Jodoh Sahabat
🖤Admin MKM
Masya hanya bisa menghela napas panjang. Adit memang belum seperti Masya yang rutin mengikuti kajian Islam kaffah setiap minggu. Jadi wajar kalau Adit belum tahu batasan hubungan laki-laki dan perempuan dalam Islam.
CERPEN
Oleh Zakiyya
Pegiat Literasi
MKM_CERPEN,"Yeayyyy...akhirnya dapet juga!" teriak Masya girang.
Akhirnya ikan kecil yang mereka incar sedari tadi masuk juga ke telapak tangan Adit. Mereka berdua tertawa kegirangan. Selokan kecil di lapangan depan rumah mereka memang menjadi tempat bermain sedari dulu.
Adit dan Masya adalah sahabat sejak kecil. Mereka terbiasa bermain bersama. Apalagi rumah mereka memang berdekatan, hanya di pisahkan oleh satu rumah.
Meskipun mereka berbeda gender, tapi tidak membuat mereka risih. Justru menurut Masya, Adit adalah teman yang asyik daripada teman-teman ceweknya yang cerewet dan ribet. Begitu pun menurut Adit.
Hari berganti hari, tahun pun berlalu. Masya dan Adit kini telah menginjak usia remaja. Kecenderungan rasa pada lawan jenis mulai tumbuh. Masya kecil yang kini sudah remaja sedikit demi sedikit mulai menutup aurat sesuai syariat.
"Kenapa Sya, kok kamu sekarang gak seasyik dulu sih?" gerutu Adit.
Adit mengajaknya berboncengan sepeda ke bukit dekat rumah. "Bukan gitu Dit, kita kan sekarang udah gede, gak pantes berduaan," jelas Masya.
"Loh emang kenapa? kan dulu juga kita biasa gitu," protes Adit lagi.
Masya hanya bisa menghela napas panjang. Adit memang belum seperti Masya yang rutin mengikuti kajian Islam kaffah setiap minggu. Jadi wajar kalau Adit belum tahu batasan hubungan laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Makin lama Adit merasa aneh dengan perilaku Masya. Diam-diam Adit mengamati aktivitas Masya sehari-hari. Setiap hari Kamis siang, Masya selalu keluar pergi ke rumah seorang Ustazah yang terkenal di kampung mereka.
"Sya..." panggil Adit pelan. Masya yang baru saja meletakkan sepedanya di halaman tersentak kaget.
"Ih kamu ngagetin aku aja, kirain siapa!" ucap Masya.
"Ustazah itu yang bikin kamu kaya gini?" tanya Adit tak suka.
"Maksudnya?" jawab Masya bingung.
"Bikin kamu jadi pake gamis dan kerudungan gini, trus gak mau maen sama aku lagi!" tukas Adit emosi.
"Dit...bukan Ustazah Ima yang ngerubah aku, tapi aku sendiri yang pengen berubah," jawab Masya.
"Kenapa?" tanya Adit lagi.
"Ya karena memang Allah Swt memerintahkan setiap perempuan yang sudah baligh wajib menutup auratnya dengan sempurna," jawab Masya lagi.
"Trus kenapa kamu gak mau main lagi sama aku, Sya?" ucap Adit.
"Ya, karena kita bukan mahram, Dit!" kata Masya lagi. Adit hanya menggaruk kepalanya tanda bingung.
"Kalau kamu bingung, yuk ikut kajian Islam kaffah biar kamu paham," ajak Masya. "Tapi yang khusus ikhwan ya," kata Masya tersenyum. Adit hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah bertahun-tahun mengkaji Islam, Adit akhirnya paham maksud Masya selama ini. Pada suatu malam, pintu rumah Masya ada yang mengetuk. Mama Masya pun membukakan pintu.
"Ehh Adit..wahh kamu sekarang makin dewasa dan ganteng ya!" puji Mama Masya.
Adit yang dipuji hanya tersenyum. "Assalamualaikum Tante, Maaf Om Jaya ada?" tanya Adit. "Loh kok tumben nanya Papanya Masya? Kan biasanya nanyain Masya," ucap Mama Masya penuh arti. Setelah mempersilakan Adit duduk, Mama Masya pun memanggil suaminya ke dalam.
"Ada apa nih Dit, kok tumben mau ketemu Om?" selidik Pa Jaya.
"Begini Om, sebelumnya maaf kalau Adit lancang datang ke sini tanpa pemberitahuan," jujur Adit.
"Gak apa-apa Dit, Om cuma kaget aja," ujar Pa Jaya lagi.
Pa Jaya telah lama mengenal Adit sebagai sahabat Masya sedari kecil hingga kini. Namun, kekagumannya tumbuh sejak Adit telah mengkaji Islam lebih dalam dan mengajarkannya pada anak-anak muda di kampung mereka.
"Emm...maksud kedatangan Adit ke rumah Om adalah mau mengkhitbah Masya, itu pun kalau Om mengizinkan," jelas Adit tegas.
Pa Jaya tersentak kaget, tetapi tak lama, kemudian beliau tersenyum. "Kalau Om sih gak keberatan, gimana Masya aja," jawab Pa Jaya. Adit mengucapkan hamdalah dalam hati.
Mama Masya pun segera memanggil Masya. "Gimana Sya, kamu mau dikhitbah Adit?" tanya Pa Jaya. Masya tertunduk malu, lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Alhamdulillah," ucap semuanya berbarengan.
Komentar
Posting Komentar