Miris! Ibu Jual Bayi Akibat Himpitan Ekonomi
![]() |
🖤Admin MKM |
Hari ini di hadapan kita justru dipertontonkan sistem pendidikan yang penuh dengan masalah, mulai dari biaya yang tinggi, kasus perundungan, pemerkosaan, tawuran dan berbagai kasus lainnya.
OPINI
Oleh Khaulah
Aktivis Dakwah
MKM, OPINI_Problematika seputar ibu dan anak lagi-lagi terjadi. Kali ini berkaitan dengan ibu yang menjual bayi yang baru dilahirkannya. Dilansir dari laman tempo, empat perempuan yang terlibat jual dan beli bayi seharga 20 juta rupiah di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara diringkus Satreskrim Polrestabes Medan. Salah satu yang ditangkap itu adalah ibu kandung bayi, SS, 27 tahun. (metro.tempo.co, 16/8/2024)
Informasi lebih lanjut, bayi tersebut baru saja dilahirkan di sebuah rumah sakit di Kecamatan Percutseituan pada 6 Agustus 2024. Dari keterangan penyidik, pelaku mengaku menjual bayinya karena himpitan ekonomi, sedangkan pembeli mengaku tidak mempunyai anak.
Kendati bukan pertama kali terjadi, kasus ini tentu menyentak perhatian dan memunculkan tanya, mengapa seorang ibu bisa lumpuh naluri keibuannya? Karena bukan rahasia lagi, kehamilan sembilan bulan yang dijalani seorang ibu dan ditambah proses melahirkan adalah suatu perjalanan yang bahkan bisa menghilangkan nyawa seorang ibu.
Kasus serupa telah berulang kali terjadi. Pada Februari awal tahun ini, seorang ibu di Jakarta Barat menjual bayinya seharga 4 juta rupiah. Pada pertengahan tahun lalu, ada ibu di Palu, Sulawesi Tengah juga membandrol bayinya 25 juta rupiah. Juga di Jambi, bayi yang baru 10 hari dilahirkan dijual oleh ibu kandungnya. Semua kejadian ini dilandasi satu alasan yakni beratnya beban ekonomi.
Sungguh memprihatinkan. Bagaimana tidak, seorang ibu pastinya memiliki gharizah nau', yakni rasa kasih sayang kepada anak-anaknya apalagi bayi yang baru ia lahirkan. Tetapi naluri keibuannya ini justru mati dan dimatikan oleh ekonomi yang menghimpit, yang membuat seorang ibu akhirnya tega menukar buah hatinya dengan segepok uang. Padahal bisa jadi rasa sakit yang ia rasakan saat melahirkan masih segar di ingatan, belum hilang.
Himpitan ekonomi betul-betul menjadi masalah, mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri seorang ibu. Di tengah harga kebutuhan yang meningkat dan sulitnya mendapatkan uang, segala macam cara bahkan yang jelas haram sekalipun dilakoni untuk mendapatkan uang.
Begitulah hidup dalam sistem hari ini, kapitalisme. Di satu sisi rakyat susahmetro.tempo.co mendapatkan pekerjaan atau melakoni pekerjaan dengan gaji yang tak seberapa, sedangkan di sisi lain pengeluarannya justru membengkak. Selain karena untuk memenuhi kebutuhan pokok juga karena banyaknya pungutan seperti pajak, BPJS dan lainnya.
Selain itu, kasus ini bisa juga terjadi karena lemah atau tidak berjalannya support sistem, seperti suami, kerabat, tetangga juga negara. Suami yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi nafkah istri dan anak, kerabat dan tetangga yang sama-sama miskin atau bersikap individualistis. Tak ketinggalan juga abainya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, salah satunya dengan tidak menyediakan lapangan kerja bagi para suami.
Padahal jika melihat sumber daya alam Indonesia, sungguh melimpah ruah, mulai dari daratan hingga lautan bahkan yang terbenam dalam perut bumi. Jika negara mengelolanya dengan baik, dengan paradigma "demi kemaslahatan rakyat", bukan tidak mungkin semua kebutuhan rakyat terpenuhi. Tetapi hari ini, pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta atau asing, sedangkan rakyat hanya mendapat limbahnya.
Selain itu, kasus ibu menjual bayinya juga mencerminkan gagalnya sistem pendidikan kita hari ini. Sistem pendidikan gagal membentuk pribadi yang berkepribadian Islam, pribadi yang berkarakter problem solver, pribadi yang teguh imannya.
Hari ini di hadapan kita justru dipertontonkan sistem pendidikan yang penuh dengan masalah, mulai dari biaya yang tinggi, kasus perundungan, pemerkosaan, tawuran dan berbagai kasus lainnya.
Jelaslah, seorang ibu yang tega menjual bayinya merupakan masalah yang sistemis, bukan sebatas kurang iman saja. Sudah seharusnya kita mencari solusi yang bisa mengatasi masalah ini secara sistemis pula. Selama suatu sistem masih berakidahkan sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan, seperti kapitalisme yang kita pakai hari ini, tentu tidak akan menghadirkan solusi. Apalagi sistem ini adalah buatan manusia, yang pastinya penuh dengan kelemahan dan tidak mampu menyelesaikan ragam masalah yang ada.
Sebagai seorang muslim, menjadikan Islam sebagai panduan dalam kehidupan adalah suatu kewajiban, selain juga karena Islam solusi atas segala problematika hari ini.
Terkait kasus ibu menjual anak, Islam memiliki beberapa tata aturan untuk mencegah dan menanganinya. Pertama, Islam menetapkan peran negara sebagai raa’in, yakni pengurus urusan rakyat dan bertanggung jawab atas itu.
Berikut sabda Rasulullah saw. terkait hal ini,
"Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).
Sebagai pemimpin atau pengurus, tentu saja kesejahteraan rakyat menjadi bagian penting di dalamnya. Negara memiliki kewajiban untuk mewujudkannya melalui sistem ekonomi Islam. Di antaranya dengan mengelola sumber daya alam yang ada, memenuhi kebutuhan pokok rakyat seperti sandang, pangan dan papan serta pendidikan, kesehatan dan keamanan.
Selain itu, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan agar laki-laki atau kepala keluarga bisa bekerja. Bagi seorang istri yang tidak memiliki suami, maka tanggung jawab memberi nafkah akan diberikan kepada walinya. Jika tidak memiliki wali yang mampu, maka akan diampu oleh negara.
Sesama anggota masyarakat juga dilingkupi dengan aktivitas ta'awun yang lahir dari suasana keimanan, sehingga akan saling membantu bila menemui kesulitan.
Di sisi lain, Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam dan pola pikir seorang problem solver pada diri tiap individu. Dengan begitu, mereka tidak mudah melalukan hal "gila" seperti menjual bayi yang susah payah dikandung dan dilahirkan dengan taruhan nyawa. Islam juga dilengkapi dengan sistem sanksi yang memiliki efek jera sehingga kasus semacam ini niscaya minim atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Dengan demikian, kehidupan dalam naungan Islam adalah kehidupan ideal yang mestinya kita usahakan untuk terwujud. Sekali lagi, selain karena sebuah kewajiban, juga dapat menjadi solusi tuntas atas segenap problematika yang terjadi hari ini.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar