Kejutan Ultah Berujung Maut, Sampai Kapan Terus Berulang?
![]() |
🖤 Admin MKM |
Budaya ulang tahun sebenarnya berasal dari Yahudi dan Nasrani, karenanya jelas aktivitas yang terdapat di dalamnya bertentangan dengan Islam. Namun, meski bukan budaya Islam, banyak remaja muslim yang melakukannya. Hal ini karena banyak remaja muslim yang tidak mengenal ajaran agamanya sendiri.
OPINI
Oleh Arda Sya'roni
Aktivis Muslimah
MKM, OPINI_Tren kejutan ulang tahun kembali memakan korban. Kali ini korban adalah Fajar Nugroho seorang Ketua OSIS di SMA Negeri 1 Cawas, Kabupaten Klaten. Fajar meninggal dunia usai diceburkan ke kolam oleh teman-temannya saat merayakan ulang tahun pada Senin (08/07/2024) siang. Dikabarkan saat itu korban diberi tepung lalu diceburkan dalam kolam taman secara beramai. Diduga korban tidak bisa berenang dan memegang pralon di atas kolam yang dialiri listrik sehingga korban tersetrum lalu meninggal dunia. (Kompas.tv 11/7/2024).
Kasus kejutan ulang tahun ini, bukan hanya kali ini terjadi. Telah banyak kasus kejutan ulang tahun yang membawa korban di berbagai negara. Di Indonesia sendiri kasus serupa juga pernah terjadi, seperti kasus Sandi di Tangerang yang diikat di tiang listrik kemudian diguyur air. Ada pula kasus seorang remaja putri di Tebing tinggi yang dilempar telur busuk sehingga menyebabkan kebutaan pada matanya. Dan masih banyak kasus lain yang serupa. Mengapa kejutan yang seperti ini, masih saja dilakukan meski telah banyak memakan korban?
Fakta Perilaku Remaja Saat Ini
Budaya ulang tahun sebenarnya berasal dari Yahudi dan Nasrani, karenanya jelas aktivitas yang terdapat di dalamnya bertentangan dengan Islam. Namun, meski bukan budaya Islam, banyak remaja muslim yang melakukannya. Hal ini karena banyak remaja muslim yang tidak mengenal ajaran agamanya sendiri. Padahal dalam sebuah hadis disebutkan, “Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
Hal ini merupakan salah satu dampak sistem kapitalis yang rusak dan merusak. Remaja yang semestinya menjadi tonggak suatu bangsa karena potensi yang dimilikinya, malah berpotensi melakukan kriminalitas. Hal ini karena tidak adanya pemikiran matang pada diri remaja serta tidak adanya kesadaran bahwa konsekuensi dari tindakannya akan berdampak pada kehidupan akhiratnya.
Sistem kapitalis akan melahirkan remaja yang hanya mengenal kesenangan dunia, bersifat konsumtif, malas berpikir, tidak bertanggung jawab, dan labil. Mereka tidak dipahamkan dengan pemikiran yang benar serta tidak dipahamkan pada konsekuensi sebuah amal. Dengan demikian, mereka tidak berpikir halal haram serta baik buruknya sebuah perbuatan di mata Allah.
Solusi Islam
Islam bukan hanya sebagai agama yang mengatur ibadah semata. Namun, Islam adalah sebuah ideologi yang mengatur seluruh kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Islam tak hanya mengatur urusan hablum minallah (hubungan dengan Allah), tetapi juga hablum minafsi (hubungan dengan diri sendiri), dan hablum minannaas (hubungan antarmanusia).
Pada hubungan antarmanusia sistem Islam akan memberikan aturan tegas pada semua lini kehidupan baik di segi pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Pada pendidikan Islam, akidah akan benar-benar ditanamkan pada diri anak didik sebelum pengetahuan umum lainnya diberikan. Karena pemahaman Islam telah diberikan sejak dini, maka remaja dapat memahami benar resiko dari perbuatannya sehingga mereka sadar betul dengan tindakan mereka. Mereka melandaskan aktivitas mereka dengan perintah dan larangan Allah, halal dan haramnya, serta baik dan buruknya di sisi Allah.
Dengan penerapan sistem pendidikan Islam semacam ini, wajarlah bila ilmuwan muslim banyak terlahir di masa kejayaan Islam. Islam memandang bahwa pendidikan sangatlah penting karena adanya kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim. “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.” (HR. Ibnu Abdulbari). Karenanya telah banyak cendekia muslim dan tokoh remaja muslim yang mengukir tinta emas di masa kejayaan Islam. Sebut saja Al Fatih yang telah membebaskan Konstantinopel di usia 22 tahun, Al Qasim yang menaklukkan India di usia 17 tahun, Usamah bin Said yang telah memimpin pasukan di usia 18 tahun, Said bin Tsabit sebagai penulis wahyu di usia 13 tahun dan masih banyak lagi.
Islam sebagai rahmatan lil 'alamiin akan terwujud nyata bukan hanya cerita utopis, jika Islam diterapkan dalam kehidupan. Tidak ada lagi, aktivitas nirfaedah dari remaja karena mereka paham betul akibat dari tindakannya. Baik itu akibat yang akan dihasilkan ketika masih di dunia, maupun akibat yang akan dipetik di akhirat kelak.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar