Jangan Hanya Boikot Produk Israel, Tolak Ideologi Kufur untuk Solusi Hakiki

 

🖤 Admin MKM 

Apakah pemboikotan saja cukup? Nyatanya hingga hari ini rakyat di Palestina masih menderita. Mereka terpaksa tinggal di wilayah-wilayah pengungsian yang sejatinya bukanlah tempat yang aman dan nyaman buat ditinggali. Mereka tetap saja kelaparan, kehausan, kedinginan, bahkan ancaman kehilangan nyawa masih dihadapi.


OPINI 


Oleh Ummu Farizahrie

Pegiat Literasi dan Dakwah


MKM, OPINI_Sejumlah produsen kurma asal Israel ketar-ketir menjelang masuknya bulan Ramadan tahun ini. Pasalnya, marak seruan boikot terhadap berbagai produk Israel, sebagai bentuk kemarahan atas agresi yang dilakukan Zionis kepada rakyat Palestina, termasuk menolak produk kurma asal negeri penjajah ini.

Ketakutan ini sangatlah beralasan, sebab di bulan Ramadan permintaan akan kurma meningkat seiring dengan tingginya konsumsi di masyarakat muslim seluruh dunia. Tentu saja bila produk mereka diboikot oleh umat Islam, terbayang besarnya kerugian yang akan ditanggung.

Seperti diketahui, Israel termasuk salah satu produsen kurma terbesar di dunia, dengan merk Medjool sebagai yang terpopuler. Kementerian Pertanian Israel mengungkap data nilai ekspor kurma mereka bisa mencapai USD 338 juta pada tahun 2022, sementara untuk buah-buahan lainnya sebesar USD 432 juta. (Kumparan Bisnis, 3 Maret 2024)

Masih dari laman yang sama, upaya Israel untuk melawan pemboikotan ini adalah melakukan kerja sama dengan beberapa pembeli mengubah label kemasan kurma asal negeri Zionis ini. Tujuannya tak lain untuk menyamarkan asal muasal produk tersebut. Sungguh licik! Untungnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Israel bukanlah tempat asal produk kurma terbesar yang masuk ke Indonesia. Mesirlah yang menjadi eksportir pemasok buah kurma terbanyak ke negeri ini.

Sejak Israel membombardir negeri Palestina pada 7 Oktober 2023 lalu, telah lebih dari 30.000 jiwa syahid, termasuk perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka tak terhitung lagi. Tak cukup dengan penyerangan yang teramat brutal, Zionis juga menutup akses bantuan dari berbagai negara berupa pasokan pangan dan obat-obatan. Akibatnya kelaparan melanda rakyat Palestina, bayi dan anak-anak pun meregang nyawa akibat malnutrisi parah.

Namun mirisnya, hingga hari ini umat muslim di seluruh dunia tak bisa berbuat apa-apa. Pemimpin negeri mereka melalui organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hanya mampu menyerukan solusi dua negara (two states solution), termasuk Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar.   

Penduduk negeri di berbagai belahan dunia ramai-ramai mengirimkan bantuan, baik makanan, pakaian dan obat-obatan. Di samping itu dengan semakin masifnya serangan Zionis, umat mulai menyerukan untuk memboikot berbagai produk asal Israel, dan yang berafiliasi dengan entitas penjajah itu. Hanya itu yang saat ini dapat dilakukan oleh orang-orang demi solidaritas kemanusiaan. 

Namun, apakah pemboikotan saja cukup? Nyatanya hingga hari ini rakyat di Palestina masih menderita. Mereka terpaksa tinggal di wilayah-wilayah pengungsian yang sejatinya bukanlah tempat yang aman dan nyaman buat ditinggali. Mereka tetap saja kelaparan, kehausan, kedinginan, bahkan ancaman kehilangan nyawa masih dihadapi.

Tidak cukup hanya dengan menyerukan boikot dan keharaman membeli produk asal Israel. Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf, mengatakan perlu mengimbau kepada pemerintah dan negara-negara seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk melakukan inisiatif yang lebih pasti dalam hal menghentikan kekejaman Zionis terhadap rakyat Palestina.

Jika yang dimaksud adalah untuk memberi efek jera kepada Israel dan negara-negara pendukungnya, maka seharusnya negeri-negeri muslim mengirimkan pasukan tentara untuk memerangi Zionis dan antek-anteknya, itu yang diperlukan.

Namun ada hal mendasar yang harus dipahami oleh umat, yaitu akar masalah penyebab semua kekacauan ini, adalah sebuah sistem hidup bernama sekularisme yang melahirkan ideologi kapitalisme, beserta turunannya yaitu liberalisme yang menjadi akar permasalahannya. Dunia hari ini, termasuk negeri-negeri Islam adalah penganut sistem ini. Cara berkehidupan yang meniscayakan kebebasan terutama dalam hal ini tentang kepemilikan. 

Entitas Yahudi yang mencaplok tanah Palestina dengan cara menjajah, pada awalnya dibantu oleh Inggris, dan didukung pula oleh Amerika hingga saat ini. Israel disokong dari sisi pendanaan, termasuk untuk armada perangnya. Tak ada yang bisa menghentikan mereka, sekalipun organisasi-organisasi dunia yang ada saat ini.

Di satu sisi umat Islam terpecah belah dan jauh dari pemahaman Islam. Tak bisa berbuat apa-apa, selain meratapi saudaranya muslim Palestina, sembari merapalkan doa, mengirim bantuan dan memboikot berbagai produk penjajah. Namun hal ini tak akan banyak membantu, kecuali hanya melanggengkan hegemoni penjajahan.

Satu-satunya yang bisa mengembalikan muruah (kehormatan) umat Islam dan mengusir penjajah dari negeri Palestina adalah dengan mengembalikan sistem hidup yang berabad-abad lampau pernah diterapkan di tengah umat, yaitu sistem/ideologi Islam.

Islam sebagai ideologi dapat diterapkan di tengah-tengah umat bila sebelumnya individu-individu muslim dipahamkan dengan pemikiran Islam. Sebagaimana yang dahulu pernah dilakukan oleh Rasulullah saw., beliau membina para sahabat dengan Islam melalui dakwah. 

Dakwah yang diemban oleh Rasulullah saw. bertujuan mengubah pemikiran kaum kafir Quraisy di Makkah pada masa itu, dari penyembahan berhala kepada menyembah Allah Swt. yang satu. 

Sebab, kondisi umat pada waktu itu yang amat sangat jahiliah, hanya dapat diubah dengan mengubah pemahamannya tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan terlebih dahulu. Ketiga unsur di atas bila dikaitkan dengan apa yang ada sebelum, saat, dan setelah kehidupan akan membentuk sebuah akidah yang sahih.

Islam sebagai sebuah akidah yang lahir dari proses berpikir (akidah akliyah), akan menjadi sebuah kaidah bagi umat sekaligus menjadikannya kepemimpinan (qiyadah fikriyah) dalam memikirkan problematik umat manusia serta mencari solusi yang hakiki dalam kehidupan.

Dengan dakwah pemikiran seperti itu, umat akan memahami tujuan hidupnya, dan memegang erat akidah Islam sebagai ideologi yang wajib dijalankan dalam kehidupan. Dengan demikian umat tidak mudah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran rusak yang bukan berasal dari Islam.

Maka yang harus dilakukan umat tidak cukup dengan pemboikotan produk Israel, tetapi wajib menolak ideologi yang dianut oleh Barat, termasuk Zionis. Yaitu kapitalisme-sekuler. Karena telah terbukti, ideologi itulah yang telah memecah belah umat Islam, sehingga para penguasa negeri-negeri muslim tega membiarkan kekejaman tetap berlangsung di Palestina.

Berikutnya yang wajib dilakukan umat muslim seluruh dunia adalah mendakwahkan Islam secara luas, masif, dan terstruktur. Sebagaimana ide-ide pemikiran Barat yang telah meracuni umat Islam disuntikkan dengan cara yang sama. 

Dengan demikian diharapkan para pemimpin negeri-negeri muslim bersedia mengemban ideologi Islam, sebagaimana dulu para khalifah menerapkan sistem ini dalam mengurus kehidupan umat. 

Karena hanya dengan Islam, sebuah negara akan memiliki kekuatan dan kedaulatan. Disegani, ditakuti serta diperhitungkan dalam kancah kepemimpinan global. Dan dengan penerapan sistem Islamlah seorang pemimpin dapat melindungi rakyatnya dari segala bentuk penjajahan serta penindasan, menjamin keselamatan umat sesuai dengan amanah yang diberikan oleh Allah Swt. di atas pundaknya. 

Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw.: “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya...” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan