Harga Beras Naik, Petani Tetap Rugi


Negara dalam sistem Islam akan menempatkan ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai salah satu basis pertahanan negara dan bertujuan menyejahterakan rakyatnya. 


 

OPINI 

Oleh Siti Jubaidah, A. Md


Muslimahkaffahmedia.eu.org, Country Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank (Bank Dunia) Carolyn Turk mengatakan harga beras Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Di sisi lain, survei menyatakan kesejahteraan petani Indonesia masih rendah. (Metrotvnews.com, 20/09/2024)


Harga beras di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN sebagaimana diungkap Country Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank (Bank Dunia) Carolyn Turk dalam acara Indonesia International Rice Conference (IIRC), yang dilaksanakan di The Westin Resort Nusa Dua, Bali 19-21 September 2024.


Kenaikan harga beras tersebut disinyalir karena tingginya biaya produksi. Di samping juga ada pengaruh kurangnya ketersediaan stok beras dan adanya permainan bisnis ritel-ritel beras.


Ironisnya kenaikan harga beras tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani beras. Mereka harus tetap berjuang dengan biaya produksi yang tinggi seperti mahalnya harga pupuk dan sebagainya. Di samping itu, masyarakat saat ini juga harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup yang harganya makin tinggi. 


Kesempitan hidup yang dirasakan mayoritas penduduk suatu negeri menjadi indikasi ada yang salah dengan pengaturan kehidupan di negeri tersebut.


Terkait dengan kesempitan hidup ini, Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Thaha ayat 124 yang artinya, "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."


Ketika pengaturan kehidupan ini berpaling dari peringatan Allah, tidak menggunakan aturan dari Allah, bahkan mengabaikannya. Justru lebih memilih aturan lain selain aturan hidup dari Allah, yakni menerapkan sistem sekuler-kapitalisme, maka wajar kehidupan kita terasa semakin sempit. 


Dalam sistem sekuler-kapitalisme yang tidak menjadikan syariat Allah sebagai landasan, negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator dan berpihak kepada oligarki. Sementara rakyat dibiarkan berjuang sendiri menghadapi berbagai persoalan hidupnya, berjuang untuk bertahan hidup.


Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam di mana negara hadir mengurusi urusan rakyatnya. Dengan syariat yang sudah pasti aturan terbaik untuk manusia karena bersumber dari Allah Pencipta manusia.


Negara dalam sistem Islam akan menempatkan ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai salah satu basis pertahanan negara dan bertujuan menyejahterakan rakyatnya. 

 

Negara dalam sistem Islam menyediakan lahan untuk ketahanan pangan (di antaranya beras). Juga menyediakan pupuk dengan harga yang terjangkau. Memfasilitasi alat-alat pendukung untuk pertanian yang canggih, pengembangan bibit unggul, dan meningkatkan kemampuan petani sehingga makin ahli.

 

Negara akan melakukan seluruh upaya untuk mewujudkannya sesuai dengan sistem ekonomi Islam. Serta dengan dukungan sistem lain dalam bingkai penerapan Islam kafah. 


Sungguh hanya dengan penerapan sistem Islam secara kafah hidup kita akan kembali dilimpahi berkah Allah.


Wallahua'lam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan