Anak Yatim Perlu Dilindungi Bukan Hanya Diajak Rekreasi

 

🖤 Admin MKM 

Kapitalisme meniscayakan peran penguasa atau negara dalam mengurus rakyatnya terutama dalam memperhatikan dan mengurus anak-anak yatim. Kapitalisme memandang pengurusan akan dilakukan jika menghasilkan keuntungan semata. Maka akan menjadi sebuah mimpi bagaimana anak-anak yatim dan anak terlantar bisa sejahtera apalagi tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Mereka hanya menunggu uluran tangan orang-orang dermawan ataupun para komunitas yang peduli dengan keberadaannya.

OPINI 

Oleh Ummu Nasywa

Member AMK dan Pegiat Literasi


MKM, OPINI_Dalam menyambut hari Bhayangkara ke-78, Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo melalui Kasat Intelkam Polresta Bandung, Kompol Sosialisman Muhammad Natsir, sengaja mengadakan acara berbagi kebahagiaan bersama puluhan anak yatim dari Panti Asuhan Baraya, Kabupaten Bandung. Anak-anak diajak bermain untuk merasakan berbagai wahana yang ada di mall wilayah Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Selain itu mereka juga diberikan santunan dan bingkisan. (Jabar.tribunnews.com, 24/06/2024)

Selain mereka, masih banyak anak yang kurang beruntung lainnya. Bukan hanya tidak punya orang tua, keluarga, kerabat, tapi juga tidak mendapat perlindungan negara. Sungguh, mereka haus kasih sayang, perhatian serta pengayoman terutama batita, balita dan anak-anak. Memang, beberapa anak-anak yatim dan terlantar ada yang masih tinggal dengan orang terdekatnya/wali, bahkan banyak juga berada di yayasan-yayasan panti sosial.

Dalam pandang masyarakat Indonesia, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya dalam kondisi belum baligh, sedangkan anak piatu ialah anak yang ditinggal wafat ibunya, maka anak yatim piatu berarti anak yang ditinggal wafat bapak ibunya, dan anak-anak terlantar adalah anak-anak yang ditelantarkan atau tidak diurus orang tua maupun saudaranya. Peranan penting ini seharusnya diambil alih oleh keluarga terdekatnya atau negara.

Bagaimana pun mereka merupakan bagian dari generasi penerus estafet peradaban yang butuh untuk diperhatikan keberadaannya. Negara bukan hanya memberikan rekreasi saja tapi seluruh kebutuhannya perlu diperhatikan dengan baik. Tentu masih banyak anak-anak yatim dan terlantar di luar sana yang belum tersentuh bantuan atau perhatian dari individu, komunitas maupun negara.

Padahal sebagaimana kita pahami bahwa dalam UUD 1945 pasal 34 menjelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Di mana fakir miskin, dan anak-anak terlantar masih menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia. Perkirakan jumlah anak terlantar di Indonesia mencapai 4,1 juta jiwa. Di Indonesia pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen). Data anak terlantar di Dinas Sosial Propinsi Riau tercatat 3.517 jiwa anak terlantar pada tahun 2017. Sedangkan data fakir miskin di Dinas Sosial Provinsi Riau tercatat sebanyak 303.438 jiwa pada tahun 2017. (www.neliti.com, 01/06/2019)

Oleh karena itu, sudah seharusnya mereka dijamin kesejahteraan hidupnya tetapi akan sangat sulit dalam negara yang menerapkan kapitalisme. 

Kapitalisme meniscayakan peran penguasa atau negara dalam mengurus rakyatnya terutama dalam memperhatikan dan mengurus anak-anak yatim. Kapitalisme memandang pengurusan akan dilakukan jika menghasilkan keuntungan semata. Maka akan menjadi sebuah mimpi bagaimana anak-anak yatim dan anak terlantar bisa sejahtera apalagi tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Mereka hanya menunggu uluran tangan orang-orang dermawan ataupun para komunitas yang peduli dengan keberadaannya.

Di samping ada peran negara yang menjamin keamanan serta kesejahteraan anak, Islam juga memberikan kesempatan individu dan komunitas untuk memuliakan anak-anak yatim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang menyantuni anak yatim, baik dia anak sendiri atau bukan, maka dia dan aku di surga seperti ini." dan Rasulullah saw. mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya, dan beliau beri jarak di antara keduanya.

Islam mengajarkan tentang empati kepada sesama, salah satunya dengan memberikan bantuan kepada anak-anak kurang beruntung serta menyayangi mereka. Allah Swt. berfirman:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (TQS. Al-Ma'un: 1-7)

Dalam pandangan Islam kedudukan istimewa anak yatim ini ditunjukkan dari hak-haknya yaitu sebagai berikut: Pertama) Diperlakukan dengan baik, Kedua) Kecukupan makan dan kebutuhan hidup, Ketiga) Perlindungan, Keempat) Pendidikan, dan Kelima) Hak Harta.

Menyayangi anak yatim dalam Islam merupakan bentuk perbuatan yang diutamakan. Adapun keutamaan menyayangi anak yatim adalah sebagai berikut: Pertama) Mendapat kesempatan menjadi sahabat Rasulullah saw. di surga, Kedua) Mendapat pahala yang besar bagi pengasuh anak yatim sebagaimana hadis Rasulullah di atas, Ketiga) Mendapat predikat al Abror (saleh atau taat kepada Allah), Keempat) Terhindar dari siksa di akhirat, dan Kelima) Investasi amal untuk akhirat.

Dalam Islam, anak-anak yatim adalah tanggung jawab negara, sehingga semua kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik, tidak hanya kebutuhan rekreasi saja seperti bermain tetapi seluruh kebutuhan hidupnya sampai masa baligh.

Dalam Islam, individu dan komunitas diberi kesempatan untuk juga memuliakan anak-anak yatim, karena tentu saja semuanya ingin berlomba-lomba menunjukkan amal terbaiknya untuk menggapai pahala serta rida Allah.

Anak-anak terjaga dan sejahtera hanya saat Islam dan institusinya ada di tengah mereka. Maka sudah seharusnya semua kaum muslim memperjuangkan hal ini agar nasib anak yatim atau terlantar mendapat perhatian yang semestinya. Baik dari individu, masyarakat, atau negara.

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan