Islam Mudah Wujudkan Makan Siang Gratis
![]() |
🖤 Admin MKM |
Aspek perhitungan untung rugi begitu dominan dalam kapitalisme. Ujung-ujungnya berdalih, karena kas negara tak ada dana untuk mencukupinya. Bagaimana tidak? Semua kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) telah diserahkan pengelolaannya kepada asing. Lagi-lagi karena mekanisme pasar bebas ala kapitalisme yang menjadi penyebabnya.
OPINI
Oleh Irawati Tri Kurnia
Aktivis Muslimah
MKM, OPINI_Program makan siang gratis yang menjadi andalan salah satu capres disambut hangat masyarakat. Ternyata program ini sudah terlaksana di salah satu masjid di Bekasi.
Masjid Al-Iman yang letaknya di Jl. Bintara Jaya, Kota Bekasi, sejak enam bulan lalu telah berbagi makan siang gratis. Dewan Kemakmuran Masjid Budi Setyono mengatakan, pembagian makan siang gratis ini dilaksanakan setelah salat Duhur setiap hari Senin sampai Jumat sebanyak 50 porsi dan pada tiap hari Jumat lebih banyak lagi dengan disediakan sekitar 200-300 porsi. Semula diperuntukkan bagi pengemudi ojol namun pada akhirnya siapa saja boleh mengambilnya. (www.tempo.co.id, Selasa 27/2/2024)
Paradoks dengan keadaan saat ini, pada sisi lain, uji coba makan siang gratis ditawarkan demi mewujudkan janji manis kampanye pasangan Capres dan Cawapres. Meski dalam pelaksanaannya terkesan sulit. Tiada lain program tersebut dilandasi karena pola pikir demokrasi kapitalisme.
Dalam kapitalisme, setiap langkah dan perbuatan dihitung dari segi aspek manfaat materi (kapital). Jika tidak memperoleh keuntungan, maka tidak akan dilakukan. Wajar jika kapitalisme tidak mampu mencapai target menyejahterakan rakyat.
Aspek perhitungan untung rugi begitu dominan dalam kapitalisme. Ujung-ujungnya berdalih, karena kas negara tak ada dana untuk mencukupinya. Bagaimana tidak? Semua kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) telah diserahkan pengelolaannya kepada asing. Lagi-lagi karena mekanisme pasar bebas ala kapitalisme yang menjadi penyebabnya.
Kapitalisme juga telah membentuk sosok-sosok sekuler, yang walaupun bergelar sarjana, kaum intelektualitas tinggi, bahkan haji sekalipun, tega merampas harta rakyat alias korupsi. Semakin lengkaplah penderitaan rakyat.
Di samping itu, kapitalisme mengalami jalan buntu dari aspek pendanaan ini. Dilansir dari cnbcidonesia.com (4/3/2024), bahwa utang ribawi menumpuk, tembus ke angka $ 8ribu Trilyun lebih. Pendapatan negara mayoritas mengandalkan pajak yang justru membuat rakyat semakin sengsara. Akhirnya kas negara minim. Alih-alih makan siang gratis demi mencegah stunting, justru salah satu capres menggagas sumber pendanaannya dengan mengurangi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Terlihat sekali tambal sulam solusi ala kapitalisme.
Mari kita bandingkan dengan sistem Islam yang mempunyai kepastian dalam kesejahteraan rakyat. Sistem ini tidak diragukan menjadi yang terbaik bagi manusia. Tidak mungkin Allah Swt. sebagai Sang Pencipta kehidupan menzalimi hamba-Nya.
Islam menuntut keyakinan pada Allah Swt. dengan konsekuensi terikat pada seluruh syariat-Nya, sebagai jalan beribadah pada-Nya yang berbuah rida dan pahala-Nya. Allah Swt. berfirman, “Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah padaKu.” (az-Zariyat: 56)
Di sisi lain, dalam Islam ada qimah ruhiyah/nilai ibadah dan qimah insaniyah/nilai kemanusiaan. Setiap manusia didorong untuk berbuat baik dengan mengeluarkan harta miliknya yang bernilai pahala. Dipetik kelak di hari perhitungan, serta sebagai upaya untuk menolong sesama manusia (mengandung nilai kemanusiaan). Islam memberikan tuntunan pada hamba-Nya untuk meyakini akan adanya kehidupan setelah kematian. Umat Islam yang memiliki kelebihan harta akan dengan mudah membagikan kepada yang berhak. Fenomena tersebut terlihat di masjid-masjid, khususnya di Bekasi sebagaimana dikemukakan di atas. Banyak dijumpai program makan siang gratis untuk para jemaahnya, tidak perlu menunggu realisasi program capres.
Dalam sistem Islam, khalifah akan memobilisasi umat untuk berlomba dalam berinfak, bersedekah, menyumbang wakaf, dan lain-lain. Masyarakat pun lebih bersemangat menyumbang karena dorongan keimanannya. Institusi Khilafah dijamin terpercaya dan amanah. Tiada lain karena Khilafah merupakan pelaksana syariat Allah. Sebagai bentuk pelayanan pada rakyat, maka kholifah pun menyadaran pelayanan tersebut akan dipertanggungjawabkan di hari akhir kelak.
Mekanisme kepemilikan, diatur dalam sistem ekonomi Islam. Ada tiga jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Dari kepemilikan umum inilah, rakyat mendapat jaminan kesejahteraan. SDA yang melimpah di negeri-negeri Islam diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat. Seperti tambang minyak bumi, tambang emas, tambang batubara, tambang nikel, dan lain-lain. Sebagaimana hadis Nabi, “Kaum muslim bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air (apapun yang ada di dalam air), padang (apa pun yang ada di dalam tanah), dan api (sumber energi). (HR Abu Dawud)
Sistem Islam juga akan menjamin kebutuhan pokok rakyat (pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan), sehingga rakyat tidak akan menemui kesulitan dalam mendapatkan harga pangan murah. Dengan mekanisme ini, otomatis tidak akan ada kesulitan dalam menyediakan makan siang murah dan berkualitas di rumah masing-masing.
Dengan demikian, sistem Islam membangun ketahanan secara tidak langsung. Dengan cara memberdayakan rakyat melalui pemberian lowongan kerja seluas-luasnya, agar kepala rumah tangga bisa mencukupi nafkah keluarganya. Juga dengan adanya jaminan kelancaran distribusi bahan pangan dan pengamanan stoknya. Khilafah akan menumpas mafia dan kartel bahan pangan, memberi sanksi tegas para penimbun bahan pangan, dan memberi dukungan penuh para petani agar pangan yang mereka hasilkan melimpah, berkualitas, dan terjangkau rakyat. Harga pun normal, bahkan bisa murah. Makan siang yang murah, halal, dan thayyib (baik serta bergizi) akan mudah tersedia bagi rakyat.
Dari paparan di atas, jelaslah bahwa melalui penerapan sistem Islam, program makan siang gratis akan lebih cepat terwujud. Dengan penerapan mekanisme sistem ekonomi Islam, negara akan mampu mewujudkan kesejahteraan umat dan memperkuat ketahanan pangan.
Wallahualambissawab.
Komentar
Posting Komentar