Maraknya Sampah Tak Teratasi, Islam Punya Solusi Pasti

 

                              🖤Admin MKM

Semakin padatnya penduduk, berpotensi menumpuk pula sampah yang dihasilkan. Sebab tempat untuk menampung berkurang. Kemudian aktivitas masyarakat pun terus meningkat, sehingga berdampak semakin banyak menghasilkan sampah. Seperti aktivitas industri, perdagangan, pembangunan, dan sebagainya.


OPINI


Oleh Ummu Raffi

Ibu Rumah Tangga


MKM_OPINI,Fenomena menggunungnya tumpukan sampah di berbagai wilayah kini semakin meningkat. Bahkan hampir di setiap sudut jalanan dipenuhi sampah yang berserakan hingga tak tertampung.

Membahas masalah sampah, seakan-akan tak berkesudahan. Tersiar kabar bahwa Pemkab (Pemerintah Kabupaten) bersama Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) Tangerang Banten akan menindak tegas bagi pelaku pembakaran sampah secara ilegal. Ancamannya dengan pidana maksimal 6 bulan kurungan dan mendapat denda Rp50 juta. Aturan tersebut tertuang dalam Perda No.1 tahun 2023, tentang pengolahan sampah, dengan tujuan masyarakat tertib dalam mengelola sampah. Sebab dampak dari pembuangan dan pembakaran sampah yang semakin meningkat ini, juga menyebabkan kualitas udara di berbagai daerah semakin buruk. (replubika.co.id,28/08/2023)

Namun akankah dengan kebijakan tersebut, mampu mengatasi terjadinya tumpukan sampah?


Kapitalisme Penyebab Tumpukan Sampah

Semakin padatnya penduduk, berpotensi menumpuk pula sampah yang dihasilkan. Sebab tempat untuk menampung berkurang. Kemudian aktivitas masyarakat pun terus meningkat, sehingga berdampak semakin banyak menghasilkan sampah. Seperti aktivitas industri, perdagangan, pembangunan, dan sebagainya.

Ditambah lagi pola hidup konsumtif yang semakin menjangkiti masyarakat, merupakan salah satu akar pokok penyebab masalah sampah. Di mana masyarakat hari ini dalam membeli barang, tidak bisa memilah antara keinginan dan kebutuhan. Bahkan hanya sekedar koleksi semata.

Sungguh miris potret buram sistem kapitalisme. Strategi marketing sistem ini telah berhasil mengubah mindset masyarakat, yakni meraih kepuasan materi sebanyak-banyaknya melalui food dan fashion. Sehingga menjadikan profit sebagai orientasi kebahagiaan. Problem sampah merupakan persoalan rumit, yang kian hari semakin kompleks di sejumlah daerah. 

Kasus penumpukan sampah di sejumlah daerah terjadi, karena kurang pekanya individu dan masyarakat. Padahal, pembuangan sampah sembarangan juga dapat menimbulkan konflik sosial, lahan, penyakit, dan lain-lain. 

Apabila penumpukan sampah di berbagai daerah tidak segera diatasi dengan serius oleh pemerintah setempat, maka akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Seperti kerusakan ekologis, terjadi banjir, menyebabkan bau tidak sedap, terjadinya estetika suatu daerah, dan penyebaran penyakit.

Oleh karena itu, tindakan membakar sampah merupakan salah satu cara praktis yang dilakukan masyarakat. Terkhusus sampah rumah tangga dan home industri, sering didapati kesulitan dalam pembuangannya. Baik di pedesaan maupun perkotaan. Namun banyak pula yang membuang sampah secara liar, seperti dibuang ke sungai, parit, laut, dan lainnya.

Ketika terjadi pembakaran sampah, banyak zat berbahaya yang mencemari udara seperti, karbon monoksida, dioxin, karbon dioksida, dan sebagainya. Selain itu berdampak pula bagi kesehatan seperti, sakit kepala, asma, ispa, iritasi mata, dan lainnya.

Masalah sampah yang kian meningkat, bisa juga ditangani dengan cara reduksi, recycle, dan reuse. Reduksi merupakan segala hal yang menghasilkan sampah dikurangi. Recycle yaitu daur ulang sampah menjadi produk baru. Reuse artinya bahan yang masih layak dipakai kembali.

Beragam upaya dilakukan masyarakat, agar tidak terjadi penumpukan sampah dan mencemari lingkungan. Di sisi lain, pemerintah beranggapan bahwa maraknya pembakaran sampah secara ilegal, dikarenakan masyarakat gagal dalam pengelolaannya. Justru fakta yang terjadi, pemerintahlah yang lamban dalam menangani masalah sampah di berbagai daerah. Sehingga sampah menggunung tak terbendung.

Perlu diketahui, persoalan sampah merupakan problem yang sistemik. Sehingga penanganannya hanya bisa dikendalikan, jika tata kelolanya dilakukan dari hulu hingga hilir. Mulai dari regulasi pelarangan packaging yang sulit urai dalam berbagai industri, menyadarkan masyarakat dalam tata kelola pembuangan sampah sesuai jenisnya, hingga mengoptimalisasi teknologi recycle untuk sampah yang bisa didaur ulang.

Namun sayangnya, beragam regulasi ini merupakan kemustahilan dalam sistem kapitalis sekuler. Sistem ini membuat setiap aktivitas menjadi persaingan bisnis. Mulai dari individu hingga negara, demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Maka tak heran dengan biaya operasional yang dikeluarkan minimalis. Sehingga berdampak terhadap pencemaran lingkungan sebagai korbannya.


Penanganan Sampah Dalam Islam

Sangat berbeda penanganan sampah dalam sistem Islam. Islam merupakan agama yang paripurna, tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual semata, melainkan seluruh lini kehidupan, termasuk problem sampah. Kesempurnaan inilah yang menjadikan Islam mampu mengatasi masalah manusia dengan lingkungannya. 

Islam mengajarkan cara menjaga, mengolah, serta mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik. Bahkan dalam Islam, manusia dilarang berbuat kerusakan di muka bumi atau sebagai penyebab kerusakannya. 

Sebagaimana Allah Swt. berfirman, "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah Allah memperbaikinya. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (TQS. Al-araf [7]: 56)

Oleh karena itu, problem sampah dapat teratasi hanya dengan adanya kesadaran penuh dari tiga pilar pengokoh, diantaranya:

Pertama, ketakwaan individu. Islam mendorong setiap muslim memiliki kesadaran terhadap kelestarian dan kebersihan lingkungan. Sehingga dalam diri setiap individu, tumbuh kesadaran melakukan pemilahan, pengelolaan, serta mengurangi konsumsi sampah rumah tangga. Dengan cara membeli barang sesuai kebutuhan bukan keinginan. Sebab standar berbuat seorang muslim meraih rida Allah, dan harus sesuai hukum syarak yakni halal haramnya.

Kedua, kontrol masyarakat. Dalam pengelolaan sampah secara individu tidaklah cukup, melainkan harus ada kerjasama di antara keduanya dalam mengolah sampah komunal. Selain berkewajiban melakukan amar makruf nahi munkar. Masyarakat pun membuat beragam program mengenai pelestarian, dan pengelolaan lingkungan, seperti memilah, membakar, mengelola sampah rumah tangga, dan lainnya.

Ketiga, peran negara. Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam menangani problem sampah. Melalui kebijakan yang diambil berdasarkan hukum syarak secara kuratif maupun preventif, yang meliputi: Pertama, meningkatkan peran pelayanan dan perlindungan masyarakat dalam mengelola sampah, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. 

Kedua, memberikan edukasi dalam pengelolaannya, seperti menyediakan fasilitas daur ulang sampah, dan sebagainya. Untuk mencegah terjadi dampak buruk yang ditimbulkan. Ketiga, memberikan hukuman menjerakan bagi pelaku yang mencemari lingkungan. Keempat, melakukan pengkajian ulang atas ketentuan peraturan yang dapat menjamin pengelolaan sampah secara efektif. Kelima, melakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi dan tugas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Dengan demikian, kesadaran penuh dari tiga pilar, yakni ketakwaan individu, kontrol masyarakat, serta peran negara, menjadikan seluruh komponen masyarakat akan lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Sebab perbuatan tersebut didasari dengan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah Swt., sebagai standar perbuatan mereka. Dengan pola pikir dan pola sikap yang terikat hukum syarak, menjadikan seluruh perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. di akhirat kelak. Termasuk dalam menjaga lingkungan.

Alhasil, hanya kembali pada sistem Islamlah, solusi pasti dan paripurna dalam mengatasi seluruh problematika kehidupan. Termasuk masalah sampah yang tak kunjung usai. Sehingga tidak akan didapati terjadinya tumpukan sampah menggunung, bahkan tak tertampung di berbagai daerah.

Wallahu'alam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan