Maraknya Tawuran Melahirkan Generasi Preman

 

                              🖤 Admin MKM


Tawuran pelajar yang terjadi hingga saat ini, seperti sebuah film action berseri. Kejadiannya berulang-ulang. Selesai satu episode, berlanjut episode berikutnya. Kesal dan jengkel memang. Itulah benih-benih generasi preman (generasi rusak).


OPINI 


Oleh Isna Anafiah

Aktivis Muslimah 


MKM_OPINI,"Perang akan melahirkan ribuan pemakaman" 

Penggalan kalimat di atas adalah salah satu dialog dalam film 'Heaven On Earth'.

Aroma perang kini merambah sampai ketanah air. Sekarang kita sering menyaksikan perang 

lain yang tidak kalah brutal. Memang perang ini tidak terdapat desingan peluru, dentuman bom seperti halnya yang terjadi di negeri Palestina saat ini. Namun perang ini tetap mengerikan. Perang itu bernama tawuran. Tawuran pelajar yang menyimpan misteri. Walaupun beritanya tidak begitu heboh dan viral di flatform media sosial. Bisa jadi kasus tawuran yang terjadi di kalangan generasi muda saat ini seperti diamnya gunung berapi. Sekalinya meledak membawa malapetaka bagi negerasi muda.

Baru -baru ini telah terjadi tawuran generasi muda, seperti dikutip dari laman detik.com (19/05/2024), tawuran terjadi di kawasan Perumahan Puri Indah, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan yang terlibat dalam kasus tawuran ini ada 11 orang pelajar. Ada 2 orang pelajar yang mengalami luka bacok dan dilarikan ke Puskesmas Benda Baru dan di rujukan ke RS. Tangerang Selatan. Pihak kepolisian pun mengamankan sejumlah barang bukti berupa kendaraan dan senjata tajam celurit yang digunakan pelaku. Kejadian tawuran yang sama pun tak hanya terjadi di Tangerang Selatan saja. Sebelumnya telah terjadi tawuran pelajar di Sumedang,Yogyakarta, Bogor dan yang terbaru di Jakarta Utara.

Miris, makin kesini generasi muda makin jauh dari kebaikan. Mereka menjadi generasi yang dekat dengan tindakan kriminal, sadis dan bengis. Ini akibat sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) yang diterapkan dalam kehidupan. Tawuran pelajar yang terjadi hingga saat ini, seperti sebuah film action berseri. Kejadiannya berulang-ulang. Selesai satu episode, berlanjut episode berikutnya. Kesal dan jengkel memang. Itulah benih-benih generasi preman (generasi rusak).

Melihat korbannya, orang yang masih sehat akalnya. Artinya tawuran bukanlah kenakalan, tapi tindak kriminal. Bagaimana tidak, celurit, batu, obeng, samurai telah menjadi senjata pamungkas dalam menyelesaikan persoalannya. Tawuran pelajar yang terjadi begitu marak bukanlah sebuah kenakalan. Karena setiap kejadian sudah terencana, bukan terjadi spontan, melainkan melalui perencanaan yang matang. Bahkan ada yang sengaja mengonsumsi obat-obat terlarang (Narkoba) sebelum beraksi dengan tujuan menambah keberanian dan kekuatan saat tawuran. Akibatnya tawuran makin ganas tak terkendali. Karena akal sehatnya sudah di cengkram pengaruh obat (Narkoba).

Aksi tawuran ini seringkali tidak pandang bulu, terlibat atau tidak selama berasal dari sekolah yang sama, maka harus di habisi. Tawuran sering kali menelan korban pelajar-pelajar tak berdosa. Selain itu tawuran pelajar berdampak pada psikologis remaja karena melibatkan kekerasan secara fisik maupun verbal. Seperti kata-kata kasar dan ancaman yang membuat generasi muda mengalami PTSD (Post Trauma Setres Disorder), kecemasan karena kurangnya rasa aman hingga depresi. 

Generasi muda dengan segenap fitrah dan potensi luar biasa, harusnya mengisi waktunya dengan kegiatan yang positif. Serta mampu menjaga lima perkara sebelum lima perkara, yakni masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa hidupmu sebelum kematianmu, masa luangmu sebelum masa sempitmu. Karena generasi muda merupakan agen of change (agen perubahan) sebuah perjuangan, sejarah membuktikan rahasia sukses dakwah Islam karena adanya peran pemuda pada awal dakwahnya Rasulullah saw. Sayangnya saat ini generasi muda terjebak menggunakan masa mudanya untuk aktivitas yang tak bernilai ibadah, merusak diri dan potensi. Mereka menjadi generasi muda yang tak memiliki jatidiri dan pegangan hidup. Sayang sungguh sayang, padahal masa muda adalah masa yang menentukan bagi tumbuh kembangnya potensi diri.

Jika generasi muda makin terjerumus dalam perilaku negatif seperti kenakalan remaja, tawuran, bunuh diri, penyalahgunaan narkoba, bullying atau kekerasan, ini menunjukkan kegagalan dalam mentrasfer nilai-nilai moral yang diajarkan dalam pendidikan Islam. Ketika generasi muda kehilangan etika (adab) dan moralitas dalam Islam, ini dapat menyebabkan penurunan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Generasi muda memerlukan institusi pendidikan yang memadai.Dengan pasilitas lengkap dan juga kurikulum pendidikan Islam yang dibangun berdasarkan akidah Islam. Tidak menganggap pelajar sebagai komputer yang tinggal diisi program lalu bisa beroperasi sendiri. Karena pelajar adalah manusia yang membutuhkan sentuhan agama dan kasih sayang. 

Aktivitas tawuran tidak akan berhenti tanpa adanya tindakan tegas dari negara. Karena sudah jelas bahwa aktivitas tawuran adalah aktivitas kejahatan bukan lagi kenakalan remaja. Apakah merusak sarana umum, melukai orang hingga terjadi pembunuhan adalah suatu kenakalan?. Tentu bukan lagi kenakalan remaja tetapi kejahatan.secara fisik remaja sudah masuk 'aqil baligh', yang artinya dalam pandangan syariat Islam sudah terkena ganjaran pahala dan dosa. Maka dalam pandangan Islam remaja tersebut layak dikenakan 'qishash'. Dan 'qishash' ini akan memadamkan api kemarahan dan dendam. Serta tidak ada yang berani mengulangi perbuatan yang serupa, sebab hukum di dalam Islam bersifat 'zawajir dan jawabir'. Zawajir adalah hukum Islam yang dapat mencegah terjadinya peluang-peluang kemaksiatan dan kejahatan. Jawabir adalah hukum Islam yang diterapkan di dunia akan menghapus azab Allah di akhirat kelak. 

Selama negeri ini masih menerapkan sistem sekuler dalam kehidupannya kasus tawuran dan perilaku negatif lainnya tidak dapat terselesaikan hingga tuntas sampai akarnya. Karena generasi bertakwa membutuhkan habitat masyarakat yang bertakwa. Dan hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan masyarakat yang bertakwa dan melahirkan generasi Islami bukan sistem sekuler. 

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan