Boikot Produk Pro Yahudi Efektifkah Tanpa Peran Negara?

 

🖤 Admin MKM 

Bungkamnya para penguasa muslim karena mereka telah terjajah oleh nasionalisme. Ide ini dihembuskan ke dunia Islam oleh penjajah Barat untuk mengerat wilayah khilafah Usmaniyah menjadi 50 negara bangsa, pada awal abad ke-20. Nasionalisme membelenggu negeri-negeri muslim, sehingga tidak acuh pada penderitaan sesama muslim lainnya. Seperti penderitaan muslim Palestina, Rohingya, Uighur, dan sebagainya.


OPINI


Oleh Siti Mukaromah

Pegiat Literasi


MKM, OPINI_Pemboikotan yang dilaporkan menyokong produk zionis Israel terus disuarakan oleh sejumlah warga negara, termasuk Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim. Hal ini dilakukan untuk menekan ekonomi zionis Israel yang terus mengintensifkan membombardir serangannya ke Jalur Gaza yang menewaskan warga sipil, perempuan, dan anak-anak. 

Dikutip dari voaindonesia.com.(12/11/2023), seruan boikot produk pro Israel efektifkah MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwa terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Asrorun Niam Sholeh Ketua MUI Bidang Fatwa mengatakan, mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya mendukung agresi Israel haram. Karena itu MUI merekomendasikan semaksimal mungkin kepada masyarakat untuk menghindari transaksi yang mendukung agresi Israel di Palestina. Meski demikian, MUI tidak merinci nama-nama produk yang dimaksud. MUI melalui fatwa tersebut merekomendasikan agar pemerintah mengambil langkah tegas dalam membantu rakyat Palestina. Baik berupa anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) maupun diplomasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Fatwa MUI baru dikeluarkan dan belum tersosialisasi dengan baik. Kemungkinan belum efektif, tetapi jika fatwa ini meluas dan berkelindan dengan semakin banyaknya jumlah warga sipil di Gaza yang meregang nyawa karena serangan Israel, maka pemboikotan yang diserukan MUI itu akan efektif. Namun sebaliknya, terkait perusahaan dan kepentingan Israel ini yang mempekerjakan warga Indonesia akan berdampak pada penurunan produksi, berpotensi pengurangan pekerja atau bahkan penghentian kerja. Majelis Agung Nasional di parlemen Turki sejauh ini secara terang-terangan telah menghapus produk CocaCola? dan Nestle dari menu seluruh restoran di negara itu tersebut. Keputusan itu merupakan tanggapan atas kemarahan warga terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel.

Umat akhirnya mewujudkan solidaritas sesama muslim dengan melakukan aksi boikot. Umat Islam melalui media sosial juga gencar menyuarakan penolakannya terhadap entitas Yahudi di Palestina. Meski media Barat kerap membungkam, tidak menyurutkan kemarahan mereka membela sesama saudara muslimnya yang terjajah dan terzalimi. Umat melakukan aksi bela Palestina di berbagai daerah, mengumpulkan donasi, dan mengadakan doa bersama.

Ranah inilah yang bisa dilakukan oleh semua umat IsIam dalam ranah individu-individu sipil, tanpa kekuasaan maupun kekuatan. Apalagi mereka tidak bisa berharap dari penguasa di negeri mereka yang tidak melakukan pembelaan yang nyata terhadap IsIam di Palestina. Gerakan akar rumput ini masif hingga mempengaruhi ormas masyarakat untuk menyerukan boikot secara masal. Gerakan boikot sebenarnya akan efektif secara total, jika dilakukan oleh negara. Pemerintah bisa melarang memutuskan mata rantai perdagangan produk-produk negara-negara pendukung entitas Yahudi. Seperti Amerika Serikat, Indonesia juga bisa memutuskan hubungan diplomatik semua negara yang mendukung Yahudi. Bentuk boikot inilah yang merupakan aksi nyata. Negara akan melakukan boikot yang efektif untuk melemahkan kekuatan politik. Negara memiliki kekuatan membuat aturan untuk memaksa para pengusaha, impotir, dan produsen produk pro Yahudi, agar menghentikannya dan melakukan usaha lain

Namun meski sebenarnya bisa, sayangnya negara realitasnya tidak melakukan boikot tersebut. Pemerintah enggan memboikot produk pro Yahudi dikarenakan negara terjajah secara ekonomi. Ketergantungan negara pada para kapitalis untuk menjaga investasi agar tidak lari ke luar negeri. Kepentingan oligarki pun membuat negara tidak berani memboikot produk mereka yang pro Yahudi.

Sangat ironis, saat umat IsIam di Palestina meregang nyawa, justru penguasa negeri ini bermesraan dengan oligarki kapitalis yang mendanai Yahudi untuk membombardir rakyat Palestina. Indonesia sesungguhnya bisa memboikot produk pro Yahudi secara total asalkan penguasanya melepaskan diri dari penjajahan ekonomi para oligarki kapitalis. Terlepas dari cengkraman gurita bisnis pengusaha pro Yahudi, negara harus independen. Hal ini bisa terwujud jika negara menerapkan ideologi IsIam yang berbasis keimanan pada Allah Swt.

Ketika negara menerapkan ideologi Islam, Indonesia tidak hanya bisa memboikot produk pro Yahudi secara total, tapi lebih dari itu yaitu bisa mengirimkan tentaranya. Bukan hanya untuk sekadar menjadi penjaga perdamaian, tetapi menumpas penjajah zionis Yahudi dan membebaskan Palestina dengan melakukan jihad fi sabilillah. Bukankah Indonesia memiliki kekuatan militer yang sangat cukup untuk mengalahkan entitas Yahudi? 

Allah Swt. berfirman "Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya persiapan itu kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu, dan orang-orang selain mereka." (QS. Al-Anfal: 60) 

Pemerintah sayangnya seolah telah mati hati. Para pejabat memang tampak hadir pada aksi bela Palestina. Tetapi pembelaan mereka berhenti pada memberikan doa dan donasi saja, tidak menggunakan kekuasaannya. Tindakan ini menunjukkan kapasitas rakyat, bukan sebagai penguasa ataupun pejabat. 

Padahal untuk membebaskan Palestina adalah dengan pengiriman pasukan. Jika hanya sekadar mengecam zionis Israel, bukanlah negara-negara non-muslim juga melakukannya? Bantuan yang diberikan hanya berupa logistik dan kain kafan, tidak ada satu pun yang memberikan dukungan militer pada Palestina, termasuk Indonesia.

Bungkamnya para penguasa muslim karena mereka telah terjajah oleh nasionalisme. Ide ini dihembuskan ke dunia Islam oleh penjajah Barat untuk mengerat wilayah khilafah Usmaniyah menjadi 50 negara bangsa, pada awal abad ke-20. Nasionalisme membelenggu negeri-negeri muslim, sehingga tidak acuh pada penderitaan sesama muslim lainnya. Seperti penderitaan muslim Palestina, Rohingya, Uighur, dan sebagainya. Islam centang perenang laksana buih di lautan, akibat nasionalisme. Tanpa adanya pelindung, umat IsIam pun menjadi santapan Barat. 

Ketika umat IsIam masih bersatu di bawah institusi khilafah islamiah, kondisi ini tidak pernah terjadi. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai, dia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya, dan dijadikan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa karenanya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada masa daulah IsIam, Rasulullah saw. telah merancang pembebasan wilayah Al-Quds (Palestina) dari penjajahan Romawi. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab pembebasan itu terealisasi secara damai, setelah beliau mengirimkan pasukan Al-Quds. Setelah sempat dikuasai pasukan salib, khilafah kembali membebaskan Al-Quds di bawah komando Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187. Sejak runtuhnya khilafah Utsmaniyah sebagai perisai pada tahun 1924, Islam tidak bisa berharap pada negara-negara bangsa. Meski jumlahnya banyak untuk mengirimkan pasukannya untuk membebaskan Palestina. PBB dan OKI terbukti mandul, umat IsIam juga tidak bisa berharap pada organisasi internasional tersebut. 

Saat ini umat hanya bisa melakukan aksi boikot sebagai bentuk keberpihakan pada Palestina terhadap perlawanan Yahudi. Penjajahan Yahudi solusinya adalah jihad fi sabilillah untuk mengalahkan entitas Yahudi. Sejarah telah membuktikan, satu-satunya institusi yang akan menggelorakan jihad adalah khilafah. Oleh karenanya, umat perlu mewujudkan institusi khilafah secara nyata dengan memberikan dukungan politiknya terhadap daulah khilafah sang pembebas Palestina. 

Wallahualam bissawabissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan