Peringatan Hari Anak, Antara Harapan dan Kenyataan

🖤 Admin MKM 


Di tengah ingar bingarnya peringatan HAN, problem anak bukan makin berkurang tetapi makin bertambah. Faktanya, problem yang muncul selama ini bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan. Makin hari banyak anak yang terlibat kriminalitas, antara lain menjadi pelaku judol, menjadi pelaku dan juga korban kekerasan. Termasuk juga problem stunting yang masih tetap genting. 

OPINI

Oleh Nur Syamsiah Tahir 

Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi AMK 


MKM, OPINI_Hari Anak Nasional (HAN) merupakan salah satu hari yang diperingati di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Selain itu, ada banyak hari yang diperingati, seperti hari ibu, hari santri, hari guru, dan hari-hari lain yang tujuannya memberikan apresiasi bagi sosok atau peristiwa yang diperingati. Hanya saja, peringatan yang digelar semacam ini tetaplah seremonial saja. Artinya, dari tahun ke tahun rutin diadakan tetapi tidak ada perubahan yang bermakna, baik untuk sosok yang diperingati ataupun bagi masyarakat luas.

Seperti pada tahun ini, peringatan hari anak kembali akan digelar dengan mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju". Sebagaimana yang dilansir oleh kompas.com pada 18-7-2024, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengungkapkan, puncak perayaan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 akan digelar di Jayapura, Papua, Selasa (23-7-2024). Tema yang diangkat pada HAN ke-40 ini adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju".

Berkaitan dengan acara ini panitia akan melibatkan 7000 anak. Peringatan HAN yang dipusatkan di Istora Papua bertujuan agar kemeriahan perayaan HAN juga dapat dirasakan oleh anak-anak di daerah terpencil dan terluar. “Untuk Papua ini bagaimanapun juga, perhatian khusus harus kita berikan kepada anak-anak kita yang terluar. Papua itu adalah arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) dan Ibu Negara (Iriana Joko Widodo) untuk kami lakukan puncaknya di sana,” ujar Bintang kepada wartawan di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (18-7-2024).

Salah satu acara yang menjadi satu kesatuan rangkaian peringatan HAN 2024 ini adalah Festival Ekspresi Anak di Ancol, Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 18-7-2024. Acara ini dihadiri oleh sejumlah anggota OASE. Selain itu, perwakilan Forum Anak Nasional (FAN) juga menyerahkan kumpulan aspirasi dari anak-anak di berbagai daerah yang akan dibacakan saat puncak perayaan HAN 2024.

Adapun latar belakang diadakannya Hari Anak Nasional ini adalah Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam ayat tersebut disampaikan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan digelarnya peringatan yang meriah ini akan mampu menciptakan kondisi anak sebagaimana yang disebutkan di pasal tersebut? Apakah dengan peringatan ini akan menyelesaikan persoalan anak yang muncul di negeri ini? Lalu, benarkah anak-anak di Papua akan bisa merasakan kebahagiaan atas peringatan HAN ini?

Akar Masalahnya

Di tengah ingar bingarnya peringatan HAN, problem anak bukan makin berkurang tetapi makin bertambah. Faktanya, problem yang muncul selama ini bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan. Makin hari banyak anak yang terlibat kriminalitas, antara lain menjadi pelaku judol, menjadi pelaku dan juga korban kekerasan. Termasuk juga problem stunting yang masih tetap genting. 

Begitu pula dengan peran keluarga dalam mendidik anak makin hari makin lemah. Sementara sistem pendidikan di negeri ini justru membentuk generasi sekuler dan sistem ekonomi yang diterapkan pun gagal membuat rakyatnya sejahtera. 

Memang kenyataannya pemerintah terus mencari solusi atas permasalahan tersebut. Namun, upaya yang dilakukan pemerintah selama ini tidaklah menyentuh pada akar permasalahan yang ada.

Solusi dalam Islam

Lalu bagaimana penyelesaiannya dalam Islam? Islam adalah agama totalitas, yakni menyangkut persoalan ibadah ritual dan sosial kemasyarakatan, bahkan politik dan pemerintahan.

Islam juga memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban. Maka menjadi kewajiban negara untuk menjamin pemenuhan kebutuhan anak, dalam berbagai aspek kehidupan ini.

Islam yang pernah tegak dan berjaya selama 14 abad serta menguasai 2/3 wilayah dunia, bukanlah semata sebagai agama ritual saja, tetapi juga mengurusi semuanya. Mulai dari masalah kebutuhan pangan, papan, sosial, pendidikan, kesehatan, keamanan, transportasi, dan lainnya. Pelayanan itu semua tidak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa, tetapi juga mulai bayi, anak-anak, dan remaja. Semua yang menjadi warga negara dalam Islam diurusi dan dilayani sampai tataran individu. Oleh karena itu, masyarakat Islam benar-benar hidup dalam kesejahteraan, keadilan, dan keamanan yang sempurna. Kondisi ini terwujud karena Islam ditegakkan atas 4 pilar, yakni individu, keluarga, masyarakat, dan negara. 

Secara individu, Islam ditanamkan sejak dini. Dikokohkan keimanannya sehingga menjadi sosok-sosok individu yang tangguh, kuat, dan berkepribadian Islam. Hal ini didukung oleh peran keluarga dalam menerapkan pola pendidikannya sehingga seluruh anggota keluarganya berkepribadian Islam. 

Begitu pula dengan masyarakat, turut berperan aktif dalam pembentukan dan penjagaan akidah setiap individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Terlebih negara, maka sangat penting peranan negara dalam menjaga akidah warganya. Hanya negara yang bisa dan mampu menggerakkan individu-individu di dalamnya dengan cara pandang Islam. Negara juga akan mewujudkan fungsi dan peran keluarga yang optimal dalam mendidik anak. Negara pun akan menerapkan pola pendidikan sesuai dengan Islam. Bahkan negara akan melayani setiap warganya, baik dalam persoalan pangan, sandang, papan, bahkan kebutuhan lainnya, baik yang ada di wilayah perkotaan, pedesaan, pelosok, bahkan yang tinggal di pedalaman sekalipun. Dengan demikian, kesejahteraan, keamanan, dan ketangguhan kaum muslimin benar-benar akan terwujud dalam kehidupan nyata, tidak semata tertuang di atas kertas.

Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan