Negara Celaka Akibat Marak Anak Durhaka
![]() |
🖤 Admin MKM |
Maraknya anak durhaka belakangan ini tidaklah datang tanpa sebab. Hal ini timbul akibat pola pikir sekuler yang menjadi gaya hidup masyarakat. Tak pelak imbasnya pun sampai kepada kaum muslim. Tidak sedikit muslim yang menjadi terbiasa hidup bebas sesuai dengan kehendak pribadinya, tanpa memperhatikan aturan agama dalam kehidupannya. Begitu pula ketika mereka membangun sebuah keluarga. Dalam pemahaman mereka, anak hanya merupakan investasi materi bagi kedua orang tuanya di kala senja. Padahal sejatinya, investasi luar biasa itu adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh menjadi "way of life" dalam kehidupan.
OPINI
Oleh Hany Handayani Primantara, S.P.
Pendidik Generasi
MKM, OPINI_Jika dulu ada tokoh Malin Kundang sebagai anak durhaka dalam cerita rakyat, sekarang justru makin marak sosok Malin Kundang di dunia nyata. Bahkan prilakunya jauh lebih sadis dari sekadar cerita rakyat.
Seperti yang terjadi di wilayah Duren Sawit Jakarta Timur, seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot. Usut punya usut ternyata pelakunya adalah dua anak kandungnya sendiri, yakni anak berinisial K yang masih berusia 17 tahun dan anak berinisial P yang berumur 16 tahun. Mereka tega membunuh ayahnya karena sakit hati, dimarahi korban ketika kedapatan mencuri uang korban. (liputan6.com, 23/06/24)
Makin geram dan miris lagi ketika mendengar berita yang menyayat hati, sebagaimana kasus yang terjadi di Lampung. Seorang anak kesal karena diminta mengantar ayahnya ke kamar mandi. Hingga akhirnya tega habisi ayahnya yang tengah menderita stroke itu. (enamplus.liputan6.com, 23/06/24)
Dua berita di atas merupakan sebagian kecil kasus yang terjadi di masyarakat. Karenanya kita patut bertanya, "Ada apa dengan anak-anak kita saat ini? Mengapa begitu mudah tersulut emosi hingga tega berbuat keji kepada orang tuanya sendiri?" Pada hewan saja kita sebagai muslim dianjurkan untuk berbuat baik, apatah lagi kepada kedua orang tua yang sejatinya adalah sumber pahala dan surga kita.
Mengenali Sebab Anak Durhaka
Maraknya anak durhaka belakangan ini tidaklah datang tanpa sebab. Hal ini timbul akibat pola pikir sekuler yang menjadi gaya hidup masyarakat. Tak pelak imbasnya pun sampai kepada kaum muslim. Tidak sedikit muslim yang menjadi terbiasa hidup bebas sesuai dengan kehendak pribadinya, tanpa memperhatikan aturan agama dalam kehidupannya. Begitu pula ketika mereka membangun sebuah keluarga. Dalam pemahaman mereka, anak hanya merupakan investasi materi bagi kedua orang tuanya di kala senja. Padahal sejatinya, investasi luar biasa itu adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh menjadi "way of life" dalam kehidupan.
Sekularisme melahirkan anak-anak miskin iman buah dari pola pendidikan sekuler. Mereka tumbuh dengan menganggap, bahwa hubungan orang tua dan anak sebatas transaksional antarmitra. Mereka bersikap baik ketika ada imbalan. Namun saat konflik datang, tidak segan memutuskan hubungan melalui jalan keji dan haram. Akibatnya anak tidak mampu mengontrol emosi, apatah lagi mengendalikan diri. Jiwa mereka rapuh dan kosong.
Tuntunan bagaimana berbakti pada kedua orang tua untuk membahagiakan mereka (birul walidain), dalam sistem pendidikan sekuler tidaklah harus dipahami dan tidaklah menjadi orientasi. Oleh karenanya lahirlah generasi rusak serta merusak, bahkan sampai durhaka kepada orang tuanya.
Di sinilah letak kegagalan sistem hidup kapitalisme dalam memanusiakan manusia. Fitrah dan akal mereka tidak terpelihara. Kapitalisme telah menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya, yaitu sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta.
Tidak berakhir sampai di situ, maraknya anak durhaka berpengaruh besar terhadap kebangkitan sebuah negara. Sejarah mencatat, bahwa negara bangkit tidak pernah terwujud dari anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya. Justru negara akan celaka akibat maraknya anak durhaka. Anak merupakan aset terbesar suatu negara. Di pundak mereka kelak akan dipikul amanah pengelolaan negara yang sesuai dengan petunjuk dari Allah Swt. Tuhan semesta alam.
Agar Anak Tidak Durhaka
Kehidupan Islam mengondisikan agar anak menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam. Yakni kepribadian yang berlandaskan akidah Islam dan nafsiah Islam. Islam mendidik agar anak berbakti dan hormat kepada orang tuanya. Jangankan tega membunuh, berbicara dengan nada tinggi kepada kedua orang tua saja Islam melarang. Sedemikian besar perhatian dan penghormatan Islam terhadap orang tua.
Dalam Al-Qur'an surat Al Isra ayat 23-24, Allah Swt. telah memberikan pedoman bagaimana memperlakukan kedua orang tua. "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
Islam mengajarkan agar setiap muslim mampu mengendalikan emosi sebagai bagian pengendalian diri. Selain itu Islam pun mempunyai mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal melalui tindakan preventif dan kuratif. Tindakan preventif salah satunya adalah dengan menerapkan norma-norma umum adab birul walidain terhadap kedua orang tua. Dengan demikian, maka timbul rasa hormat sekaligus kasih sayang pada mereka. Sedangkan tindakan kuratifnya adalah dengan penerapan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan.
Ketika kedua tindakan tersebut dilakukan secara intensif, fenomena anak durhaka bisa ditekan dan diminimalisir. Itulah kehebatan Islam yang terbukti mampu membuat jera dan mencegah semua bentuk kejahatan, termasuk di dalamnya tindak kekerasan anak kepada orang tua alias durhaka. Pada akhirnya negara pun bisa dibangun oleh anak-anak yang dididik dengan landasan akidah Islam. Mereka akan menjadi hamba yang taat terhadap syariat, berbakti dan hormat kepada kedua orang tua, dan mampu mewujudkan peradaban gemilang.
Wallahualam bishawab.
Komentar
Posting Komentar