbaiki akidah individu remaja melalui sistem pendidikan sahih yang berasaskan akidah Islam. Setiap individu akan mendapatkan pemahaman akidah dan syariat secara menyeluruh. Kurikulum seperti ini akan menciptakan pemikiran dan perilaku yang baik bagi remaja. Remaja akan dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap agama. Segala perilaku yang dilarang dalam agama akan dijauhkan. Mereka akan senantiasa dihiasi ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga, memuncak rasa takut apabila melakukan tidakan kejahatan terhadap sesama.
Selain itu, masyarakat yang dibentuk dalam Islam adalah masyarakat yang dipenuhi ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Mereka akan senantiasa melakukan perbaikan dan mencegah keburukan. Tindakan perundungan yang marak dilakukan remaja akan membawa pengaruh pada kehidupan masyarakat, rasa ingin memperbaiki sesama akan muncul, kepedulian untuk menasehati kerap bermunculan. Bahkan tak sedikit dari masyarakat menampakan penolakan keras terhadap perilaku tersebut, penolakan tersebut diberikan dengan tegas kepada pelaku kekerasan. Dengan begitu tak ada lagi remaja yang berani melakukan perundungan mengingat dampak dari penolakan masyarakat yang cukup menggoyahkan keberanian.
Keluarga menjadi instrumen penting dalam pembentukan kepribadian anak. Keberadaan keluarga menjadi pedoman paling berpengaruh untuk membentuk anak berakhlak mulia. Dari keluarga yang baik pula akan melahirkan anak-anak yang terdidik dan memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama, mereka tidak akan mudah saling meyakiti satu sama lain.
Keberadaan media sosial yang kerap menguasai generasi di era 4.0, menjadikan setengah bahkan lebih dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain internet. Rasa ingin tahu terhadap dunia maya menjadikan mereka intens dalam mengonsumsi media sosial. Sehinggga, meningkatnya penggunaan teknologi bagi remaja, menghantarkan pergerakan Islam dalam mengatasi kecanduan teknologi dan membatasi peredaran media sosial. Islam hanya akan membolehkan penyebaran media sosial berupa pendidikan, edukasi, dan dakwah. Keterbatasan media akan membantu remaja untuk tidak dapat mengakses segala perilaku berbahaya yang dilakukan dunia luar, khususnya barat.
Islam sangat membantu dalam menciptakan efek jera dan menggugurkan dosa. Dalam hal pencegahan, Islam akan memperbaiki kondis individu, keluarga, dan masyarakat. Apabila upaya tersebut telah dilakukan, namun masih tetap ada yang melakukan perundungan, maka Islam akan memberikan sanksi berdasar jenis perbuatan dan jenis kerugian. Apabila sudah menyebabkan pada tahap kematian, maka pelaku akan dikenakan hukum qisas, yaitu dibunuh hingga mati. Apabila pihak korban telah memafkan, pelaku akan tetap membayarkan diyat berat adalah 100 ekor unta dan 40 darinya unta yang sedang bunting. Hukum ini berlaku bagi remaja yang sudah akil balig tanpa membedakan usia. Sehingga, rasa takut akan menjadikan mereka tidak berani melakukan perudungan terhadap temannya.
Alhasil, sudah saatnya umat berkiprah kepada sistem Islam dan menjauhkan kapitalisme sekularisme didalam tubuh umat. Umat harus menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan hukum, selain hukum yang berasal dari Allah Swt. Sehingga, permasalahan perundungan bagi remaja dapat diselesaikan melalui kacamata Islam bukan lainnya. Sebab, manusia tidak punya kekuatan untuk mengatur dan menghukumi manusia yang lain.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar