Idul Adha Kembali Berbeda, Khilafah Tak Bisa Ditunda

 

🖤 Admin MKM 

Para Ulama Mujtahidin berbeda pendapat tentang satu ru'yat yang sama untuk penetapan Idul Fitri. Rukyat lokal sesuai wilayah masing-masing dianut Madzhab Syafii. Rukyat global dianut oleh Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali yaitu jika di suatu bagian bumi sudah terlihat hilal maka berlaku untuk seluruh kaum muslim sedunia.


OPINI

Oleh Fenny Susanti, S.T.

Aktivis Dakwah


MKM, OPINI_Hari Raya Idul Adha 1445 H di antara negeri-negeri muslim kembali berbeda, termasuk Indonesia. Semestinya Idul Adha bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Makkah al Mukaramah, yaitu tanggal 10 di bulan Dzulhijah.

Pemerintah Arab Saudi, sebagai Amir Makkah akan melaksakan shalat Idul Adha pada Ahad, 16 Juni 2024, sedangkan Indonesia akan melaksanakan shalat Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.

Pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2024, Mahkamah Agung Arab telah mengumumkan bahwa 1 Dzulhijah 1445 H bertepatan dengan hari Jumat, 7 Juni 2024 sehingga Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1445 H akan jatuh pada hari Ahad, 16 Juni 2024.

Wukuf di Arafah sebagai pelaksanaan puncak haji akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Juni 2024 bertepatan dengan 9 Dzulhijah 2024. Keputusan tersebut diambil setelah terlihat hilal di Arab Saudi. Hilal merupakan pertanda akhir bulan Dzulqa'dah yang juga menjadi pertanda awal bulan Dzulhijah.

Sementara Pemerintah Indonesia melalui Wakil Menteri Agama, Saiful Rahmat Dasuki dalam Konferensi Pers Sidang Isbat Penetapan 1 Dzulhijah 1445 H mengumumkan bahwa Hari Raya Idul Adha 1445 H jatuh pada hari Senin, 17 Juni 2024.

Para Ulama Mujtahidin berbeda pendapat tentang satu ru'yat yang sama untuk penetapan Idul Fitri. Rukyat lokal sesuai wilayah masing-masing dianut Madzhab Syafii. Rukyat global dianut oleh Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali yaitu jika di suatu bagian bumi sudah terlihat hilal maka berlaku untuk seluruh kaum muslim sedunia.

Sementara, khilafiyah dalam penetapan Idul Adha tidak ada. Seluruh ulama dari seluruh madzhab telah bersepakat dalam penetapan Idul Adha berdasar rukyatul hilal penetapan awal bulan Dzulhijah yang dilakukan oleh penduduk Makkah. Oleh karena itu, kaum muslimin seluruh dunia senantiasa beridul adha pada hari yang sama.

Dalam hadis Husain Ibnu Al Harits Al Jadali r.a. berkata: "Sesungguhnya Amir (Wali) Makkah pernah berkhutbah dan berkata, Rasulullah saw. mengamanatkan kepada kami untuk melaksanakan manasik haji berdasarkan rukyat. Jika kami tidak berhasil merukyat tetapi ada dua saksi adil yang berhasil merukyat maka kami melaksanakan manasik haji berdasar kesaksian keduanya." (HR. Abu Dawud dan Ad Daruquthni)

Jika dicermati perbedaan penetapan Hari Raya Idul Adha di negeri-negeri kaum muslim karena faktor fanatisme, yakni nasionalisme. Ide ini telah memecah belah persatuan umat Islam sehingga menjadi lebih dari 50 negara bangsa pasca runtuhnya Kekhilafahan Islam di tahun 1924.

Ide nasionalisme mengganti ikatan akidah Islam yang mengikat kaum muslim sedunia. Kaum muslim menjadi bersikap individualisme, mereka merasa negeri mereka terpisah dari Arab tempat dilaksanakannya haji. Mereka juga abai terhadap urusan kaum muslim di negeri lain. 

Padahal Rasulullah saw. melarang sikap yang demikian, karena termasuk ashabiyah termasuk di dalamnya perasaan fanatisme golongan, kesukuan, dan nasionalisme.

Adanya perbedaan Hari Raya Idul Adha yang masih terus terjadi seharusnya semakin menyadarkan kaum muslim untuk segera bersatu dalam satu kepemimpinan. Satu- satunya kepemimpinan yang mampu menyatukan umat Islam hanyalah Khilafah Islamiyah. Khilafah Islamiyah sudah tidak bisa ditunda lagi keberadaannya. Saat ini kondisi umat Islam sangat membutuhkan sistem aturan Islam yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw. ini,  untuk menyelesaikan berbagai problematika kehidupan yang dirasakan umat Islam di berbagai belahan dunia. Semoga di momen yang sarat pengorbanan ini mampu melahirkan kaum muslim dengan kadar keimanan yang tinggi kepada Allah swt. yang menjadi modal bagi  kemenangan Islam.

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan