Sepatu

 

                           ðŸ–¤Admin MKM


Hari ini Riana telah menjadi seorang arsitek, bekerja di perusahaan ternama di Bandung. Sedangkan Riani lebih memilih jalur kesehatan dan sudah menjadi ASN. Sementara, Ifah menjadi guru untuk kedua anaknya yang masih balita.


CERPEN 


Oleh Insaniyaah

Pegiat Literasi 


MKM_CERPEN,"Kayaknya, nggak boleh ya kalau pakai tato, nanti gimana pas wudu jadi enggak sah dong," celetuk Ifah saat kedua teman kembarnya itu tengah menikmati lagu dari The Virgin. Band viral kala itu.

"Udah deh jangan bahas itu," sela Riana karena merasa terganggu saat ia sedang merasa mendayu mendengar "Cinta Terlarang" yang dinyanyikan oleh dua gadis yang baru menginjak usia dewasa itu.

"Ia deh," jawab Ifah akhirnya tak mau jika terjadi perdebatan akhirnya meski sebetulnya kerap terjadi saat Ifah menyanggah pendapat soal Tsaqofah Islam.

Di lain waktu..

"Fah, kalau untuk mencari Potensial listrik itu pakai huruf V bukan huruf F. Nanti rumusnya bakal beda." Kini giliran Riani yang mengeja tulisan Ifah karena salah dalam menuliskan huruf dan selanjutnya bisa jadi menuliskan rumus yang salah.

"Iya deh maaf, ibu calon arsitek. Rada loading nih menyoal arus listrik," kilah Ifah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aish, bukannya semua rumus kamu nggak hafal?" Riana makin mencomooh.

"Hihiy benar juga." Ifah tak ambil pusing karena nanti bakal diajarin oleh keduanya dan mereka mempunyai waktu bersama lebih lama. Cuma yang menjadi catatan adalah Riana dan Riani harus mempunyai stok sabar saat mengajari Ifah. Entah hah, heh, atau hoh yang dijawabnya saat mereka selesai menjelaskan. 

Entah kenapa meski ia masuk jurusan IPA di SMA-nya tapi menyoal fisika, ia bingung sendiri tidak masuk ke dalam otaknya barang satu rumus sekalipun itu yang mudah untuk dikerjakan. Ia lebih senang membaca novel, mengkhayal, dan menuliskan kembali dalam bentuk karya fiksi.

Dan mereka bersama hampir 15 tahun lamanya.

Hari ini Riana telah menjadi seorang arsitek, bekerja di perusahaan ternama di Bandung. Sedangkan Riani lebih memilih jalur kesehatan dan sudah menjadi ASN. Sementara, Ifah menjadi guru untuk kedua anaknya yang masih balita.

Dalam kesempatan bertemu, satu hal yang sering sekali mereka diskusikan adalah tentang agamanya. Mereka tahu bahwa kehidupan tak selamanya hanya menyoal kenikmatan dunia tapi tentang perjuangan meraih rida-Nya. Hanya saja melalui jalan yang berbeda.

"Kamu pilih 1, 2, atau 3, Na?" tanya Riani saat sang saudara kembar libur dari rumah sakit. 

"Cie yang lagi jadi tim sukses," potong Ifah yang kini tengah dikelilingi oleh kedua anaknya yang meminta uang untuk jajan. 

"Iya dong, bukan hanya pemuda yang harus berjuang memilih pemimpin. Kita juga yang udah jadi Emak-emak punya kontribusi," jawab Riani yakin.

"Dan, perubahan itu harus nyata dengan adanya pemimpin yang agamis, adil serta cerdas," timpal Riana dan menengakkan bahunya. Jiwa membela NKRI nya itu meronta ingin berucap.

"Yakin perjuangan ini berhasil di bawah payung demokrasi?" Ifah tak bertanya untuk mendapatkan jawaban, hanya sekadar ingin mereka berpikir.

"Yakin, lah." Kedua teman kembarnya itu menjawab serentak.

"Justru, kalau yang tidak mempunyai pilihan, harus dipertanyakan akal sehatnya." Riana yang dari dulu asal ceplos mengungkapkan pendapatnya. Tapi Ifah tak terpancing dengan itu. Ifah tahu kalimat itu tertuju padanya tapi ia tak pernah peduli karena ia sedang berjuang juga terhadap akidahnya dan berusaha mendakwahkannya.

"Sekarang aku mau tanya," Ifah menjeda kalimat sejenak dan berdeham, "Lima tahun lalu, kalian pilih siapa? Ini sekaligus menjadi jawaban atas diriku tidak memilih di dalam sistem demokrasi." Riana dan Riani terdiam dan mencerna apa yang diutarakan Ifah.

Mereka ibarat sepasang sepatu, kemana-mana pergi bersama dengan tujuan yang sama pula tapi sepatu kanan dan kiri punya perannya masing-masing. Barangkali kita akan melihat nanti, siapa yang akan sampai duluan di tujuan. Bagian kanan atau kiri, dan itu menjadi pilihanmu sendiri.

Tamat

Komentar

  1. Nama Tokohnya terinspirasi dari Riana Riani pas di kampus ya teh? 😆

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan