Pahlawan untuk Bunda
![]() |
🖤Admin MKM |
CERPEN
Oleh Afifa Afnan
MKM_CERPEN, Setiap hari Dini melewati jalan pinggir sungai, di mana terdapat beberapa anak tangga yang menghubungkan kedua sisi jalan.
“Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima ... enam ... tujuh ... delapan ... sembilan ... sepuuuuluh.”
Terdengar celotehan gadis kecil berusia enam tahun itu dengan suara manja, menghitung anak tangga yang dilaluinya.
"Bun, Dini pintar ya berhitungnya," ucap gadis kecil itu nan manja.
"Iya, hebat anak Bunda. Sekarang sudah pintar berhitung," jawab sang bunda.
Sepanjang perjalanan Dini bercerita kepada sang bunda, kalau dia di sekolah sering diminta oleh Bu Guru untuk memimpin doa sebelum belajar, atau membawakan buku ke kantor bersama Bu Guru.
"Bunda, kemarin Bu Atin meminta tolong pada Dini untuk membantunya membawakan buku teman-teman ke kantor," celoteh Dini.
"Waah, anak Bunda hebat, ya. Sudah pintar membantu orang lain, bagus Nak, tapi ingat ketika kita membantu orang lain maka jangan meminta atau berharap imbalan dari mereka, ya!" tegas bunda pada gadis kecilnya itu.
"Baik Bunda, Dini mengerti," jawab Dini sembari membentulkan tas gendongnya.
Tidak terasa akhirnya sampai juga ke sekolah TK. Al Ihsan. Dini langsung masuk ke kelasnya dan menyimpan tas gendong miliknya di bangku warna kuning yang sudah diberi nama dirinya oleh Bu Guru Atin.
“Nak, Bunda ke pasar dulu ya. Nanti Bunda jemput lagi pas jam pulang sekolah. Ingat ya Nak, jangan pulang sebelum Bunda datang menjemput!” tegas sang bunda kepada Dini.
“Iya, baik Bunda,” jawab Dini sembari mencium takzim tangan sang bunda.
***
Cuaca siang hari ini terasa sangat panas, Dini bersama sang bunda pun berjalan sedikit cepat.
“Din, ayok jalannya agak cepat!” ajak sang bunda.
“Iya baik, Bun,” jawab Dini sembari membuka payung kecil berwarna merah muda.
Tetiba, Dini melihat seorang nenek sedang memungut buah jeruk yang berserakan di pinggir jalan. Rasa iba Dini muncul dan dengan segera dia berlari mendekati nenek itu dan membantunya mengambil jeruk yang berserakan.
“Sini, Nek, Dini bantu.” Dini mengambil beberapa jeruk dan memasukkannya ke dalam kantong kresek.
“Terima kasih, Cu, kamu baik sekali sudah mau membantu Nenek,” ucap sang nenek tersebut sembari memberikan 3 buah jeruk kepada Dini.
“Ah, Nek ga usah, Dini membantu Nenek ikhlas, kok,” jawab Dini sembari menolak dengan halus.
“Tidak apa-apa, Cu, Nenek juga ikhlas memberikan ini, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih Nenek karena sudah Dini bantu,” tegas sang nenek sembari mengelus pucuk kepala Dini. Dini pun melirik kepada sang bunda yang tersenyum dan mengangguk sebagai isyarat.
“Baiklah, terima kasih, Nek,” ucap Dini sembari mengucapkan salam dan berpamitan.
Sang bunda memuji apa yang tadi Dini lakukan kepada sang nenek, walaupun tidak kenal tapi tetap mau membantu dan memang sudah seharusnya kita membantu siapa saja yang sedang membutuhkan pertolongan.
Tidak terasa sampailah di rumah, Dini dan bunda segera membersihkan diri setelah dari luar kemudian bersiap untuk makan siang.
“Nak, setelah selesai makan kamu istirahat sebentar langsung tidur siang ya!” ucap bunda.
“Ya Bun,” jawab Dini dengan singkat.
Dini pun makan dengan lahap, diambilnya sayur sop ke dalam piring yang sudah berisikan nasi kemudian dia mengambil perkedel kentang dan memasukkan ke dalam mulutnya dengan lahap.
الْØَÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ الَّذِÙ‰ Ø£َØ·ْعَÙ…َÙ†َا ÙˆَسَÙ‚َانَا ÙˆَجَعَÙ„َÙ†َا Ù…ُسْÙ„ِÙ…ِينَ
Alhamdulillaahil ladzii ath’amanaa wasaqoonaa waja’alanaa muslimiin
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami orang-orang yang berserah diri (muslim).
Dini mengucapkan doa setelah selesai makan, kemudian dia membereskan alat-alat makannya ke tempat cuci piring.
“Nak, sudah tidak usah dicuci, biar nanti saja sekalian sama Bunda,” ucap bunda pada Dini. Tapi, Dini tidak mengindahkan ucapan bundanya itu, dia berjalan ke tempat cuci piring dengan membawa beberapa piring serta mangkuk di tangan kanan dan kirinya.
Praaang
“Nak, kamu tidak apa-apa?” tanya sang bunda khawatir.
“Tidak, Bun, hanya saja salah satu piringnya ada yang pecah,” jawab Dini dengan suara lirih.
Dengan kepala tertunduk Dini segera meminta maaf pada sang bunda yang berada di hadapannya, sembari memeluk sang bunda Dini pun terisak.
“Iya tidak apa-apa kok, Bunda tidak marah. Bunda tahu kamu ingin membantu Bunda dengan membersihkan alat-alat makan ini, tapi kamu juga harus tahu jika sesuatu yang kamu kerjakan itu di luar kemampuan kamu, alangkah baiknya jika kamu tidak melakukannya,” ucap bunda sembari menenangkan anak semata wayangnya itu.
“Iya, Bunda, maafkan Dini yang tidak mendengarkan ucapan Bunda,” timpal Dini sembari menghapus air matanya.
Sang bunda tersenyum hangat sembari memeluk erat Dini dan mengecup pucuk kepalanya.
Tamat
Komentar
Posting Komentar