Waspada! Ada Apa di Balik Patungisasi Bung Karno?
![]() |
🖤Admin MKM |
OPINI
Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Ideologis Bela Islam Akademi Menulis Kreatif
MKM, OPINI_Seiring dengan adanya program patungisasi salah satu partai politik, tampaknya patung Soekarno makin menggila dan berada di mana-mana. Banyaknya patung tokoh proklamator Bung Karno tentunya membuat resah, karena patung bukan budaya masyarakat Islam. Muncul pertanyaan, jika untuk menghormati proklamator mengapa Bung Hatta tidak ikut disertakan? Ada motif apa di balik patungisasi Bung Karno?
Pada awal Juli 2023, di Taman Saparua Bandung ada peletakan batu pertama pembangunan patung Soekarno setinggi 22,3 meter, dengan dana Rp14,5 miliar. Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, sekaligus selaku penasehat pembangunan patung Bung Karno. Pembangunan yang ditargetkan rampung dalam 3-4 bulan ke depan, telah menuai polemik dan ditentang keras oleh ormas-ormas Islam. Sebab, banyak masalah terutama terkait keyakinan keagamaan. Menurut pemerhati kebangsaan, M. Rizal Fadhillah, proyek patungisasi dapat mengarah pada "kultus individu dan keberhalaan." (suaranasional.com, 16/8/2023)
Heboh! Polemik belum hilang kini akan dibangun lagi patung spektakuler Bung Karno setinggi 100 meter. Dengan anggaran investasi Rp10 triliun, di atas lahan 1.270 hektare, di Kawasan perkebunan Walini, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Ketua Yayasan Putra Nasional Indonesia, Patriadi menjelaskan, Patung Bung Karno akan menjadi monumen tertinggi di Indonesia, bahkan di dunia. Sekarang ini dalam tahap perizinan, rencananya akan dilengkapi dengan agrowisata, perkantoran, dan lain-lain. Sehingga Kota Walini Raya akan menjadi pusat bisnis internasional. Berharap akan menjadi ikon baru di Jawa Barat yang menghasilkan dan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi KBB. (JawaPos.com, 16/8/2023)
Sementara Ketua Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat, Asep Syaripuddin menilai, pembangunan patung Soekarno berpotensi menjadi virus akidah. Pasalnya, patung tersebut akan menjadi sarana pengkultusan atau mengagungkan seseorang secara berlebihan yang mengarah pada kemusyrikan. Oleh sebab itu kami dan API menolak pembangunan patung apa pun termasuk patung Soekarno. Sebab, Islam datang dengan visi misi ketahuidan untuk membungkam dan menghentikan segala praktik kemusyrikan.
Wajar, jika patungisasi Bung Karno menimbulkan polemik di publik, karena beberapa hal, di antaranya:
Pertama, bertentangan dengan syariat Islam. Mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim dan jumhur ulama mengharamkan pembuatan patung. Oleh sebab itu, harus ditolak karena dapat mengundang azab Allah Swt. Di samping itu, di tengah masyarakat sekuler rawan terjadi pensakralan patung Soekarno. Hal ini bisa saja terjadi, mengingat masyarakatnya masih kental dengan tradisi klenik dan mistik. Ironisnya, tidak hanya dilakukan oleh masyarakat awam, tetapi juga rezim. Contohnya di awal pembangunan IKN pada titik O, di acara balapan MotoGP di Mandalika, dan acara lainnya diwarnai klenik.
Kedua, benarkah pembuatan patung untuk menghormati sang Proklamator? Jika benar demikian, mengapa Bung Hatta tidak diikutsertakan? Patut diduga patungisasi ada muatan politik yang tujuannya untuk mengampanyekan dan menghidupkan kembali ideologi Soekarnoisme, yakni nasakom yang identik dengan paham komunis. Padahal, peristiwa G 30S/PKI meninggalkan luka dan trauma yang mendalam bagi rakyat Indonesia.
Selain itu, dosa politik Soekarno lainnya, yakni hilangnya tujuh kata sila pertama Piagam Jakarta yang berbunyi: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Akibatnya, umat Islam tidak dapat menjalankan syariatnya secara kafah (total). Mirisnya, Bung Karno lebih memilih sekularisme sebagai asas negara, mengikuti jejak Mustafa Kemal Attaturk dari Turki.
Ketiga, sebagaimana pernyataan anggota DPR Fraksi PDI-P, Andreas Hugo Pareira yang memandang ide-ide Soekarno masih relevan untuk diimplemantasikan ke dalam negara saat ini. Hal ini telah direalisasikan oleh rezim petugas partai, yakni dengan pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keduanya di bawah pimpinan Megawati Soekarnoputri.
Diinformasikan bahwa BPIP dan BRIN untuk menjaga dan merawat Pancasila, akan tetapi faktanya justru merongrong Pancasila. Pancasila akan diperas menjadi Trisila dan Eka Sila. Anehnya, tidak ada tindakan tegas dari rezim. Bahkan eks Ketua BPIP, Yudian Wahyudi pernah mengatakan bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila. Belum lagi oknum BRIN, yang mengancam akan menghabisi warga Muhammaddiyah hanya karena beda penentuan 1 Syawal. Sungguh, hal ini mencerminkan karakter komunis yang sesungguhnya.
Keempat, bukan rahasia lagi jika anak PKI berlindung di ketiak PDI-P. Banyak pengamat politik yang mengaitkan program patungisasi Soekarno di seluruh Indonesia merupakan politik pragmatis. Apalagi tahun ini adalah tahun politik, bisa jadi sebagai alat kampanye agar partai dapat meraih pemenangan melalui jualan figur Soekarno. Patut diwaspadai oleh rakyat Indonesia, bisa jadi proyek patungisasi pertanda bangkitnya kembali PKI.
Kelima, mengingat tingginya angka kemiskinan seharusnya menjadi skala prioritas program untuk mengentaskannya. Bukan sebaliknya dana sebesar itu untuk pembangunan patung yang banyak mudaratnya. Apalagi dananya dari investasi yang tidak bisa langsung dinikmati oleh rakyat. Justru malah menguntungkan para pemilik modal dan akhirnya rakyat yang jadi tumbal.
Aturan Islam Benteng Akidah
Syariat Islam melarang memberikan penghormatan yang berlebihan dalam menghargai jasa seseorang betapa pun tingginya sebuah kedudukan dan jabatannya. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian menghormatiku seperti orang-orang Nasrani menghormati Isa bin Mariyam. Namun, katakanlah, Muhammad adalah hamba dan utusan Allah."
Itulah dalil larangan menghormati seseorang secara berlebihan. Apalagi sampai diabadikan menjadi patung, jumhur ulama sepakat hukumnya adalah haram.
Menurut pakar Fiqih kontemporer KH. M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, M.Si, menjelaskan hukum membuat patung dalam Islam tidak haram secara mutlak. Sebab, ada karya patung yang halal dan ada karya patung yang haram.
Menggambar atau membuat patung dengan obyek yang tidak bernyawa seperti pohon dan gunung, hukumnya mubah (boleh). Sebagaimana sabda Rasulullah saw. "Barang siapa menggambar suatu lukisan atau patung maka Allah akan mengazabnya pada hari kiamat hingga ia dapat meniupkan ruh ke dalamnya. Padahal, dia tak akan mampu meniupkannya." (HR. Bukhari)
Jadi, yang mendapat azab adalah pembuat gambar atau patung yang bernyawa, atau ada ruhnya seperti manusia dan hewan hukumnya haram. Meskipun gambar atau patung tersebut tidak utuh, misalnya hanya sebatas dada, tidak ada perut dan kakinya. Atau sebaliknya, hanya kaki hingga dada tidak ada kepalanya, hukumnya tetap haram atau tidak boleh. (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 2/350)
Adapun alasan diharamkannya membuat gambar dan patung karena menandingi Allah dalam mencipta, menyerupai orang musyrik, dan dapat menjadi perantara pengkultusan berlebih-lebihan terhadap selain Allah. Oleh sebab itu, ketika Islam datang syariat Islam memerintahkan untuk menghancurkan berhala-berhala.
Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw. pernah masuk kota Makkah. Kala itu di sekitar kakbah terdapat 360 patung. Beliau langsung menusuk patung-patung itu dengan kayu seraya bersabda: "Telah datang kebenaran dan hancurlah kebatilan."
Dalam hadis lainnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, "Rasulullah saw. memerintahkan segala gambar tiga dimensi, yakni patung dari orang mati atau patung yang dibangun di atas kuburan agar dihancurkan, karena keduanya dapat menimbulkan kemusyrikan."
Lebih dari itu, Rasulullah memberi peringatan dan ancaman keras bagi pembuat patung, beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling besar siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah al mushawwirun (pembuat gambar/patung)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Walhasil, patungisasi Bung Karno secara syar'i adalah haram. Ibaratnya, patung Soekarno adalah virus akidah yang menyesatkan, berbahaya bagi bangsa dan negara. Untuk itu tolak patungisasi Soekarno.
Rakyat tidak butuh patung, yang dibutuhkan adalah sosok pemimpin yang taat syariat dan menerapkan syariat secara kafah. Dengan demikian dapat membentengi akidah umat dan menyejahterakan rakyatnya.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar