UKT, Penghalang Indonesia Menuju Negara Maju

 

🖤 Admin MKM 

Tentunya hal ini menjadi masalah serius bagi negara. Ditambah sebentar lagi negeri ini mendapat bonus demografi. Bukankah negeri ini juga akan membentuk negara maju? Sebagai persyaratan menuju negara maju adalah negara yang mandiri, menguasai di segala bidang, yaitu sains teknologi. Serta jumlah pengangguran dan buta huruf pun rendah.

OPINI 

Oleh Rati Suharjo 

Pegiat Literasi AMK


MKM, OPINI_Memasuki tahun ajaran baru 2024-2025 perguruan tinggi dikejutkan dengan mahalnya biaya uang kuliah tunggal (UKT). UKT yang dikenakan tiap 6 bulan tersebut, membuat mereka melakukan aksi. Seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, jumlahnya sekitar 300 orang lebih. Mereka melakukan aksi di halaman gedung rektorat Universitas Brawijaya.

Begitu juga tidak ketinggalan aksi dilakukan oleh mahasiswa Universitas Riau. Sebanyak ribuan mahasiswa telah melakukan aksi di depan gedung rektorat. Mereka mendesak untuk mencabut putusan Uang Kuliah Tunggal (UKT) tahun 2024. (cakaplah.com, 16/5/2025)

Mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) membuat calon mahasiswa (Siti Aisyah) mengundurkan diri. Padahal Siti telah lolos Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Bukan hanya Siti yang mengundurkan diri, akan tetapi sebanyak 50 calon mahasiswa Universitas Riau ikut mengundurkan diri. (kompas.com, 20/5/2024)

Di tengah kepanikan biaya UKT, Sekjen Kemendikbud Ristek, Tjitjik Tjahjandarie justru menyampaikan pernyataan tak masuk akal. Yaitu pendidikan tinggi sifatnya tersier. Artinya, pendidikan tinggi negeri hanya dilakukan bagi generasi yang mempunyai keinginan semata. 

Sungguh, pernyataan tersebut membuktikan bahwa pemerintah tidak serius dalam melayani rakyatnya. Padahal pendidikan tinggi sangat dibutuhkan bagi maju mundurnya bangsa. Bagaimana tidak, jika generasi hanya sampai 12 tahun belajarnya, akan mempersulit hidup mereka.

Di mana rata-rata saat ini untuk mencari pekerjaan adalah bergelar sarjana. Bukankah saat ini fakta membuktikan, bahwa anak lulus 9 tahun susah mencari pekerjaan? Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini generasi sangat mengkhawatirkan. Terdapat 9,9 juta generasi Z tidak kuliah dan tidak bekerja.

Tentunya hal ini menjadi masalah serius bagi negara. Ditambah sebentar lagi negeri ini mendapat bonus demografi. Bukankah negeri ini juga akan membentuk negara maju?

Sebagai persyaratan menuju negara maju adalah negara yang mandiri, menguasai di segala bidang, yaitu sains teknologi. Serta jumlah pengangguran dan buta huruf pun rendah.

Tentunya cita-cita tersebut butuh kerja sama pemerintah dan masyarakat. Negara memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat untuk menghasilkan para ilmuwan. Bukan menyerahkan biaya pendidikan kepada rakyatnya. Apalagi rakyat bukan hanya menanggung biaya pendidikan semata, akan tetapi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan pangan, kesehatan, dan papan.

Permasalahan ini tidak lepas dari kebijakan yang diterapkan di negeri ini, yakni kapitalisme. Kapitalisme membuat negara tidak maksimal dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Seperti menyediakan sekolah gratis hingga perguruan tinggi, dan kebijakan lain yang memihak kepada rakyat.

Rakyat yang seharusnya mendapat pelayanan negara tersebut, kini berbanding terbalik, yakni melayani negara melalui penarikan pajak. Hampir di segala bidang, rakyat dibebani dengan pajak. Pasalnya pajak adalah salah satu pendapatan negara. Otomatis kebijakan ini menyengsarakan rakyat. 

Permasalahan ini harus segera diatasi, agar cita-cita membentuk negara maju segera tercapai. Apalagi negeri ini telah mempunyai sumber daya manusia dan sumber daya alam yang melimpah ruah. 

Solusinya adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Dalam Islam, negara akan memaksimalkan melayani rakyat. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. bahwa,

"Imam adalah pelayan bagi rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam laksana penggembala kambing. Dia akan memenuhi segala yang dibutuhkan rakyatnya. Dalam Islam banyak sumber-sumber pendapatan negara. Seperti fa'i, jizyah, ghanimah, dan segala sumber daya alam.

Harta-harta tersebut dikelola oleh negara untuk melayani rakyatnya secara gratis, baik kesehatan, pendidikan, papan, dan yang lain. Dalam negara yang menerapkan Islam yaitu Khilafah akan mendorong rakyatnya untuk belajar setinggi-tingginya. Pasalnya, pendidikan tinggi akan berwawasan intelektual yang mampu berdaya saing dengan luar negeri.

Untuk itu, pendidikan termasuk kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan melahirkan sosok para ilmuwan. Seperti Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Al Jabar, dan lainnya.

Rakyat akan terus didorong mencari ilmu setinggi-tingginya. Sebagaimana firman Allah Swt. yang mewajibkan mencari ilmu. Dalam Al-Qur'an surah Al-Mujadalah ayat 11 dijelaskan bahwa:

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis," maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu."

Begitu juga hadis Rasulullah saw., 

"Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagiaan akhirat, tuntutlah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu. Baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dengan demikian untuk membentuk negara maju yang mampu berdaya saing dengan luar negeri, harus mengubah penerapan kapitalisme menjadi Islam kafah dalam bingkai Daulah Islamiyyah. 

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan