Tren Anak Mengakhiri Hidup, Mengapa Terjadi?
![]() |
🖤 Admin MKM |
Keadaan ini terjadi karena sistem kapitalisme. Paham yang sekarang menjadi atmosfer kehidupan manusia modern, termasuk kehidupan keluarga dan anak-anak. Kehidupan dalam sistem kapitalisme merupakan kehidupan yang rusak. Sebab menjauhkan agama dari kehidupan. Padahal seharusnya agama digunakan sebagai aturan dalam semua aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam kehidupan keluarga dan bernegara. Sementara itu saat ini agama tidak menjadi atmosfer kehidupan. Agama bukan penggerak dan pengatur kehidupan umum manusia. Agama tidak tampak perannya dalam pengaturan negara dan masyarakat.
OPINI
Oleh Syafa Amira
Aktivis Muslimah
MKM, OPINI_Kasus mengakhiri hidup begitu tren di negeri ini. Mirisnya aktivitas menghabisi nyawa sendiri ini banyak dilakukan oleh anak di bawah umur. Entah seberat apa permasalahan yang harus dihadapi, hingga mengambil jalan untuk mengakhiri hidup.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 37 aduan kasus anak yang mengakhiri hidup sejak Januari hingga November 2023. Kasus tersebut terjadi pada usia rawan kelas 5-6 SD, Kelas 1 dan 2 SMP, kelas 1 dan 2 SMA. Ketua KPAI RI Ai Maryati Solihah menyatakan bahwa kasus anak yang mengakhiri hidup menjadi penyebab kematian terbesar ketiga. Pertama adalah kecelakaan di jalan raya, kedua penyakit dan ketiga kekerasan yang bisa memicu anak mengakhiri hidupnya. (Tribatanews, 29/11/23)
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak remaja melakukan bunuh diri. Salah satunya adalah pola asuh orang tua.
Menurut Elly Risman, seorang psikolog anak menyampaikan bahwa kasus bunuh diri remaja ini seharusnya membuka mata banyak orang tua tentang bagaimana pola asuh mereka kepada anak-anak. Banyak orang tua tidak sadar betapa kejamnya mereka terhadap jiwa anaknya sendiri. Mereka mengaku merasa tidak berharga, menyesal kenapa dilahirkan, terperangkap seperti di dalam selimut tebal, ingin kurus dan cantik dan sejuta alasan lainnya. Sebabnya? Kurang perhatian dan kasih sayang, anak-anak tak pernah didengarkan, menuntut anak menjalani pikiran dan memenuhi impian orang tua.
Lanjut Elly Risman karena depresi menjadi salah satu penyebab dari perilaku bunuh diri, maka pastilah ada sesuatu yang buruk dalam keluarga sehingga tidak mampu memberikan perlindungan emosional bagi anaknya. Hal ini bisa terjadi karena faktor ekonomi yang meningkat sehingga menyebabkan para ibu ikut terlibat dalam mencari nafkah. Ditambah waktu yang diberikan oleh figur seorang ayah hanya sedikit dimana kualitas waktu bertemu hanya saat di meja makan atau bahkan sebelum tidur. Itu pun tidak berkualitas baik karena sibuk dengan HP masing-masing saat berkumpul.
Sesuai data dari BPS pada Februari 2023, tingkat pekerja paruh waktu laki-laki di Indonesia mencapai 19,32%. Sementara perempuan sebanyak 37,88%.
Keadaan ini terjadi karena sistem kapitalisme. Paham yang sekarang menjadi atmosfer kehidupan manusia modern, termasuk kehidupan keluarga dan anak-anak. Kehidupan dalam sistem kapitalisme merupakan kehidupan yang rusak. Sebab menjauhkan agama dari kehidupan. Padahal seharusnya agama digunakan sebagai aturan dalam semua aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam kehidupan keluarga dan bernegara. Sementara itu saat ini agama tidak menjadi atmosfer kehidupan. Agama bukan penggerak dan pengatur kehidupan umum manusia. Agama tidak tampak perannya dalam pengaturan negara dan masyarakat. Agama hanya ada ditempat ibadah. Tabu dibawa-bawa ketempat publik. Negara dan masyarakat hanya boleh diatur dengan mengandalkan pikiran manusia dengan orientasi meraih materi semata.
Paham yang menempatkan agama pada sektor pribadi dan tidak masuk dalam kehidupan publik ini disebut sekulerisme. Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani mendefiniskan sekulerisme sebagai paham pemisahan agama dari kehidupan. Sementara Syeikh Sayyid Qutb mendefinisikan sekulerisme membangun kehidupan diatas landasan bukan Islam. Karena aspek ekonomi yang paling menonjol dalam paham ini, maka sekularisme dinamakan pula kapitalisme.
Pada akhirnya anak-anak menjadi rapuh karena kehidupan yang tidak dilandasi agama. Sementara orang tua tidak lagi memiliki kepedulian terhadap anak-anaknya, dikarenakan kesibukan dalam meningkatkan ekonomi keluarga.
Pemahaman kapitalisme ini juga sangat berdampak pada pengaturan negara terhadap pendidikan. Orientasi pendidikan cenderung mengarah kepada hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi. Pendidikan hanya sebatas transfer pengetahuan. Akibatnya menghilangkan nilai-nilai fundamental yang ada di dalam pendidikan. Yaitu pembentukan karakter anak.
Karena orang tua hanya disibukkan dengan pemenuhan finansial, sehingga menjadi kurang paham dalam mendidik anak. Terutama dalam menanamkan akidah dan membentuk anak memiliki akhlak yang mulia.
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bunuh diri pada remaja diantaranya faktor psikologi seperti depresi, kecanduan alkohol, film atau konten yang tidak sesuai usia, narkoba, tekanan akademik serta perundungan dan permasalahan sosial kurangnya fasilitas layanan konseling untuk remaja.
Kondisi ini juga dibentuk oleh sistem kapitalisme. Dalam sistem ini penjagaan terhadap hal-hal yang berdampak pada kerusakan tidak dicegah oleh negara secara optimal. Sehingga semua itu merusak mental generasi dan berujung mengakhiri hidup. Demikianlah sistem kapitalisme justru menumbuhkan kerapuhan.
Hal ini tentu akan berbeda dengan sistem Islam. Sistem Islam adalah sistem yang berasal dari sang Pencipta. Oleh karena itu bersifat sempurna dan solutif. Islam telah menempatkan negara sebagai penanggung jawab besar terbentuknya generasi unggul dan berkepribadian Islam.
Negara berkewajiban memberikan mindset yang benar tentang hidup. Setiap warga negara akan dibina bahwa dirinya sejatinya adalah hamba Allah. Sehingga ia akan selalu taat dan menjauhi Maksiat.
Pemahaman konsep tentang ujian hidup juga akan disampaikan sejak dini. Bahwa setiap manusia akan mengalaminya. Disampaikan pula bahwa bersamaan dengan ujian Allah akan menyertakan penyelesaiannya. Maka setiap ada masalah akan dikembalikan pada bagaimana Islam mengaturnya.
Suasana kacau dan rusak pun tidak akan didapati dalam sistem Islam karena masyarakat hidup dalam suasana Islami. Satu sama lain akan berlomba-lomba mengejar amal sholih. Bukan berlomba-lomba mengejar materi dan kesenangan duniawi seperti dalam sistem kapitalisme. Mereka juga akan saling melakukan Amar ma'ruf sehingga Islam benar-benar menancap kuat termasuk dalam diri generasi.
Terbentuknya generasi dalam memecahkan berbagai persoalan juga didukung oleh pendidikan yang diterapkan Khilafah. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Dan yang menjadi landasan dalam pendidikan adalah akidah Islam.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku adalah Allah , tiada Tuhan (yang berhak disembah), kecuali aku, maka sembahlah Aku." (QS. Thaha:14)
Penguasaan tsaqofah Islam dan IPTEK juga akan didapatkan dalam pendidikan Islam. Maka wajar, pendidikan Khilafah akan menghasilkan generasi-generasi yang tangguh bukan generasi yang rapuh.
Khilafah memfasilitasi generasinya untuk menuntut ilmu dengan fasilitas yang memadai dan gratis. Khilafah juga akan mempersiapkan para orang tua yang mampu mendidik generasi sesuai tuntunan Islam. Sungguh hanya Khilafah yang mampu mencetak generasi yang tangguh yang menciptakan peradaban gemilang.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar