Pendapatan Pajak Naik, Pertanda Ekonomi Semakin Baik?

 

🖤 Admin MKM 

Pendapatan pajak mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan kegiatan ekonomi. Semakin maju perekonomian suatu negara maka peranan pajak juga semakin besar. Efisensi sistem perpajakan menunjukkan besaran penerimaan pajak yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimaksud meliputi kuantitas dan kualitas aparatur pajak (fiskus), institusi (lembaga) pajak, sistem pemungutan pajak, dan reformasi di bidang perpajakan. Dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, maka hal ini dapat merealisasikan target penerimaan pajak yang tercantum dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).


OPINI 

Oleh Esty Zakaria

Pegiat Literasi


MKM, OPINI_Pajak, sebuah kata yang tidak asing di tengah-tengah masyarakat saat ini. Ketika bertransaksi jual beli, baik kebutuhan pokok, sembako, bahan bangunan, tanah, dan yang lainnya, tidak lepas dari pungutan yaitu pajak. Sebagai sumber pendapatan utama pembangunan nasional, pajak senantiasa menjadi penopang program pemerintah seperti pembangunan infrastruktur sekolah, rumah sakit, penyediaan transportasi umum, pemberian subsidi, pertahanan, dan pelayanan publik lainnya. 

Hari Minggu, tanggal 14 Juli 2024 lalu, Indonesia memperingati hari pajak nasional. Pada acara spektakuler 2024 di Plaza Tenggara GBK, Menteri Keuangan (MenKeu) Sri Mulyani, sumringah ketika mendapati angka penerimaan pajak terus naik secara signifikan. Sejak 1983 penerimaan pajak sebesar Rp13 triliun, pada tahun 2000

Rp400 triliun, hingga mencapai target Rp1.988,9 triliun pada tahun ini. Oleh karena itu, jika pendapatan pajak naik maka perekonomian pun akan semakin baik (cnnindonesia.com, 14/07/2024).

Apakah dengan naiknya pendapatan pajak, maka pertumbuhan ekonomi suatu negara memang akan semakin baik? Dalam perekonomian kapitalisme, dikenal dengan teori pertumbuhan endogen. Teori ini merupakan model ekonomi yang dapat menilai hubungan dan pengaruh perpajakan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendapatan pajak mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan kegiatan ekonomi. Semakin maju perekonomian suatu negara maka peranan pajak juga semakin besar. Efisensi sistem perpajakan menunjukkan besaran penerimaan pajak yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimaksud meliputi kuantitas dan kualitas aparatur pajak (fiskus), institusi (lembaga) pajak, sistem pemungutan pajak, dan reformasi di bidang perpajakan. Dengan memaksimalkan  sumber daya yang ada, maka hal ini dapat merealisasikan target penerimaan pajak yang tercantum dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Namun, sumber daya yang didorong untuk menaikkan pendapatan pajak tampak tebang pilih. Pada saat rakyat dipaksa untuk taat pajak, dengan banyaknya pembiayaan pajak seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), maka diprediksi akan naik pula Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12%. Sedangkan di sisi lain ada tax amnesty (pengampunan pajak) terhadap pengusaha-pengusaha kaya raya. Pada akhirnya rakyat yang menjadi korban pemalakan. Itulah pajak pada sistem kapitalis, melihat segala potensi yang dapat dikenakan pajak. Dengan argumen untuk mendorong pembangunan, tetapi rakyat tetap hidup dalam kesengsaraan. Pertumbuhan ekonomi pun hanya dilihat dari ratio pendapatan perkapita bukan kesejahteraan yang merata.

Sedangkan dasar ekonomi di dalam Islam, mengatur kegiatan ekonomi sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt. Oleh karena itu, dalam Islam pajak bukanlah sumber pendapatan utama dalam pembangunan suatu negara. Pajak (dharibah) hanya akan dipungut ketika kas negara (baitulmal) dalam keadaan kosong. Pajak pun akan dipungut hanya kepada warga kaya yang laki-laki saja. Warga yang tidak memiliki harta, atau dalam keadaan pas-pasan, maka tidak akan ditarik pajak.

Adapun sumber pemasukan di dalam Islam, pertama dari anfal, ganimah, fai, dan khumus. Anfal dan ganimah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang didapatkan oleh kaum muslim dari harta orang kafir melalui perang di medan pertempuran. Harta tersebut seperti uang, senjata artileri, barang dagangan, bahan pangan, dan lainnya. Sedangkan harta fai sendiri adalah segala sesuatu yang dikuasai kaum muslimin dari orang kafir tanpa pengerahan pasukan dan tanpa kesulitan, atau tanpa melalui peperangan. Khumus adalah seperlima bagian yang diambil dari ganimah. Seluruh harta ini dapat diperoleh ketika adanya peperangan dengan negara kafir harbi.

Pemasukan yang kedua adalah kharaj, yaitu hak atas tanah bagi kaum muslim yang diperoleh dari orang kafir baik lewat peperangan maupun perjanjian damai. Tetap berlaku status tanah kharaj ini,  meskipun pemiliknya menjadi muslim. Ketiga, jizyah yaitu harta kaum muslim yang diberikan Allah Swt. dari orang-orang kafir karena  ketundukan mereka terhadap Islam.

Keempat adalah harta milik umum, yaitu harta yang ditetapkan kepemilikannya oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya untuk kaum muslim.  Setiap warga boleh mengambil manfaatnya tetapi tidak boleh memilikinya secara individu. Oleh karena itu, dari kepemilikan umum inilah pendapatan utama bagi baitulmal. Harta milik umum ini meliputi minyak bumi, gas alam, tambang emas, uranium, timah, batu bara, bijih besi, hutan, laut, perairan, dan kekayaan alam hayati lainnya.

Masih banyak sumber pemasukan lain bagi Islam, seperti usyr, harta milik negara, harta tidak sah dari para penguasa dan pegawai negara, harta hasil usaha yang terlarang dan denda, harta orang murtad, zakat, harta yang tidak ada ahli warisnya, barang temuan, dan barang tambang.

Penerapan ekonomi Islam dalam bingkai negara akan mampu menghasilkan kesejahteraan yang hakiki. Banyaknya sumber pendapatan dengan pengelolaan yang sesuai dengan hukum syariat menjadikan pemerataan ekonomi akan mampu dirasakan oleh seluruh rakyat. Tidak ada kesengsaraan yang dirasakan, karena negara turut andil dalam pengurusan distribusi harta. Itulah kemuliaan Islam dengan seluruh aturan syariat yang diterapkan oleh negara. 

Wallahualam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan