Sejatikah Seruan Boikot Kurma di Tengah Kejahatan Zionis?

 

๐Ÿ–ค Admin MKM 

Pangkal dari permasalahan saat ini adalah tidak adanya kekuatan di dunia yang benar-benar mampu memutus kejahatan Zionis. Sementara sistem demokrasi kapitalis telah bercokol selama kurang lebih 100 tahun di dunia, sejak runtuhnya kekuatan Islam pada 3 maret 1924. Menghasilkan berbagai kebijakan melalui PBB yang tidak pernah berpihak kepada umat muslim termasuk Palestina.


OPINI 


Oleh Verra Trisepty

Ibu Peduli Generasi


MKM, OPINI_Kegembiraan hadir di tengah kaum muslim dengan datangnya bulan Ramadan. Bulan yang penuh keagungan serta keberkahan, namun nyatanya kegembiraan itu tidak sepenuhnya dapat dirasakan oleh seluruh saudara kita. Karena sebagian negeri muslim tengah menderita dalam kondisi tertindas.

Negeri Palestina, telah lama menderita secara fisik maupun mental. Mengalami peristiwa berat yang kelak menjadi sejarah kelam. Terjajah, kelaparan, kehilangan banyak nyawa, tinggal di tempat pengungsian tak layak. 

Beragam upaya telah dilakukan di berbagai negara seperti aksi damai, mengecam, sampai seruan boikot produk Israel. Seruan tersebut masih terus menggema di dunia akibat pejajahan ini. Namun kejahatan Zionis di Palestina semakin parah. Mirisnya hingga hari ini kondisi kaum muslim di Palestina masih saja sama. Pun ketika Ramadan, salah satu yang bisa kita lakukan adalah memboikot kurma produk Zionis. Apalagi Zionis adalah pengekspor kurma.

Mengutip dari laman kumparanbisnis, 3 Maret 2024, berdasarkan data Kementerian Pertanian Israel, nilai ekspor kurma dari Israel tembus USD 338 juta pada tahun 2022, dibandingkan dengan ekspor buah-buahan lainnya senilai USD 432 juta. 

Di Indonesia sendiri seruan boikot terus digencarkan. Jika di telaah seruan boikot ini tak cukup sebatas pada produk barang saja. Ada produk pemikiran yang tak kalah berbahaya yang seharusnya kita boikot yaitu ideologi kapitalis sekuler yang selama ini diemban dan membiarkan kekejaman di Palestina.

Kapitalisme Sekuler Tak Kalah Berbahaya

Pangkal dari permasalahan saat ini adalah tidak adanya kekuatan di dunia yang benar-benar mampu memutus kejahatan Zionis. Sementara sistem demokrasi kapitalis telah bercokol selama kurang lebih 100 tahun di dunia, sejak runtuhnya kekuatan Islam pada 3 maret 1924. Menghasilkan berbagai kebijakan melalui PBB yang tidak pernah berpihak kepada umat muslim termasuk Palestina.

Hasilnya kejahatan manusia yang terjadi di Palestina telah berlangsung selama kurun waktu 75 tahun. Tindakan Zionis seakan tak pernah mampu dihentikan, padahal sejatinya salah satu tujuan terbentuknya PPB ialah menjaga perdamaian dan keamanan dunia. 

Kondisi ini terjadi tak ayal karena dunia secara global mengemban sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini lahir dari asas memisahkan agama dari kehidupan. Islam sendiri telah dipisahkan dari aturan kehidupan khususnya kehidupan bernegara selama kurang lebih 100 tahun. Menjadikan kehidupan manusia berubah drastis. Seluruh aturan kehidupan tidak lagi menggunakan aturan dari Allah Swt. 

Salah satu dampak dari kerusakan kapitalisme ialah negeri-negeri muslim tak bisa memberikan bantuan perlawanan secara militer. Bahkan yang terdekat seperti Arab Saudi pun tak bisa mengerahkan pasukan militernya untuk membantu meringankan penderitaan Palestina. Karena sekat nasionalisme serta adanya perjanjian normalisasi antara Arab Saudi dengan Israel. 

Melansir Al Jazeera, Israel percaya bahwa negara-negara Arab saat ini sudah terpecah-belah, sehingga sulit menghasilkan keputusan tegas untuk bertindak membantu Palestina secara memadai.

Pudarnya solidaritas dalam mendukung Palestina tidak lain disebabkan oleh kepentingan politik dan ekonomi negara-negara Arab dengan Amerika Serikat (AS), sekutu utama Israel. Bahkan pertahun 2020, sebanyak enam negara Arab tercatat telah menormalisasi hubungannya dengan Israel. Enam negara tersebut adalah Mesir (1979), Yordania (1994), Uni Emirat Arab (2020), Bahrain (2020), Sudan (2020), dan Maroko (2020).

Tak Sekedar Boikot, Palestina Butuh Islam

Islam adalah agama sempurna paripurna. Tak ada keraguan yang mampu menepis sejarah peradaban emas yang dibangun oleh sistem Islam. Negara dalam Islam tak akan tersekat oleh ikatan-ikatan yang melemahkan umat. Ikatan dalam Islam ialah ikatan akidah, begitu kuat sehingga mampu menyatukan umat muslim dengan hakiki di seluruh dunia. Untuk itu umat harus memahami akar permasalahan yang terjadi di Palestina. Yaitu ketiadaan kepemimpinan Islam yang menerapkan seluruh aturan Allah Swt. Oleh karena itu, menyuarakan Islam sebagai ideologi adalah bagian dari dakwah Islam. Karena Allah Swt. menurunkan Islam sebagai suatu aturan hidup yang layak untuk diterapkan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 ุงِู†ِ ุงู„ْุญُูƒْู…ُ ุงِู„َّุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ۗ ูŠَู‚ُุตُّ ุงู„ْุญَู€ู‚َّ ูˆَู‡ُูˆَ ุฎَูŠْุฑُ ุงู„ْูٰุตِู„ِูŠْู†َ

"Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik." (QS. Al-An'am [6]: 57)

Sementara itu, seruan boikot kurma produk Zionis tidak mampu untuk mengusir penjajah. Boikot yang dilakukan oleh individu maupun kelompok masyarakat hanya satu cara partisipasi umat. Akan lebih efektif jika sebuah negara besar yang membuat kebijakan tersebut.

Islam Sistem Kehidupan dan Bernegara

Adapun yang mampu menerapkan aturan Islam bukanlah individu, ataupun sebuah kelompok. Namun aturan Islam hanya dapat diterapkan dalam kehidupan oleh negara. Dengan mendakwahkan Islam pada seluruh manusia. Dakwah yang dilakukan oleh negara adalah dakwah pemikiran dan politik serta jihad. Tujuannya menjadikan rakyat berpegang kuat pada akidah Islam. sekaligus menjadikannya sebagai Qaidah/asas dan Qiyadah fikriyah/kepemimpinan berpikir. Dakwah inilah yang dicontohkan Nabi saw. kepada umatnya ketika daulah Islam tegak di Madinah.

Islam pula menjadikan negara berdaulat. Negara bersikap tegas demi keselamatan rakyatnya. Hal ini menegaskan bahwasanya Islam begitu menjaga nyawa manusia. Khalifah akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk menjaga umat secara nyata. Dan ini sudah terbukti. Sebagai contoh, dahulu seorang Yahudi dari Bani Qainuqa melecehkan seorang wanita dengan menyingkap jilbabnya hingga tersingkap auratnya. 

Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah saw., beliau langsung mengumpulkan tentaranya. Dan memberikan bendera kepada Hamzah bin Abdul Muththalib untuk melakukan pengepungan. Namun berkat bujukan Abdullah bin Ubay bin Salul, akhirnya Rasulullah memutuskan untuk mengusir mereka Yahudi Bani Qainuqa dari Madinah. 

Begitulah Islam menjaga serta melindungi rakyatnya. Semua itu dilakukan atas dasar kewajiban dan tanggung jawab kepada Allah Swt. Maka untuk menghentikan kejahatan Zionis kepada muslim Palestina tak akan cukup hanya dengan kecaman, gencatan senjata, boikot serta solusi lainnya. Karena langkah-langkah tersebut tidak sebanding. Tidak apple to apple dengan apa yang dilakukan oleh Zionis. 

Nyatanya solusi boikot seperti kurma dan produk-produk Zionis sejatinya bukan merupakan solusi hakiki. Karena akar permasalahan yang kita hadapi bukanlah sekedar masalah ekonomi. Namun sedang terjadi perang pemikiran. Perang antara hak dan batil yang mengakibatkan kehancuran. Sekaligus kerusakan bagi peradaban manusia. 

Maka harapan terakhir kita saat ini hanya ada pada Allah Swt. semata. Dengan terus mendakwahkan bangkitnya Islam kembali di muka bumi ini. Menjadikan Islam sebagai aturan hidup, satu-satunya harapan kita untuk menyelamatkan bumi Palestina dari penjajahan. Karena tegaknya Islam adalah sebuah keniscayaan. Janji dari Allah Swt., serta bisyarah kabar gembira dari Rasulullah saw. yang mesti kita sambut. 

Wallahua'lambissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan