Remaja dalam Cengkeraman Kapitalisme liberal
Rasulullah saw. bersabda,
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya diangkat maka yang lain pun akan terangkat.” (HR. Al-Hakim)
OPINI
Oleh Luluk Kiftiyah
Muslimah Preneur
MKM, OPINI_Hadis tersebut jelas disampaikan oleh Rasulullah saw., bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlak Islam. Khususnya bagi perempuan, rasa malu ialah mahkota kemuliaan baginya.
Namun fakta hari ini, banyak remaja yang terbawa arus kapitalisme liberal. Hal ini berakibat marak konten yang melanggar syariat. Sebagaimana selebgram Oklin Fia (OF) beberapa waktu lalu yang viral, karena konten jilat es krimnya. Dalam video tersebut, seorang laki-laki menawarkan es krim tetapi ditolak. Lalu laki-laki tersebut menawarkan es krim kembali, dengan menaruh di depan kemaluannya dan Oklin Fia langsung jongkok serta menjilatnya.
Dari konten yang tidak senonoh itu, menuai kontroversi dan hujatan para netizen. Baik di instagram, TikTok, dan Twitternya. Sebab antara konten dan atribut yang dia kenakan tidaklah sesuai. Mengingat dia seorang muslimah, yang seharusnya memperhatikan nilai agama dalam membuat konten.
Sehingga masalah ini berbuntut panjang, dan dilaporkan oleh Gurun Arisastra selaku Ketua Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslim Indonesia (SEMMI), ke Polres Jakarta Pusat. Dengan laporan dalam delik penistaan dan penodaan agama. (liputan6.com, 18/08/2022)
Miris, demi popularitas tak sedikit remaja hari ini membuat konten yang melanggar syariat. Bahkan di luar sana, masih banyak Oklin-oklin lain, yang belum terekspos. Inilah dampak diterapkannya sistem kapitalisme liberal, yang asasnya sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan).
Di mana para remaja kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Hal itu disebabkan minimnya pemahaman agama yang diberikan, baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Tentu ini semua tak lepas dari diterapkannya sistem pendidikan kapitalisme sekuler. Sehingga menghasilkan generasi yang miskin akhlak dan akidah.
Tak heran, jika perilakunya serba bebas, karena sudah hilang rasa malunya. Atas nama kebebasan berekpresi, menganggap konten semacam ini sah-sah saja dilakukan. Apalagi lagi hukum yang diberikan pada pelaku tidak menimbulkan efek jera. Alhasil, kasus serupa terus saja berulang.
Inilah konsekuensi diterapkan sistem kapitalisme liberal. Baik dari pendidikan maupun budaya hidupnya yang berkiblat pada Barat. Maka benar saja, jika perilaku remaja hari ini semakin liberal. Ditambah, tidak hadirnya peran negara di tengah-tengah umat, menjadikan umat semakin jauh dari akidah Islam.
Begitulah watak asli dari sistem kapitalisme liberal, yang segala sesuatunya dinilai dengan materi. Tolok ukurnya bukan halal dan haram. Selama perbuatan tersebut dianggap menguntungkan atau menghasilkan manfaat materi, maka akan tetap dilakukan. Sehingga tidak heran, ketika ada yang melecehkan atau menodai agama Islam, negara tidak hadir memberikan sanksi pada pelaku. Melainkan rakyat sendiri yang bertindak secara individu.
Akan sangat berbeda ketika sistem Islam kafah (Khilafah) yang diterapkan. Dengan tegas negara akan bertindak dan menghukum pelaku dengan hukuman yang setimpal. Sehingga akan memberikan efek jera pada pelaku. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir adanya kasus serupa.
Selain itu, negara akan meriayah rakyatnya agar memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam), dengan akidah yang kokoh. Sehingga mereka senantiasa memiliki rasa malu, sebagai bentuk keimanan dalam dada. Ketika akidah yang kuat dan benar sudah terbentuk, maka dengan sendirinya mereka akan menjadi pribadi yang bertakwa. Dari sini, tidak akan lagi ada kasus seperti Oklin, yang hilang rasa malunya dengan membuat konten yang tidak senonoh.
Namun itu semua akan terwujud, apabila negara menerapkan sistem Islam kafah (Khilafah). Sebab hanya dengan Khilafah, akidah umat terjaga. Hal ini dikarenakan adanya sinergi antara keluarga, masyarakat dan negara, dalam mencetak generasi yang memiliki syakhsiyah islamiyah. Dengan begitu, standar kehidupan mereka adalah surga. Bukan sekedar materi sesaat. Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar