Katanya si Paling Tau Hijrah? Pasti Ngerti!

 

๐Ÿ–ค Admin MKM 

Tahun baru Hijriah itu identik banget dengan peristiwa hijrah Nabi saw. Menurut Said bin Musayyib r.a., yang pertama kali usul supaya peristiwa hijrah Nabi saw.—saat beliau cabut dari negeri syirik (Makkah) ke darul Islam (Madinah)—jadi awal perhitungan kalender Hijriah adalah Ali bin Abi Thalib r.a. Nah, yang usul supaya Muharam jadi bulan pertama tahun Hijriah adalah Utsman bin Affan r.a. Akhirnya, Khalifah Umar bin al-Khaththab r.a. setuju dan bilang, "Oke, deal!"

OPINI 

Oleh Fadia Nur Amalia

Aktivis Muslimah


MKM, OPINI_Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir, menjelaskan bahwa bulan Muharam adalah momen hijrah. "Hijrah yang dimaksud adalah perpindahan Kanjeng Nabi Muhammad saw. bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah," jelas Kiai Afif kepada NU Online, Rabu (10-7-2024) malam.

Menurut Kiai Afif, Makkah waktu itu enggak cocok buat dakwah, ibarat main bola di lapangan yang penuh batu. "Rasulullah saw. enggak mau jadi pemberontak di Makkah. Jadi, ada instruksi dari Allah Swt. buat hijrah ke Madinah, kayak move on ke tempat yang lebih mendukung," jelasnya. Setelah pindah, akhirnya perang yang tadinya dilarang jadi diizinkan, tetapi cuma buat mempertahankan negara. Jadi, bukan asal gebuk-gebukan.

Kiai Afif juga menyebut bahwa hijrah zaman now enggak perlu pindah kota, cukup pindah kebiasaan. "Hijrah sesungguhnya itu dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik. Jadi, enggak perlu pindah alamat, cukup pindah sikap aja," katanya sambil bercanda. "Ingat, nabi bilang setelah penaklukan Makkah enggak ada lagi hijrah fisik, yang penting hijrah hati," pungkasnya. (Nu.or.id, 12-07-2024)

Memang apa sih yang dimaksud hijrah yang benar itu? Apa sih sejarah dari hijrah itu? Jadi gini, tahun baru Hijriah itu enggak sekadar ganti kalender, tetapi ada cerita keren di baliknya!

Tahun baru Hijriah itu identik banget dengan peristiwa hijrah Nabi saw. Menurut Said bin Musayyib r.a., yang pertama kali usul supaya peristiwa hijrah Nabi saw.—saat beliau cabut dari negeri syirik (Makkah) ke darul Islam (Madinah)—jadi awal perhitungan kalender Hijriah adalah Ali bin Abi Thalib r.a. Nah, yang usul supaya Muharam jadi bulan pertama tahun Hijriah adalah Utsman bin Affan r.a. Akhirnya, Khalifah Umar bin al-Khaththab r.a. setuju dan bilang, "Oke, deal!"

Hijrah ke Madinah memang baru kejadian di bulan Safar, tetapi tekad buat hijrah sudah muncul sejak bulan Muharam. Ini karena pada bulan Zulhijah, ada peristiwa Baiat Aqabah II. Waktu itu, kaum muslim dari Madinah sudah siap sedia melindungi Nabi saw. dan menjadikan Madinah sebagai tujuan hijrah serta pusat kekuasaan Islam. Sejak saat itu, dunia terbagi jadi dua, darul Islam (negara Islam) dan darul kufr atau dar asy-syirk (negara kufur/negara syirik).

Khalifah Umar bin al-Khaththab r.a. juga punya alasan kenapa hijrah Nabi saw. dijadikan awal perhitungan kalender, "Kita bakal menghitung penanggalan berdasarkan hijrah Rasulullah, soalnya hijrah beliau itu sudah memisahkan antara kebenaran dan kebatilan." Jadi, ingat ya, hijrah itu bikin perbedaan besar, bukan cuma soal pindah tempat doang!

Makkah yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. dan kaum muslim saat itu adalah negeri dengan aturan jahiliah yang kacau balau. Bayangkan aja, masyarakat Arab jahiliah di Makkah mempertahankan gaya hidup mereka yang penuh syirik, perdukunan, takhayul, judi, riba, perzinaan, kecurangan dalam perdagangan, ketimpangan ekonomi, penindasan perempuan, dan fanatisme kesukuan. Kayak klub malam yang serba ada, cuma versi zaman dahulu. Mereka juga memusuhi Islam karena Rasulullah saw. datang dengan aturan baru yang berbeda total, melarang pelacuran, membunuh bayi perempuan, riba, curang dalam perdagangan, miras, dan judi. Wajar aja kalau para pembesar Quraisy jadi frustasi banget dan merasa terancam.

Rasulullah saw. pun mulai mendakwahi kabilah di luar Makkah dan berdoa agar Allah Swt. memberi kekuasaan yang bisa mendukung dakwah Islam. Akhirnya, hijrah ke Madinah bukan buat kabur atau menyendiri, tetapi buat menegakkan negara dengan sistem kehidupan Islam. Madinah jadi negara Islam pertama sekaligus markas besar dakwah. Dari situ, kekuasaan Islam tersebar luas. Bahkan sampai wafatnya Rasulullah saw., kekuasaan negara Islam sudah mencakup seluruh Jazirah Arab. Umat manusia berbondong-bondong masuk Islam karena terpesona dengan keadilan dan kemuliaan ideologi Islam.

Hal yang perlu kita perhatikan adalah kondisi jahiliah tidak cuma milik masa lalu, tetapi bisa nongol kapan aja termasuk di zaman now. Jahiliah adalah kondisi yang bertentangan dengan syariat Islam. Ternyata, keadaan ini masih eksis bahkan di negeri mayoritas muslim. Allah Swt. sudah memberi warning dalam Al-Qu'ran (QS. Al-Maidah [5]: 50) soal hukum jahiliah ini. Menurut As-Sa’di dan Imam al-Hasan al-Bashri, hukum jahiliah adalah semua aturan yang beda dengan apa yang Allah turunkan. Sayangnya, sistem jahiliah modern berbentuk sekularisme liberalisme sekarang ini bikin ajaran Islam jadi seperti pajangan di museum, cuma urusan ibadah, akhlak, dan keluarga aja.

Umat saat ini wajib banget melakukan perubahan total, meninggalkan segala hal yang Allah Swt. larang dan beralih ke ketaatan total kepada-Nya. Bukan cuma hijrah secara pribadi dengan memperbaiki ibadah dan akhlak, tetapi umat harus diseru untuk menjalankan syariat Islam secara total. 

Pelaksanaan syariat Islam secara kรขfah adalah bukti keimanan dan ketaatan total kita di hadapan Allah Swt. 

Allah Swt. berfirman:

ูَู„َุง ูˆَุฑَุจِّูƒَ ู„َุง ูŠُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ุญَุชَّู‰ٰ ูŠُุญَูƒِّู…ُูˆูƒَ ูِูŠู…َุง ุดَุฌَุฑَ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ ุซُู…َّ ู„َุง ูŠَุฌِุฏُูˆุง ูِูŠ ุฃَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ ุญَุฑَุฌًุง ู…ِู…َّุง ู‚َุถَูŠْุชَ ูˆَูŠُุณَู„ِّู…ُูˆุง ุชَุณْู„ِูŠู…ًุง

Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan dalam hati mereka sesuatu keberatan apa pun atas putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa’ [4]: 65)

Namun, pelaksanaan syariat Islam secara total enggak bakal terlaksana tanpa institusi negara. Berbagai kemungkaran enggak akan hilang tanpa ada kekuatan hukum yang dijalankan negara. 

Jadi, umat harus sadar bahwa hanya eksistensi negara Islam atau Khilafah Islam yang akan menerapkan aturan-aturan Allah Swt. Kita bareng-bareng dukung perubahan ini, biar hidup kita enggak kayak kaset rusak yang terus mengulang kesalahan yang sama.

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan