Boikot Isr*el, Harus Total!
🖤 Admin MKM
Melanjutkan boikot produk berupa makanan dan minuman, kita tentu sadar bahwa aksi boikot produk tidak akan bisa menghentikan kekejian Israel atas Palestina. Oleh karena itu, perlu kita tingkatkan aksi boikot tersebut sampai pada ranah boikot ideologi yang membiarkan kekejaman terjadi di Palestina.
OPINI
Oleh Khaulah
Aktivis Dakwah
MKM_OPINI,Bulan suci Ramadan masih dibayangi kenyataan suram akan penjajahan zionis Israel atas Palestina. Ini bukan Ramadan pertama di mana Palestina hidup dalam keterjajahan. Sungguh miris, apalagi melihat fakta bahwa genosida Israel atas Palestina sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 31 ribu nyawa warga Palestina, 2,3 juta orang mengungsi, dan menyebabkan sebagian besar wilayah hancur. (cnbcindonesia.com, 17/03/2024)
Lebih miris lagi ketika berbagai negeri terkhusus negeri-negeri kaum muslim seperti Arab, Mesir, Turki, Indonesia dan lainnya hanya berdiam diri, tidak melakukan pembelaan atas Palestina. Para pemimpin hanya pandai bersuara di podium, mengecam kebiadaban Israel. Lebih dari itu, tidak ada yang bisa dilakukan. Padahal kita semua sadari betul, bahwa kekejaman Israel tak bisa dihentikan hanya dengan kecaman, sekadar retorika tanpa aksi nyata.
Sejatinya MUI telah mengeluarkan fatwa untuk merespons kekejaman Israel yang tidak surut ini. Adalah fatwa mengharamkan produk yang terafiliasi dengan Israel melalui aksi boikot seluruh produk yang mendukung negara tersebut. Aksi boikot ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina. (mui.or.id). Kurma Israel lantas masuk dalam produk yang diboikot.
Aksi boikot kurma tentu memiliki dampak positif terkait dengan melemahkan ekonomi Israel, mengingat Israel adalah pengekspor kurma terbesar. Walaupun dampak yang dihasilkan tidak terlalu signifikan, setidaknya ada hal yang mampu kita lakukan untuk saudara seakidah kita. Apalagi di tengah bulan suci nan agung, Ramadan, sudah semestinya kita melakukan amalan-amalan terbaik.
Jika menilik fakta, umat Islam di berbagai belahan dunia menyambut seruan boikot ini. Di sosial media bertebaran daftar produk yang perlu diboikot. Gerakan boikot produk pro Israel ini jelas mengindikasikan adanya girah perjuangan pada diri umat Islam, sebagai wujud pengamalan perintah Allah Swt. dalam QS. Al-Hujurat: 10, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara."
Melanjutkan boikot produk berupa makanan dan minuman, kita tentu sadar bahwa aksi boikot produk tidak akan bisa menghentikan kekejian Israel atas Palestina. Oleh karena itu, perlu kita tingkatkan aksi boikot tersebut sampai pada ranah boikot ideologi yang membiarkan kekejaman terjadi di Palestina. Kita perlu memboikot ideologi yang membuat kaum muslim pun pemimpinnya hanya bisa diam melihat kondisi Palestina, yakni ideologi kufur kapitalisme.
Ideologi kapitalisme lahir atas dasar akidah sekularisme, pemisahan antara agama dan kehidupan. Kapitalisme berasal dari kata "ra'su maal", di mana "ra'su" berarti kepala sedangkan "maal" berarti uang. Dari asal katanya saja kita bisa menyinkronkan dengan fakta yang ada, yaitu banyak negeri kaum muslim yang bahkan masih memiliki hubungan dengan Israel padahal kekejamannya atas Palestina disaksikan secara jelas oleh mereka. Negara-negara muslim masih mementingkan ekonomi di tengah tumpahnya darah kaum muslim.
Sejatinya umat Islam memiliki ideologi yang lahir atas dasar akidah Islam, yaitu ideologi Islam, ideologi yang sangat layak untuk diterapkan. Agar negara dapat mengemban ideologi Islam, maka harus menggencarkan dakwah. Dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemikiran yang menjadikan rakyat berpegang kuat pada akidah Islam sekaligus menjadikannya sebagai qaidah dan qiyadah fikriyah. Dakwah inilah yang dicontohkan Rasulullah saw. kepada umatnya.
Dengan berpegang pada ideologi Islam, dapat menjadikan negara berdaulat dan bersikap tegas demi keselamatan rakyatnya. Negara tidak akan kongkalikong atau berkompromi dengan negara kafir harbi, yang jelas-jelas permusuhannya dengan Islam dan umatnya, seperti Israel. Negara tidak akan memprioritaskan ekonomi lebih dari memprioritaskan darah kaum muslim yang tercecer.
Oleh karena itu, di tengah bulan suci nan agung ini, mari kita belajar dan berjuang lebih lagi, bergabung dengan kelompok dakwah seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Semoga segera tegak negara yang kita harapkan, yang menerapkan syariat Islam secara kafah, yang tidak berdiam diri atas tumpahnya darah kaum muslim, yang bersikap tegas demi keselamatan rakyatnya. Aamiin.
Wallahu a'lam bishashawab.
Komentar
Posting Komentar